- ANTARA
Pentingnya Peran Orang Tua dalam Tumbuh Kembang Anak Khususnya Pascapandemi, Pantau dari HPK, Gizi hingga Aspek Sosial
Jakarta - Tumbuh kembang anak haruslah dipantau dan didukung dengan banyak faktor. Psikolog Keluarga dari Rumah Dandelion Nadya Pramesrani mengingatkan pentingnya orang tua untuk mendukung tumbuh kembang anak saat memasuki masa transisi menuju pascapandemi Covid-19, baik melalui aspek sosial emosional, motorik, hingga pemenuhan nutrisi yang seimbang.
"Karena di masa pandemi, banyak ditemukan kasus keterlambatan perkembangan. Anak-anak yang lahir saat pandemi, skor tumbuh kembangnya relatif lebih rendah dibandingkan anak yang lahir di luar pandemi," kata Nadya saat virtual media gathering, Kamis (21/7/2022).
Nadya mengatakan, menurut survei tentang apa yang dirasakan orang tua selama pandemi, 31,7 persen menjawab bahwa anak mereka menangis setiap bertemu orang baru. Kemudian, 14,8 persen orang tua mengatakan anaknya terlambat berbicara dan 13 persen orang tua merasa anaknya belum bisa merespon orang lain. Selain itu, 31,5 persen merasa anaknya belum terbiasa berinteraksi dengan orang lain akibat dampak dari situasi pandemi.
Jaga Tumbuh-Kembang Anak Agar Terhindar Malnutrisi
Ilustrasi Anak Minum Susu (pexels)
Sementara, Ahli gizi dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) Dr. Atmarita, MPH mengingatkan agar orang tua menjaga proses tumbuh dan kembang anak sehingga dapat terhindar dari masalah gizi (malnutrisi) serta penyakit tidak menular (PTM) di kemudian hari.
“Prinsipnya dijaga saja proses tumbuh-kembang itu. Pemantauan pertumbuhan dan pemantauan perkembangan, artinya di situ ada unsur makanan dan unsur stimulasi untuk diberikan kepada semua anak,” kata Atmarita, Kamis.
Atmarita mengatakan saat ini Indonesia menghadapi tiga beban malnutrisi (triple burden of malnutrition) yaitu kekurangan gizi, kelebihan gizi, serta defisiensi mikronutrien.
Kekurangan gizi mencakup kekurangan berat badan/underweight (berat badan rendah menurut usia), kerdil/stunting (tinggi badan rendah menurut usia), dan kurus/wasting (berat badan rendah menurut tinggi badan). Sementara kelebihan gizi mencakup kegemukan/overweight dan obesitas.
“Kita menghadapi masalah luar biasa besarnya mulai dari triple burden dampaknya itu ke penyakit tidak menular (PTM) di usia dewasa yang sebetulnya lebih bahaya lagi,” ujar Atmarita.
Prinsip menjaga tumbuh dan kembang anak, menurut Atmarita, sebetulnya mudah dilakukan yaitu dengan menerapkan pedoman gizi seimbang “Isi Piringku”. Pedoman ini mencakup setengah piring buah dan sayur, sepertiga lauk pauk (sumber protein), dan dua pertiga makanan pokok (sumber karbohidrat) setiap kali makan.
Menurut Atmarita, edukasi mengenai gizi seimbang perlu disampaikan dan dipahami oleh semua anak di setiap tingkat usia. Ia mengatakan bahwa seluruh keluarga atau rumah tangga juga perlu dibekali pemahaman tentang masalah gizi oleh kader di lingkup kecil masyarakat.
Masalah gizi saling terkait dan dapat menjadi siklus di sepanjang daur kehidupan. Oleh sebab itu, Atmarita juga menekankan pentingnya mempersiapkan kondisi ibu sebelum memasuki masa kehamilan hingga sampai pada fase kelahiran dan pengasuhan.
Sebelum dan saat hamil, menurut Atmarita, ibu perlu memastikan kebutuhan gizinya terpenuhi sehingga dapat menumbuhkan janin dan menghasilkan ASI yang berkualitas.
Pada awal kehamilan, ibu juga perlu datang untuk memeriksakan diri ke layanan kesehatan serta mengonsumsi mikronutrien atau gizi mikro yang dibutuhkan untuk tumbuh-kembang janin seperti zat besi, asam folat, zinc, vitamin A, Iodium, vitamin D, vitamin B12, dan kalsium.
“Gizi seimbang itu juga dimulai dari menyusui eksklusif. Menyusui eksklusif artinya bayi mengonsumsi keseluruhan zat-zat gizi seimbang, ada protein, karbohidrat, lemak, mikronutrien, dan sebagainya. Setelah usia enam bulan, dia akan masuk ke MPASI,” katanya.
Cermati 1.000 HPK Hindari Terbentuknya Gangguan Perilaku Anak
Ilustrasi Anak (pexels)
Dokter Spesialis Anak RSUP Kariadi Semarang, Jawa Tengah dr. Fitri Hartanto, Sp.A (K) mengatakan bahwa setiap orang tua harus mencermati 1.000 hari kehidupan pertama (HPK) guna menghindari terbentuknya gangguan perilaku pada seorang anak.
“Golden period inilah harus kita waspadai karena sel-sel otak membangun jaringan-jaringan yang sensitif, membangun sirkuit jaringan otak yang lebih kuat,” kata Fitri dalam Webinar Bersama Kerabat Seri IV yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.
Fitri menuturkan masa 1.000 HPK merupakan fase kritis dari kehidupan seorang anak manusia. Dalam masa 1.000 HPK, pertumbuhan sel-sel dalam otak anak bisa terbentuk dengan sangat cepat.
Seperti saat anak lahir misalnya, pertumbuhan otak hanya mencapai sekitar 25 persen. Namun begitu anak menginjak usia dua tahun, maka pembentukan mengalami percepatan hingga 80 persen. Sedangkan pada usia lima tahun akhir, akan berkurang kembali menjadi hanya sebesar 15 persen.
Sayangnya, tak jarang demi menghindari anak terkena kekerdilan (stunting), orang tua lebih mementingkan pemberian gizi. Padahal, pola asuh yang salah juga akan menyebabkan anak mengalami gangguan perilaku yang berlanjut sampai usia dewasa.
Menurutnya, pola asuh yang salah mengakibatkan keluarnya hormon stressor sehingga anak akan memiliki gangguan perilaku. Oleh sebab itu, orang tua harus bisa memahami dan mengoptimalkan jaringan otak anak dengan memenuhi kebutuhan stimulasi, nutrisi dan kasih sayang.
“Tidak bisa anak stunting kita hanya beri nutrisi saja supaya kembali normal, tidak akan bisa karena kita harus membangun ini menjadi jaringan yang optimal,” kata dia.
Orang tua juga harus memahami, kata dia, bahwa tidak hanya 1.000 HPK saja yang patut dicermati. Dua fase lain yang harus diperhatikan dengan telaten dan serius adalah fase pembukaan yang terjadi saat anak berusia 0-6 bulan dan fase sensitif yakni ketika anak memasuki usia 0-6 tahun.
Walaupun demikian, pola asuh yang diberikan tetap harus diimbangi dengan pemberian asupan gizi yang tepat, supaya jaringan dalam otak tumbuh maksimal.
“Untuk membangun ini perlu tenaga dari nutrisi, ini penting supaya otak bisa optimal perkembangannya. Ini juga dipengaruhi oleh hormon-hormon yang berasal dari kasih sayang dari orang tua,” ucap Fitri yang juga Konsultan Tumbuh Kembang dan Pediatri Sosial itu.
Sementara itu, Ketua Umum TP-PKK Pusat Tri Tito Karnavian menyatakan bahwa stunting merupakan suatu permasalahan kompleks yang lebih dari sekadar masalah gizi pada anak.
Dibutuhkan kerja sama holistik dari seluruh pihak supaya baik pemenuhan gizi melalui makanan sehat yang mengandung karbohidrat, protein hewani, lemak dan vitamin sampai dengan pola asuh yang diberikan melalui belaian, pelukan dan kasih sayang keluarga dapat terealisasikan pada anak sebaik mungkin.
“Anak dengan asupan gizi yang baik dan tepat akan tumbuh lebih pesat dibandingkan dengan anak yang tidak mendapatkan asupan gizi yang baik. Namun selain gizi yang baik, perkembangan anak yang baik juga membutuhkan kehangatan, kasih sayang, belaian, pelukan dan kesempatan untuk mencoba hal baru agar dapat berkembang secara maksimal,” kata Tri (ant/put)