- Uki Rama-viva.co.id
Gus Miftah Diramal Kehilangan Banyak Job, Ahli Tarot Bongkar Tabiat Aslinya: Sesuatu yang Salah…
tvOnenews.com - Gus Miftah, seorang pendakwah terkenal yang sering menjadi sorotan publik, kembali menjadi perbincangan hangat.
Kali ini, ucapannya tentang seorang penjual es teh viral di media sosial dan menuai banyak kritik.
Pernyataannya dianggap kurang pantas, terutama bagi seseorang yang kerap menjadi panutan.
Hal ini tidak hanya berdampak pada citranya di masyarakat, tetapi juga pada prediksi kariernya di masa depan.
Polemik ini menarik perhatian Jeng Nimas, seorang ahli tarot yang dikenal sering memberikan prediksi tentang tokoh-tokoh publik.
Dalam pembacaan tarotnya, Jeng Nimas memberikan pandangan mendalam mengenai masa depan karier Gus Miftah dan mengungkap tabiat yang mungkin menjadi akar dari permasalahan ini.
Menurut Jeng Nimas, masalah ini bisa berdampak langsung pada karier Gus Miftah.
Kartu tarot yang muncul, seperti Four of Cups (empat cangkir), melambangkan ketidakharmonisan dan penurunan hubungan.
Ini menunjukkan bahwa Gus Miftah mungkin akan kehilangan sejumlah peluang pekerjaan dalam waktu dekat akibat kontroversi ini.
“Masalah ini sebenarnya sederhana, tetapi menjadi besar karena kata-kata Gus Miftah yang tanpa filter. Kartu empat cangkir ini melambangkan hubungan yang tidak harmonis, dan kariernya kemungkinan mengalami penurunan dalam jangka pendek,” ujar Jeng Nimas.
Menurutnya, para pihak yang sebelumnya sering menggunakan jasa Gus Miftah, seperti untuk pengajian atau acara keagamaan, kini akan lebih berhati-hati.
Mereka mempertimbangkan dampak dari kontroversi ini terhadap citra mereka sendiri.
Namun, Jeng Nimas juga melihat bahwa Gus Miftah memiliki semangat untuk memperbaiki situasi ini.
Dalam pembacaan tarotnya, kartu Eight of Swords (delapan pedang) muncul sebagai simbol perjuangan.
Walaupun akan ada hambatan, Gus Miftah diprediksi tetap mampu melanjutkan kariernya.
“Gus Miftah akan berusaha bangkit meski tidak mudah. Akan ada yang tetap menggunakan jasanya, tetapi tidak seramai sebelumnya. Masalah ini memberikan dampak jangka panjang, tetapi Gus Miftah sangat gigih dalam menghadapi tantangan ini,” jelasnya.
Namun, kebangkitan ini tidak akan terjadi dengan mudah. Jeng Nimas menekankan bahwa Gus Miftah harus introspeksi dan lebih berhati-hati dalam memilih kata-kata ketika berbicara di depan publik.
Dalam pandangannya, Jeng Nimas juga mengungkap bahwa ucapan Gus Miftah yang kontroversial ini bukanlah hal baru.
Ia menilai, kebiasaan berbicara secara spontan dan tanpa filter telah menjadi bagian dari tabiat Gus Miftah.
“Mungkin karena sudah terbiasa berbicara secara spontan, jadi sulit untuk menyadari bahwa ada sesuatu yang salah. Kalau sesuatu yang salah terus dilakukan, lama-lama itu akan terasa seperti hal yang biasa saja,” ujar Jeng Nimas.
Ia menambahkan bahwa sebagai seorang pendakwah, Gus Miftah seharusnya lebih bijaksana dalam memilih kata-kata.
“Sebagai panutan, alangkah baiknya jika sebelum berbicara, semua kata-kata itu difilter terlebih dahulu. Introspeksi diri sangat penting di sini,” tambahnya.
Meski menghadapi kritik, Gus Miftah masih memiliki peluang untuk memperbaiki citra dirinya.
Menurut Jeng Nimas, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengakui kesalahan dan menunjukkan upaya nyata untuk berubah.
Kasus Gus Miftah menjadi pelajaran penting tentang bagaimana dampak dari ucapan seseorang dapat memengaruhi karier dan citra publiknya.
Sebagai seorang tokoh yang sering menjadi sorotan, Gus Miftah harus lebih bijak dalam berbicara dan menyadari tanggung jawabnya sebagai panutan.
Dengan introspeksi dan perubahan, ia masih memiliki peluang untuk mengembalikan reputasinya dan melanjutkan perjalanan dakwahnya. (adk)