- Tim tvOne - Aditya Bayu
Unik dan Bernilai Tinggi, Keramik asal Salatiga Ini Laris di 12 Negara
Salatiga, Jawa Tengah - Berawal dari sebuah garasi kecil, Roy Wibisono Anang Prabowo, warga Salatiga, Jawa Tengah, merintis usaha pembuatan aneka peralatan makan dari keramik.
Dengan dibantu oleh 3 orang karyawan, Ia fokus untuk menggali potensi dari peralatan makan keramik yang ia produksi.
Hasilnya dengan melakukan riset pasar dan menciptakan produk yang unik, peralatan makan dari keramik yang di produksi oleh Roy sejak tahun 2019 ini, sudah bisa menembus pasar ekspor di 12 Negara.
Dengan pelanggan tetap ada di Qatar, India, Inggris dan Singapura. Hebatnya, semua perkembangan pesat ini diraih oleh Roy bersama karyawan saat pandemi Covid-19 melanda dunia dan perekonomian sedang lesu.
Keberhasilan keramik dari Salatiga ini terletak pada kejelian pengrajin dalam memaksimalkan fungsi dari keramik yang tak hanya sebagai alat makan ataupun alat masak saja, namun berhasil menaikkan level dari sebuah produk menjadi gaya hidup.
" Fokus kami dalam membuat keramik adalah membuat produk yang unik yang mempunyai nilai jual tinggi. Sehingga selama pandemi meski orang tidak butuh keramik tetapi mereka tetap membeli untuk keperluan selfie ataupun hanya sekedar hiasan dirumah atau cafe/restoran," jelas Roy.
Roy menjelaskan dalam perkembangan produksi keramik diperlukan kejelian dalam memilih model dan warna. Sehingga terus membuat masyarakat pecinta keramik mengikuti trend yang dibuat oleh pengrajin.
" Jika kita bikin cangkir hanya untuk alat minum itu tidak akan laku, karena rata rata orang sudah punya cangkir dirumahnya masing masing untuk minum. Yang kami produksi adalah cangkir yang unik dan sedang trend sehingga fungsi cangkir tak hanya sekedar untuk minum saja namun juga sebagai alat untuk menaikkan level dari sebuah sajian," lanjutnya.
Selain memproduksi keramik dengan aneka model peralatan makan dan minum, Roy juga membuka kelas belajar pembuatan keramik dengan beberapa pilihan kelas.
" Kami juga sediakan kelas membuat keramik yang diajarkan oleh tenaga profesional. Mereka siap mengajarkan pengunjung cara membuat keramik mulai dari dasar hingga bisa mrmbuat sebuah produk jadi. Untuk harga kami buka mulai Rp.100.000. Jadi masyarakat jangan takut mencoba," kata Roy, menjelaskan program di Naruna Space yang ia kelola.
Salah satu pengunjung Devi Rose mengungkapkan ketertarikannya untuk belajar membuat keramik, setelah melihat para pengrajin terlihat mudah dalam membuat sebuah produk keramik.
" Sebagai orang awam saya melihat pengrajin kok cukup mudah ya buat sebuah hasil karya dengan tanah liat menjadi sebuah keramik. Tapi setelah mencoba melalui kelas keramik, saya pun mengakui bikin keramik itu susah," ungkap Devi.
Meski susah, namun Devi terlihat menikmati proses demi proses yang diajarkan oleh pendamiping.
" Susah ya. Tapi saya senang bisa belajar membuat keramik. Ini merupakan pengalaman pertama dan luar biasa karena apapun hasilnya saya sudah bisa membuat kerajinan keramik," tutupnya. (Abc/Buz)