- Ronaldo Bramantyo
Gurih dan Uniknya Kuliner Saoto Golak Khas Wonosobo, Pakai Singkong Bukan Nasi
Wonosobo, Jawa Tengah – Ngomong-ngomong soal kuliner, kota kecil Wonosobo, Jawa Tengah memang juara dan patut diacungi jempol. Nah buat para pencinta kuliner, ada lagi nih menu makanan yang nama dan rasanya tak kalah populer dengan mie ongklok, carica, dan sagon bakar. Makanan khas Wonosobo ini namanya saoto golak.
Saoto Golak ini merupakan makanan asli Wonosobo yang berasal dari daerah selatan Kabupaten Wonosobo, tepatnya di Kecamatan Wadaslintang dan Kecamatan Kaliwiro.
Saoto merupakan nama makanan, penyebutan dari kata soto. Soto bagi sejumlah masyarakat di wilayah Wonosobo, khususnya bagian selatan, sering menyebut makanan soto dengan nyaoto. Dari kata nyaoto tersebut lah kemudian berkembang menjadi saoto. Sedangkan golak adalah nama cemilan lokal yang terbuat dari umbi singkong.
Tapi jangan salah, saoto (soto) golak ini sangat berbeda dengan soto-soto pada umumnya, mulai dari rasa hingga bahan tambahannya pun berbeda. Sebagai pelengkap umumnya soto dicampur dengan nasi putih.
Namun untuk saoto golak ini, nasi putih diganti dengan cemilan golak dari singkong yang sudah digoreng dan diiris berbentuk kotak. Sedangkan untuk isinya masih sama dengan soto yang lain yakni irisan daging sapi, bihun, tauge dan kacang tanah.
Menurut salah satu penjual saoto golak legendaris di pasar tradisional Kaliwiro, Mbah Jasrun (70) yang sudah sejak kecil berjualan saoto golak. Resep kuliner ini pun ia dapatkan dari sang ayah yang dahulu memang penjual saoto golak sejak tahun 1950.
“Ayah saya dulu jualan saoto golak tahun 1950, terus sekitar tahun 1970 ayah saya sakit kemudian saya yang meneruskan jualannya di Pasar Kaliwiro,” katanya
Ia juga bercerita awal mula munculnya golak sebagai pengganti nasi pada menu makanan soto, tatkala dahulu dikawasan Kaliwiro dilanda musim paceklik atau musim kemarau berkepanjangan tidak ada padi yang bisa dipanen dan dimasak. Akhirnya warga pun menjadikan umbi singkong jadi makanan utama pengganti nasi yang diberi nama golak.
“Dulu kata simbah-simbah saya, di Kaliwiro pernah ada musim paceklik lama. Sampai sudah tidak ada beras lagi yang bisa dimasak, kemudian orang-orang disini cari budin (singkong) terus diolah jadilah golak buat mengganti nasi waktu itu,” cerita Mbah Jasrun.
Berawal dari situ lah kemudian muncul kuliner Saoto Golak, perpaduan antara soto sapi dengan golak singkong. Meski termasuk jenis masakan tradisional, namun saoto golak khas Kaliwiro, Wonosobo ini tetap laris manis diburu pembeli karena keunikan rasa dan cara penyajiannya.
Dan agar tak basi saat dikonsumsi, biasanya golak singkong yang sudah diolah akan disajikan panas-panas atau digoreng mendadak dan diletakkan secara terpisah dengan soto sapinya. Biasanya untuk satu porsi soto sapi berisi 10 hingga 15 irisan golak singkong.
“Kalau ada yang beli baru golaknya digoreng. Golaknya dipisah taruh dimangkok isinya ya bisa 10, bisa 15 golak” katanya.
Jika pembeli ingin menambahkan rasa manis pada saoto golak ini, bukanlah kecap yang digunakan, melainkan gula merah yang sudah dicairkan. Makin unik bukan sajian saoto golak ini?
“Ya mungkin jaman dulu harga kecap masih mahal ya, jadi para penjual soto golak menggantinya pakai gula jawa (gula merah) biar ada rasa manisnya,” ungkapnya.
Nah, selain gurih dan lezat, saoto golak ini juga terbilang murah, yakni cukup dengan uang Rp 10 ribu saja per porsinya bisa membuat perut kenyang.
“Saya memang sering mampir ke warung Mbah Jasrun. Soto golaknya enak banget. Di daerah kota Wonosobo memang ada yang jual, tapi golaknya paling enak punya mbah Jasrun ini yang di pasar Kaliwiro. Seporsi harganya cuma Rp 10 ribu sudah bikin kenyang,” ungkap Gita (30) salah satu pelanggan setia saoto golak Mbah Jasrun.
Namun buat anda yang ingin mencicipi gurih dan lezatnya saoto golak di warung Mbah Jasrun ini, jangan terburu-buru dan harus sabar. Pasalnya warung Mbah Jasrun yang terletak di pasar tradisional Kecamatan Kaliwiro, Wonosobo ini tidak buka setiap hari. Mbah Jasrun hanya buka seminggu sekali yakni pada dino pasaran (hari pasaran) saja yakni pada saat pahing.
Meski hanya buka selama 1 hari dalam seminggu dan mulai buka pukul 6 pagi hingga 2 siang, saoto golak Mbah Jasrun ini selalu habis terjual.
“Ya bukanya tidak setiap hari, pas tanggalan jawa pahing saja dan di pasar Kaliwiro memang dari dulu pasarannya juga pas pahing. Ya Alhamdulillah kalau pas buka bisa sampai 100 mangkok bahkan sering lebih,” pungkas Alwiyah (65) istri Mbah Jasrun. (Ronaldo Bramantyo/act)