- Kolase tvOnenews
Respons Menohok Prof. Menachem Ali soal Nasab Ba'alawi, Menurutnya Habib di Indonesia Itu keturunan ...
tvOnenews.com - Pakar Filologi, Prof. Menachem Ali ikut berkomentar terkait polemik nasab Ba'alawi atau garis keturunan habib di Indonesia, ia menanggapi pernyataan KH Imaduddin Utsman al-Bantani.
Polemik nasab Ba'alawi menjadi bahan perbincangan publik beberapa waktu belakangan ini, berawal dari Raja Dangdut Rhoma Irama yang mengaku heran lantaran seorang Habib ceramah di depan jemaah mengajarkan maksiat dalam Islam tidak apa-apa.
Kemudian, hal ini menjadi ramai diperbincangkan ketika Habib Bahar bin Smith dengan berapi-api menanggapi pernyataan dari Rhoma Irama.
Rhoma Irama dan Habib Bahar bin Smith.
Ba'alawi atau Bani Alawi (keturunan Alawi) adalah nama keluarga bagi mereka yang memiliki nasab jalur laki-laki kepada Alawi bin Ubaidillah.
Sebelumnya, ulama muda NU, KH Imaduddin Utsman al-Bantani mengungkapkan soal penelitiannya tentang nasab Nabi Muhammad SAW dan keturunannya dari Fatimah, Husein, Ali Zainal Abidin sampai ke Ahmad bin Isa.
Imaduddin utsman berpandangan bahwa dirinya tidak menemukan tokoh bernama Ubaydillah yang disebut kelompok Ba'alawi sebagai anak dari Ahmad bin Isa, sekaligus tokoh yang diklaim sebagai leluhur para Habib di Indonesia.
Dia mengaku bahwa untuk meneliti nasab, kita pertama harus mengetahui contoh dari silsilah nasab itu.
KH Imaduddin Utsman al-Bantani mencari di internet, siapa dari nasab Ba'alawi ini silsilahnya ada di internet, kemudian didapatkannya dua silsilah yaitu silsilah Habib Rizieq Shihab dan silsilah Habib Bahar bin smith.
"Kemudian saya urutkan, dari mulai dirinya sampai ke Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam, kemudian dari dua silsilah yang ada itu menurut saya silsilah yang satunya itu bermasalah dari urutan," paparnya dilansir Youtube Rhoma Irama Official.
Menurutnya, silsilah yang dianggapnya lebih masuk akal setelah meneliti dari Rasulullah SAW, apakah betul beliau mempunyai anak Siti Fatimah, mana dalilnya, dan dicari sendiri.
"Saya cari sendiri, ada, apakah betul Fatimah Radhiyallahu anha ini mempunyai anak sayyidina Husain? cari terus sampai Ahmad bin Isa, semuanya Shahih mereka adalah sebagai keturunan Baginda Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam," terangnya.
Kyai Imad mengatakan bahwa Ahmad bin Isa ini wafat 345 Hijriah berarti beliau adalah beliau adalah orang yang hidup di abad ke-4.
"Dari situ saya mencari kitab-kitab yang ada di abad keempat, kitab-kitab sejarah itu sudah ada di abad keempat, namun yang khusus menerangkan apakah Ahmad bin Isa ini punya anak ini belum ada," jelasnya.
"Kemudian saya cari di abad ke-5 baru ada, kitab yang menerangkan tentang siapa itu Ahmad bin Isa, dan berapa saja anaknya, ada kitab tahdzibul nasab karya alubadili, ada kita Almajdi karya al-umari," terangnya.
KH Imaduddin Utsman al-Bantani tegaskan nasab Habib itu tidak ada.
KH Imaduddin Utsman menyamapaikan bahwa sampai akhirnya di abak ke-10, baru lah ada nama-nama yang disebut oleh klan Habaib ini sebagai nama leluhur mereka.
"Dari abad ke-4, 5, 6, 7, 8 ini sudah diterangkan bahwa namanya Ahmad bin Isa hanya mempunyai anak tiga, Muhammad, Ali, dan Husain," tuturnya.
"Tidak ada anak dari Ahmad bin Isa yang bernama Ubaid, Ubaidillah. atau Abdullah, tidak ada," paparnya.
Prof. Menachem Ali respons soal Nasab Habib di Indonesia
Pakar Filologi, Prof. Menachem Ali menanggapi soal polemik Nasab Ba'alawi atau disebut sebagai keturunan Nabi Muhammad di Indonesia, dia berpandangan bahwa pernyataan dari Imaduddin Utsman tidak sepenuhnya keliru soal Habib.
Hal ini karena menurutnya, tidak pernah ditemukan manuskrip eksternal (selain yang dimiliki oleh kelompok Ba'alawi) yang berkisah tokoh bernama Ubaydillah anak Ahmad bin Isa.
“Jika saya ditanya apakah dokumen mengenai tokoh yang bernama Ubaydillah itu eksis pada zaman (Ahmad bin Isa), maka saya bilang tidak ada,” ujar Menachem Ali dilansir YouTube Rhoma Irama Official.
Prof. Menachem Ali mengatakan bahwa tidak ada ditemukan manuskrip yang menjelaskan tokoh bernama Ubaydillah, terhitung dari abad keempat, kelima, keenam, ketujuh dan kedelapan.
"Tokoh Ubaydillah baru eksis manuskrip di abad kesembilan hijriah. Jadi selama lebih dari 500 tahun dokumen (manuskrip menceritakan tokoh Ubaydillah) tidak ada," terangnya.
Sosok pendiri Institute Syrian Christians Study (ISCS) yang kini memeluk Agama Islam itu menjelaskan bahwa manuskrip pada abad kesembilan Hijriah tidak dapat diakui, karena ditulis oleh tokoh internal kelompok Ba'alawi.
“Masalahnya ada tidak dokumen eksternal (di luar milik Ba’alawi) yang mengisahkan tokoh bernama Ubaydillah. Tidak ada, adanya hanya di kelompok Ba’alawi saja, itulah masalahnya,” imbuhnya.
“Kalau Nabi Muhammad SAW saja yang hidup ribuan tahun lalu, ada manuskrip eksternalnya, apa mungkin Ubaydillah yang diklaim sebagai tokoh Ba’alawi, yang hidup dekat dengan zaman kita tidak ada manuskripnya. Kalau tidak ada berarti memang (tokohnya) tidak ada, jangan diada-adakan,” sambungnya.
Prof. Menachem Ali bicara soal Nasab Ba'alawi.
Lebih lanjut, menurutnya apabila Ubaydillah ini merupakan tokoh historis, maka seharusnya semasa hidupnya antara abad kelima atau keenam terdapat manuskrip yang mengisahkan tentang sosok dan sepak terjang.
“Kalau memang tidak disebut di manuskrip. Memang tokoh ini, maaf harus saya katakan, tokoh ini dipersoalkan," jelas Prof. Menachem Ali.
“Jadi dapat disimpulkan tokoh ini ditulis dalam rangka glorifikasi, sebagai orang yang memiliki kaitan dengan tokoh tersebut,” terangnya.