- Antara
Hanung Bramantyo Tak Mau Menargetkan Jumlah Penonton untuk Film Satria Dewa: Gatotkaca
Jakarta - Film garapan Sutradara Hanung Bramantyo, Satria Dewa: Gatotkaca dijadwalkan tayang pada 9 Juni mendatang setelah sebelumnya harus tertunda selama 2 tahun karena pandemi Covid-19.
Meski begitu, sang sutradara mengaku tak mau mematok target penonton dari film tersebut. Namun, dilihat dari tiket pre-sale yang terjual habis di beberapa daerah, Hanung berharap itu adalah sebuah pertanda baik untuk "Satria Dewa: Gatotkaca".
"Melihat kondisi pre-sale tiket yang ternyata disambut, pertanda baik ya. Tapi saya nggak berani optimis. Takut," ujar Hanung.
Dirinya berharap industri film Indonesia bisa sukses seperti film "KKN di Desa Penari". hal tersebut membuat industri film Tanah Air akan lebih hidup.
"Inshaa Allah seperti KKN. Semua film Indonesia pasti pengin ya seperti KKN. Kalau bisa setiap bulan ada 4 juta, 8 juta gitu. Jadi hidup lah industrinya," kata Hanung.
Dalam film "Satria Dewa: Gatotkaca", Hanung mencoba ingin mengubah stereotip yang ada di masyarakat. Dia pun menjadikan film ini berkonsep Yin dan Yang, dimana di dalam hitam ada putih.
"Jadi kita pakai konsep Yin Yang. Di dalam hitam ada putih, di dalam putih ada hitam. Di dunia nyata kan juga seperti itu. Yang kita lihat kok kayaknya baik, tapi kok ternyata begitu ya. Ya begitulah, orang tahu semuanya. Itu yang mendasari keinginan saya. Jadi buat apa kita masih harus stereotip?" jelas Hanung.
"Kostum Fedi juga tampil warna putih. Karena saya ingin membalik stereotip itu. Putih identik dengan suci, hitam identik dengan gelap. Kasihan dong orang kulit hitam selalu dianggap sebagai orang yang jahat. Padahal nggak," sambungnya.
Tak hanya ingin mencoba untuk mengubah stereotip yang ada di tengah masyarakat, ia pun berharap agar masyarakat khususnya anak muda kembali menyukai tokoh-tokoh wayang atau kisah superhero dalam negeri yang selama ini dianggap kampungan. Dengan demikian, industri pewayangan di Indonesia pun dapat kembali naik dan hidup.
"Saya berharap semua pelaku-pelaku wayang di Jogja, Surabaya, semua tokoh Cepot dan lain-lain yang dianggap sebagai tokoh kampungan, ini bisa naik. Kita berdoa banget ini bisa berhasil di masyarakat," tutupnya. (ant/akg)