- Tim tvOne - Teguh Joko Sutrisno
Sedapnya Buntil, Sayur Daun Lumbu Kesukaan Gus Dur
Semarang, Jawa Tengah - Buntil adalah makanan khas yang terbuat dari lembaran daun lumbu yang berisi sayur kelapa parut dan ikan teri. Di Jawa Tengah, buntil selain bisa dibuat dengan daun lumbu, juga bisa dengan daun singkong maupun daun pepaya.
Tapi yang awal-awalnya dipakai untuk buntil adalah daun lumbu. Baru kemudian orang juga membuatnya dengan daun lainnya. Lumbu adalah lompong atau keladi. Daunnya sering dipakai untuk sayur lodeh juga. Daun ini punya aroma yang khas dan bisa meningkatkan selera makan.
Di Jawa Tengah, Buntil banyak dibuat di Semarang, Salatiga, Magelang, serta Temanggung. Di sebuah pondok pesantren di Salatiga, buntil bahkan menjadi hidangan untuk "dhaharan" tamu setiap ada acara. Bahkan semasa hidupnya, Presiden ke 4 RI Gus Dur setiap mampir ke pondok pesantren tersebut, menyantap buntil sebagai makanan kesukaannya.
Olahan buntil memakai daun lumbu atau lompong yang berwarna hijau. Beda dengan lodeh yang memakai batang dan daun lompong, maka kalau buntil hanya memakai daunnya saja.
Selain daun tersebut, bahan lain dari buntil adalah biji melanding, kelapa parut, pete, dan ikan teri. Bumbunya ada bawang, garam, cabe rawit, daun salam, kunyit, dan laos.
Foto: Seporsi buntil daun lumbu khas Jawa. (Teguh Joko)
Ciri khas buntil adalah bentuknya yang bulat-bulat sekepalan tangan. Kelapa parut dan bahan lainnya lebih dulu dibuat menjadi sayur, yang kalau orang Jawa bilang namanya sayur oblok-oblok. Nah, setelah jadi, lalu adonan tersebut dibungkus memakai lembaran daun lumbu atau lompong.
Setelah itu menjadi beberapa kepal, lalu dimasak lagi dengan kuah pedas berbumbu rempah hingga matang. Kini buntil sudah siap dihidangkan.
Salah satu pedagang buntil di kawasan Damar Banyumanik Semarang menceritakan, ia sudah membuat dan menjual buntil sejak muda. Ia awalnya membantu orangtua, lalu sekarang meneruskannya.
"Sudah lama ya, sekarang neruskan usaha. Ini saya membuat buntil lumbu dan daun pepaya. Tapi kalau mau buntil yang lumbu harus pagi-pagi karena cepat habis. Per satuannya ini saya jual enam ribu rupiah baik yang lumbu maupun daun pepaya," kata Sriyani, penjual buntil tersebut.
Ia menambahkan, dalam sehari ia membuat 25 buntil lumbu dan 25 buntil daun pepaya. Kalau hari libur ia menambah jumlahnya karena pembelinya juga lebih banyak.
Lalu apa beda buntil lumbu dan pepaya?
"Kalau buntil lumbu itu lebih lembut dan aromanya juga lebih khas. Kalau daun pepaya warnya lebih hijau tua dan rasanya ada pahit-pahitnya khas daun pepaya. Masing-masing punya penggemarnya sih," ungkap Sriyani.
Buntil ini sangat cocok disantap dengan nasi hangat. Meski tanpa lauk pun sudah nikmat, tapi biasanya orang menambahnya dengan rempeyek teri atau ikan goreng. (Tjs/Buz)