Kisah Mistis dr Hastry saat Autopsi Jenazah, Banyak Hal Tak Masuk Akal Terjadi tapi Suka Tak Suka itu Terjadi: Dead Body Can Talk, But....
Sumber :
  • YouTube Denny Darko

Kisah Mistis dr Hastry saat Autopsi Jenazah, Banyak Hal Tak Masuk Akal Terjadi tapi Suka Tak Suka itu Terjadi: Dead Body Can Talk, But...

Jumat, 4 Oktober 2024 - 15:20 WIB

tvOnenews.com - Dokter ahli forensik yang kerap menangangi kasus besar, bercerita pada Denny Darko tentang salah satu kisah mistis saat ia mengotopsi jenazah korban pesawat.

Pada tanggal 9 Januari 2021, tragedi kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 mengguncang Indonesia. 

Pesawat yang sedang dalam perjalanan dari Jakarta menuju Pontianak tersebut jatuh ke perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, tak lama setelah lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta. 

Kecelakaan ini menyebabkan seluruh 62 penumpang di dalam pesawat, termasuk 12 awak kabin, 40 penumpang dewasa, 7 anak-anak, dan 3 bayi, kehilangan nyawa. Tidak ada satu pun yang selamat dari musibah tersebut.

Identifikasi korban kecelakaan ini menjadi tantangan besar bagi tim medis forensik. 

Salah satu tokoh penting dalam proses identifikasi adalah Kombes. Pol. Dr. dr. Sumy Hastry Purwanti, DFM, Sp.F, seorang ahli forensik yang sudah berpengalaman dalam menangani berbagai bencana besar di Indonesia. 

Dokter Hastry, sapaan akrabnya, merupakan bagian dari tim DVI (Disaster Victim Identification), yang memiliki tugas untuk mengidentifikasi korban melalui potongan-potongan tubuh yang ditemukan di lokasi kejadian.

Kisah Mistis dr Hastry saat Autopsi Jenazah, Banyak Hal Tak Masuk Akal Terjadi tapi Suka Tak Suka itu Terjadi Dead Body Can Talk, But...
Sumber :
  • YouTube Denny Darko

 

Dalam sebuah wawancara dengan Denny Darko, seorang pesulap dan YouTuber terkenal, Dr. Hastry menceritakan proses yang harus dilalui oleh tim DVI dalam mengidentifikasi korban. 

Proses tersebut terdiri dari empat fase, yaitu fase TKP (Tempat Kejadian Perkara), Post Mortem, Ante Mortem, dan fase Rekonsiliasi. 

Pada fase TKP, tim forensik bekerja di lokasi kecelakaan, yaitu di perairan Kepulauan Seribu. 

Setelah itu, di fase Post Mortem, tim memeriksa bagian tubuh korban yang telah ditemukan dan mencoba mencocokkannya dengan data-data yang ada. 

Dr. Hastry menjelaskan bahwa pada kecelakaan Sriwijaya Air SJ 182, tim forensik harus bekerja dengan sangat teliti, karena kondisi tubuh korban yang sangat hancur. 

Pesawat ini jatuh dengan kecepatan tinggi, sehingga dampak benturannya dengan air menyebabkan pesawat dan tubuh para penumpang terpecah menjadi ratusan serpihan. 

"Bahkan satu tubuh bisa terpecah menjadi lebih dari 100 potongan kecil," ungkap Dr. Hastry. Serpihan-serpihan ini harus diproses dengan hati-hati oleh tim forensik untuk memastikan bahwa setiap potongan tubuh ditempatkan pada korban yang tepat.

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi tim DVI adalah kondisi potongan tubuh yang sangat rusak. 

Dalam proses identifikasi, Dr. Hastry dan timnya harus mengumpulkan potongan-potongan tubuh yang berserakan, membersihkannya, dan mencocokkan dengan data-data yang dikumpulkan oleh tim Ante Mortem. 

dr Hastry ahli forensik
Sumber :
  • YouTube dan pexels

 

Data Ante Mortem ini merupakan informasi tentang korban sebelum meninggal, yang meliputi ciri-ciri fisik seperti sidik jari, gigi, atau tato. 

Setelah kedua fase ini, tim melakukan fase Rekonsiliasi, di mana mereka mencocokkan hasil pemeriksaan Post Mortem dan Ante Mortem untuk memastikan identitas korban.

Dalam diskusinya dengan Denny Darko, Dr. Hastry juga berbagi pengalaman mistis yang sering dialaminya saat bertugas di ruang autopsi. 

Seperti pada kasus kecelakaan pesawat Sriwijaya Air ini, ia bercerita bahwa ada beberapa kejadian yang tak dapat dijelaskan secara ilmiah. 

Salah satu yang paling diingatnya adalah saat tengah malam, ia dan timnya sedang bekerja keras mengidentifikasi korban. 

Tiba-tiba, peralatan yang mereka gunakan seakan-akan "hidup" dengan sendirinya, bergerak dan bergerak tanpa disentuh.

"Saat itu kami semua terdiam, tidak ada yang berani berbicara, tetapi kami tahu, ada sesuatu yang tidak biasa. Kami berdoa agar diberikan kekuatan untuk menyelesaikan tugas kami dengan baik," cerita Dr. Hastry dengan nada yang penuh kehati-hatian.

Dalam dunia medis forensik, kejadian-kejadian seperti ini sering kali dianggap sebagai "pesan" dari para korban. 

Dr. Hastry percaya bahwa tubuh yang sudah meninggal tetap dapat "berbicara" melalui tanda-tanda yang ditemukan oleh tim forensik. 

“Seperti yang sering saya katakan, ‘dead body can talk’. Bahkan dari potongan tubuh terkecil pun, kita bisa mengetahui bagaimana kecelakaan itu terjadi dan apa yang dialami korban sebelum mereka meninggal,” jelasnya.

Pada kasus Sriwijaya Air SJ 182, salah satu spekulasi awal yang beredar adalah bahwa pesawat meledak di udara sebelum jatuh ke laut. 

Namun, berdasarkan temuan Dr. Hastry dan tim forensik, tidak ada luka bakar yang ditemukan pada tubuh korban. 

"Jika ada ledakan, seharusnya ada bekas luka bakar atau jejak panas di tubuh korban, tetapi kami tidak menemukan tanda-tanda seperti itu. Ini menunjukkan bahwa pesawat jatuh akibat benturan keras dengan air, bukan karena ledakan di udara," ungkapnya.

Meskipun tugas sebagai dokter forensik penuh tantangan dan tidak jarang disertai pengalaman mistis, Dr. Hastry tetap memegang teguh prinsip bahwa setiap korban berhak diidentifikasi dengan benar. 

"Bagi saya, setiap potongan tubuh adalah bagian dari seseorang yang harus kita kembalikan kepada keluarganya. Ini bukan hanya soal pekerjaan medis, tetapi juga tanggung jawab moral dan kemanusiaan," katanya menutup pembicaraan.

Kisah Dr. Sumy Hastry dan tim DVI dalam menangani kecelakaan Sriwijaya Air SJ 182 ini menggambarkan betapa kompleksnya tugas mereka. 

Selain harus berurusan dengan teknis medis yang rumit, mereka juga dihadapkan pada fenomena-fenomena yang tidak bisa dijelaskan secara logika. 

Namun, dengan dedikasi tinggi dan profesionalisme, mereka berhasil memberikan keadilan bagi para korban dan keluarga yang ditinggalkan. (udn)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
01:46
00:50
01:22
02:57
02:43
02:59
Viral