- Tim tvOne - Sonik Jatmiko
Tradisi Nyadran Ziarah ke yang Hidup Masih Dilestarikan di Banyumas
Banyumas, Jawa Tengah - Tradisi nyadran jelang bulan puasa, masih dijalankan oleh warga Banyumas. Salah satunya adalah ziarah ke yang hidup. Tradisi ini sebagai bentuk adab dan pencucian diri sebelum menjalani ibadah di bulan baik.
"Yang saya tahu, sejak nenek buyut ya menjalankan seperti ini. Selain ziarah ke makam orang tua dan leluhur, juga ziarah atau berkunjung ke yang masih hidup," ujar Haryati, salah seorang warga Ajibarang, Kabupaten Banyumas.
Ziarah ke yang hidup, ujarnya, dilakukan terutama ke saudara lebih tua. Misalnya yang terdekat adalah orang tua yang masih hidup, lalu kakak kandung atau ipar, lalu kakak atau adik dari orang tua, dan seterusnya.
"Ibu saya pesan, yang terpenting adalah kunjungannya. Karena kalau ketemu secara fisik ada makna lebih, termasuk bentuk bakti atau penghormatan kepada mereka," ujarnya.
Tentu saja, saat berziarah, biasanya membawa serta makanan. Lazimnya berbentuk makanan matang siap santap. Lengkap nasi dan lauknya.
Makanan itu dimasak oleh mereka sendiri yang akan berziarah. Lalu dimasukan dalam satu bakul atau rantang bersusun.
Bakul atau rantang bersusun itulah yang akan diisi sekedar hasil bumi atau makanan apapun, bahkan kadang uang ala kadarnya oleh yang diziarahi.
Sementara, budayawan Banyumas, Bagus Mukti menyebut, tradisi ziarah kepada yang hidup sebagai bentuk adab dalam keluarga. Dasar dari nilai tradisi itu diajarkan oleh semua agama dan keyakinan.
"Sikap menghargai dan menjunjung adan akan membawa suasana kebaikan ke generasi selanjutnya dalam keluarga," ujarnya.
Jika tradisi ini dijalankan dengan kesadaran nilai, ujarnya, maka kehidupan bermasyarakat juga akan terjaga nilai serupa. Pun terus ke lingkup lebih luas yakni bernegara.(Sonik Jatmiko/Buz)