- tvOne / Youtube Pecah Telur
Kejujuran Ustaz Fatih Karim soal Freddy Budiman, Ternyata Sebelum Ditembak Mati Minta Diizinkan agar Boleh Mengucap Kalimat Syahadat: Tolong Izinkan Saya agar...
tvOnenews.com - Masih ingat Freddy Budiman, bandar narkoba yang divonis hukuman mati? Ustaz Fatih Karim bocorkan kisah taubatnya sebelum di eksekusi mati.
Seiring dengan vonis mati yang dijatuhkan kepada Ferdy Sambo, kisah Freddy Budiman kembali mencuat ke permukaan. Nama Freddy Budiman tak asing bagi masyarakat Indonesia.
Dia adalah salah satu bandar narkoba terbesar yang pernah ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.
Freddy dieksekusi pada 29 Juli 2016 di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Nusakambangan, meninggalkan jejak panjang tentang perjalanan hidupnya yang penuh kontroversi.
Freddy Budiman lahir pada 18 Juli 1976 di Surabaya. Awalnya, dia dikenal sebagai seorang pengusaha otomotif yang sukses di Surabaya.
Namun, dibalik keberhasilannya di dunia bisnis, Freddy mulai terlibat dalam jaringan narkoba.
Dengan kemampuannya dalam bisnis, Freddy dengan cepat naik menjadi salah satu bandar narkoba paling terkenal di Indonesia.
Pada tahun 2009, Freddy pertama kali tertangkap atas kasus kepemilikan narkoba. Saat itu, dia kedapatan memiliki 500 gram sabu-sabu dan dijatuhi hukuman tiga tahun empat bulan penjara.
Namun, penjara tidak membuat Freddy jera. Setelah dibebaskan, Freddy kembali terlibat dalam jaringan narkoba, kali ini dengan skala yang jauh lebih besar.
Pada Mei 2012, Freddy Budiman kembali tertangkap dengan barang bukti yang jauh lebih besar. Dia kedapatan memiliki 1,4 juta pil ekstasi yang diselundupkan dari China.
Kasus ini membuat namanya semakin dikenal sebagai salah satu gembong narkoba terbesar di Indonesia. Freddy akhirnya dijatuhi hukuman mati atas kejahatannya.
Meskipun memiliki catatan hitam yang panjang, Freddy Budiman tidak sepenuhnya mengabaikan kesempatan untuk bertobat.
Menjelang eksekusi mati, Freddy menunjukkan perubahan yang signifikan dalam dirinya.
Rambutnya yang dulunya dicat pirang kini digantikan dengan kopiah putih. Dia juga memelihara jenggot, dan kerap kali terlihat mengenakan gamis panjang selama masa tahanannya.
“Singkat cerita saya ngisi pengajian di penjara itu. Isinya orang penjara semua, saya kan nggak kenal wajahnya. Begitu saya lihat di kanan, ada orang pakai baju koko putih, pakai kopiah putih, berjenggot, jenggotnya sudah mulai memutih, dari tadi sampai akhir pengajian saya nangis senangis-nangisnya. Pipinya basah dengan air mata,” kenang Ustaz Fatih Karim.
Salah satu momen paling mengharukan tentang pertobatan Freddy Budiman diceritakan oleh Ustaz Fatih Karim.
Dalam sebuah rekaman kajian yang viral di media sosial TikTok, Ustaz Fatih Karim mengenang bagaimana Freddy Budiman menangis tersedu-sedu saat mengikuti kajian yang diadakan di Lapas Gunung Sindur.
“Saya tanya pada penjaga penjara, dia Freddy Budiman, almarhum,” ungkapnya.
“Saya mau ketemu dilarang sama polisi, ternyata hari itu dibacakan surat eksekusi mati. MasyaAllah,” terang Ustaz Fatih Karim.
Menurut Ustaz Fatih, saat itu dia sedang mengisi pengajian rutin di Lapas Gunung Sindur, di mana Freddy Budiman menjadi salah satu pesertanya.
Freddy mengenakan baju koko putih dan kopiah senada, serta terlihat memelihara jenggot yang sudah mulai memutih.
Sepanjang pengajian, Freddy terus menangis, membuat pipinya basah oleh air mata.
Ketika Ustaz Fatih bertanya kepada penjaga penjara tentang siapa sosok yang menangis itu, dia diberitahu bahwa itu adalah Freddy Budiman, yang kala itu sudah mendekati waktu eksekusi.
Freddy Budiman juga memiliki permintaan khusus menjelang eksekusinya. Dia memohon agar diizinkan mengucapkan kalimat syahadat sebelum ditembak mati.
“Apa katanya? ‘Tolong izinkan saya pada saat sebelum ditembak mati mengucapkan kalimat Lailahaillallah Muhammadarrasulullah izinkan saya’, apa kata tukang tembaknya? ‘baik kami izinkan’,” terang Ustaz Fatih Karim menceritakan momen permohonan Freddy Budiman.
Permintaan ini pun dikabulkan oleh regu tembak. Freddy juga meminta agar matanya tidak ditutup saat eksekusi, dengan alasan dia ingin melihat dosa-dosanya terhadap Indonesia untuk terakhir kalinya.
Selain itu, Freddy Budiman juga sempat mengkhatamkan Alquran sebanyak tujuh kali dalam kurun waktu dua hari sebelum eksekusi mati.
“Permintaan kedua, tolong mata yang ditutup kain hitam dibuka matanya, kenapa? ‘karena saya ingin melihat dosa-dosa saya terlalu banyak untuk Indonesia” beber Ustaz Fatih.
Ustaz Fatih Karim menceritakan bahwa Freddy memanfaatkan setiap detik yang tersisa untuk mendekatkan diri kepada Allah, berharap mendapatkan pengampunan atas dosa-dosa yang telah diperbuatnya.
“Antum (Anda) tahu dari mulai hari ini sampai dua hari yang akan datang beliau khatam Quran sehari 7 kali,” pungkasnya.
Freddy Budiman bukanlah sekadar bandar narkoba biasa. Dia terlibat dalam jaringan narkoba internasional yang memiliki koneksi kuat dengan sindikat di luar negeri, termasuk China.
Freddy berhasil menyelundupkan narkoba dalam jumlah besar ke Indonesia dengan memanfaatkan jalur laut, yang sering kali sulit terdeteksi oleh aparat keamanan.
Salah satu kasus paling menggemparkan adalah ketika Freddy berhasil menyelundupkan 1,4 juta pil ekstasi dari China pada tahun 2012.
Pil-pil tersebut disembunyikan dalam berbagai barang yang dikirim melalui jalur laut, seperti mainan anak-anak, alat-alat elektronik, hingga barang-barang rumah tangga.
Keberhasilan Freddy dalam menyelundupkan barang-barang haram tersebut menunjukkan betapa cerdiknya dia dalam menjalankan bisnis gelap ini.
Namun, keberhasilan Freddy dalam menyelundupkan narkoba tidak berlangsung lama. Pada tahun 2012, Freddy ditangkap oleh pihak berwenang setelah aparat berhasil membongkar jaringan penyelundupan yang dia kelola.
Penangkapan Freddy menjadi pukulan besar bagi jaringan narkoba internasional yang selama ini beroperasi di Indonesia. Freddy kemudian dijatuhi hukuman mati pada tahun 2013 dan dieksekusi pada tahun 2016.
Kisah Freddy Budiman juga tidak lepas dari kritik terhadap penegakan hukum di Indonesia. Sebelum dieksekusi, Freddy sempat mengungkapkan adanya oknum-oknum aparat yang terlibat dalam jaringan narkoba.
Dalam sebuah wawancara, Freddy mengklaim bahwa ada sejumlah aparat keamanan yang menerima suap untuk melancarkan operasi penyelundupan narkoba yang dijalankannya.
Pengakuan ini sempat menimbulkan kontroversi, namun sayangnya tidak ditindaklanjuti secara serius oleh pihak berwenang.
Eksekusi Freddy Budiman menjadi salah satu momen penting dalam perang melawan narkoba di Indonesia.
Meskipun kehidupannya penuh dengan kontroversi, kisah Freddy Budiman menjadi pengingat akan bahaya narkoba dan pentingnya penegakan hukum yang adil dan tegas. (udn)