- Tim tvOne - Teguh Joko Sutrisno
Wajik, Kudapan Tradisional Khas Jawa yang Manis dan Legit
Semarang, Jawa Tengah - Beras ketan adalah salah satu bahan kuliner khas nusantara yang bisa diolah menjadi bermacam kudapan. Salah satunya kuliner khas Jawa Tengah yaitu wajik.
Di desa, wajik kerap dipakai untuk hidangan hajatan. Biasanya berwarna coklat dengan rasa gula kelapa yang manis. Ada juga yang berwarna hijau dengan rasa dan aroma daun pandan.
Pada perkembangannya, wajik kemudian menjadi kuliner oleh-oleh yang hampir di semua daerah di Jawa Tengah membuatnya. Terutama di daerah dengan daerah tujuan wisata yang populer. Seperti Magelang, Solo, Wonosobo, maupun Semarang.
Ada sejumlah perajin yang rutin membuat untuk oleh-oleh. Ada juga pembuat wajik yang hanya menerima pesanan. Biasanya mereka membuat pada Jumat hingga Minggu karena pengunjung wisatanya meningkat, atau pada hari-hari tersebut banyak acara hajatan.
Untuk membuat wajik dibutuhkan kesabaran karena cukup menyita waktu. Paling tidak empat jam lamanya. Bahan bakarnya juga pakai kayu, karena selain menambah aroma tradisional, juga panasnya merata ke seluruh wajan besar yang dipakai untuk memasak.
"Sekali mbuat itu ketannya lima kilo. Karena kalau cuma sekilo eman-eman kayunya, boros. Tenaganya juga cucuk kalau sekalian mbuat banyak karena kan harus diaduk terus supaya bawahnya tidak gosong," kata Marni, pembuat wajik di Semarang.
Bahan baku wajik selain ketan adalah kelapa tua, gula aren atau gula kelapa, garam, daun pandan, dan vanili. Kalau wajik pandan warna hijau, gulanya memakai gula pasir.
"Ketan yang dipakai yang jenis beras ketan Jawa, lebih pulen tapi tidak mblenyek (lembek). Terus pakai kelapa tua itu agar dapat santannya banyak dan gurih. Kalau wajik asli itu pakainya gula kelapa, orang sini namanya gula Jawa. Kalau yang pandan itu pakai gula pasir supaya kalau diberi warna hijau bisa cerah," lanjutnya.
Cara memasaknya, ketan lebih dulu dikukus sampai matang. Lalu didinginkan. Kelapa dibuat santan lalu direbus hingga berminyak. Setelah itu dimasukkan gula jawa atau gula pasir dan lain-lain sampai mendidih dan kental.
Selama proses ini adonan terus diaduk supaya tidak mengeras jadi karamel. Setelah dirasa cukup pas adonannya, baru dimasukkan ketan putih. Diaduk terus sampai tercampur benar. Tenaga pengaduk harus kuat staminanya, karena selain diaduk, ketan juga harus dibolak balik agar tidak ada bagian yang gosong.
Setelah matang, adonan ini ditumpahkan ke loyang atau panci yang besar. Lalu dipadatkan dan didiamkan semalam. Besoknya baru dipotong-potong sesuai ukuran.
"Biasanya dipotong ukuran 500 gram, atau bisa juga dipotong kotak-kotak kecil. Lalu diberi plastik dan dimasukkan ke kardus kemasan. Kalau dulu pakai besek, sekarang pakai kardus karena lebih praktis. Terus kalau pesanan buat acara lamaran biasanya pakai loyang dan dibentuk kayak hati simbol cinta itu," ungkapnya.
Harga setiap perajin beda-beda. Biasanya yang sudah pakai merek terkenal lebih mahal. Tapi rata-rata antara 50 hingga 60 ribu per kilogramnya. Wajik paling gampang itu dibeli di toko oleh-oleh. (Teguh Joko Sutrisno/Buz)