- Tim tvOne - Aditya Bayu
Masjid Klenteng Salatiga, Wujud Alkulturasi Budaya dan Toleransi
Salatiga, Jawa Tengah - Siapa sangka bangunan dengan dominasi warna merah dan berdekorasi khas Tionghoa dengan tatanan apik lampion, ornamen, dan aksesoris lain yang terletak di Jalan Abiyoso No.14 Kelurahan Dukuh Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga ini merupakan masjid, yang diberi nama Masjid Klenteng.
Keunikan dari Masjid Klenteng ini diceritakan oleh pemilik masjid dan pondok pesantren Haji Agus Rahmad. Dimana bangunan tersebut didirikan tahun 2005 oleh seorang keturunan Tionghoa yang kemudian menjadi mualaf.
"Namanya Yusuf Hidayatullah, dia dulu rumahnya dan tempat usahanya untuk membuat enting-enting gepuk berada disini," jelasnya, Jumat (22/4/2022).
Pembangunan Masjid Klenteng dilakukan setelah Yusuf menjadi mualaf. Setelah masjid berdiri, Yusuf juga membuat Majelis Taklim Hidayatullah.
"Tapi karena bangunan bentuknya seperti kelenteng, warga menyebutnya Masjid Klenteng, juga lebih mudah dan singkat," ujarnya.
Foto: Salah satu sudut masjid Klenteng Salatiga (Aditya Bayu)
Haji Agus menambahkan, tanah dan bangunan Masjid Klenteng ia beli pada 2020. Dan sebagai bentuk alkulturasi budaya maka semua bentuk asli dari masjid klenteng dipertahankan tanpa mengurangi fungsi dan maknanya.
"Kita beli dua tahun lalu setelah Yusuf Hidayatullah meninggal. Bangunan masjid juga kita wakafkan untuk kegiatan masyarakat," jelasnya.
"Kalau renovasi paling sebatas membenahi yang rusak tanpa mengubah bentuk asli. Ini bangunan asli yang menurut kami melambangkan Salatiga sebagai Kota Toleransi," imbuhnya.
Diimbuhkan oleh Haji Agus, saat ini di pondok ada 35 orang santri yang terdiri dari santri perempuan dan laki laki.
" Di bulan Ramadhan ini, banyak kegiatan yang dilakukan para santri saat sore hari jelang berbuka puasa. Jika biasanya kegiatan dilakukan di pondok, maka di bulan Ramadhan ini kegiatan dialihkan ke masjid seperti belajar membaca Alquran dan mengaji," pungkasnya. (Abc/Buz)