Asal-usul Batu Petir Ponari, Geledek Menyambar Satu Jengkal di Atas Kepala, Ajaibnya Dukun Cilik itu Tak Terluka
Jakarta - Konon batu petir itu jatuh disertai dengan geledek menyambar satu jengkal di atas kepala, ajaibnya Ponari yang dikenal sebagai dukun cilik dari Jombang itu tak terluka.
Menurut Ponari peristiwa tersebut terjadi pada bulan Januari 2009. Saat itu, Ponari yang berusia sembilan tahun masih duduk di kelas tiga SDN Balongsari I.
Ketika bermain-main di lading dekat rumahnya, tiba-tiba petir menyambar di atas kepalanya. Disertai dengan jatuhnya batu yang memancarkan cahaya berwarna hijau.
“Waktu itu kan hujan-hujan terus nyambar satu jengkal di atas kepala,”kata Ponari dikutip dari YouTube Ric SNT milik Ricky Santosa.
Dari sanalah Ponari dikenal sebagai dukun cilik, karena batu petir yang dipungutnya itu dipercaya bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Caranya yaitu dengan mencelupkan batu petir ke air, kemudian pasien yang berobat diharuskan untuk meminumnya.
Pasalnya batu petir yang dimiliki Ponari itu dipercaya bisa menyembuhkan segala macam penyakit.
Alhasil banya orang yang berbondong-bondong datang ke rumahnya untuk berobat, bahkan pasien Ponari ada yang datang dari Singapura.
“Paling jauh yang berobat dari Singapura," kata Ponari YouTube Ric SNT milik Ricky Santosa.
Kegiatannya menjadi dukun cilik, sempat membuat Ponari bergelimpang harga. Dia mengaku sehari bisa mengumpulkan uang lebih dari Rp100 juta.
“Pernah dapat lebih 100 juta per hari,” ujar ayah dari seorang anak itu.
Tak hanya itu, Ponari juga mengungkapkan uang yang dihasilkan mencapai selutut karena saking banyaknya.
“Dulu uangnya segini,”kata Ponari sambil mengangkat tangannya sampai selutut.
Sayangnya ketenarannya sebagai Ponari tak berlangsung selamanya, dia mengaku pada 2015 praktek dukunnya mulai sepi.
“Mau tahun 2015 sudah mulai sepi,” kata suami dari Aminatuz Zuroh itu.
Hal itu juga berimbas pada perekenomian Ponari, karena batu petirnya mulai tak menghasilkan uang, maka ia mencoba berbagai pekerjaan lain.
Ponari mengaku pernah bekerja di pabrik, buruh borongan, hingga membersihkan kotoran ayam di peternakan.
“Sempat ke pabrik pernah dibayar Rp23 ribu per hari. Pernah juga bersihin kotoran ayam dibayar Rp300 ribu,”jelasnya.
Meskipun dahulu pernah bergelimpang harta, namun kini Ponari mengaku kesulitan dalam hal ekonomi. Hal tersebut karena ia tak bisa mengelola uang yang pernah terkumpul.
Kendati demikian Ponari masih tetap menyimpan batu petir yang pernah dia temukan pada 2009 silam. Kabarnya batu itu sempat ditawar dengan harga Rp 1 miliar, tapi tidak diberikan oleh Ponari.
“Batu petir itu masih ada di rumah, pernah ditawari sama orang, pernah ditawar 1 Miliar,” terang Ponari. (rem)