- Wikipedia
Empat Ilmuwan Islam Ini adalah Peletak Dasar Ilmu Kedokteran Dunia, Siapa Saja Mereka?
"Tak ada penyakit yang tak bisa disembuhkan kecuali kemalasan. Tak ada obat yang tak berguna selain kurangnya pengetahuan" (Ibnu Sina-Ilmuwan Islam)
tvOnenews.com - Dalam sejarah peradaban manusia, Islam dan peradabannya telah melahirkan banyak ilmuwan terkemuka diberbagai bidang yang memberikan banyak sumbangsih bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban manusia.
Sejak ratusan tahun silam para ilmuwan Islam telah meletakkan dasar-dasar ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang, seperti kedokteran, farmasi, kimia, fisika, aljabar hingga astronomi yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Sayangnya banyak diantara mereka yang tidak begitu dikenal oleh generasi penerus Islam saat ini, tenggelam dalam arus dominan wacana ilmu pengetahuan yang dihegemoni oleh dunia barat.
Berikut ini profil 4 ilmuwan Islam terkemuka dan karyanya di bidang kedokteran, dilansir dari buku Muhammad Gharib Gaudah, tentang 147 Ilmuwan Islam Terkemuka dalam Sejarah Islam, diterjemahkan oleh H. Muhyiddin Mas Rida, terbitan Pustaka Alkautsar.
1.Ar-Razi
Nama lengkapnya Abu Bakar Muhammad bin Zakariya Ar-Razi. Dalam bahasa Latin, nama panggilan Ar-Razi telah dirubah menjadi Rhazes.
Ar-Razi dilahirkan di Provinsi Rayy, Iran pada tahun 240 Hijriah atau 854 Masehi. Ia belajar dasar-dasar filsafat dan ilmu-ilmu kedokteran dan memiliki penemuan ilmiah besar dalam bidang kedokteran dan kimia.
Abu Bakar Muhammad bin Zakariya Ar-Razi (Wikipedia)
"Dia menulis sebanyak kurang lebih 200 buku. Bahkan, sebagian ada yang memastikan bahwa buku yang dikarangnya berjumlah sebanyak 224 buku." tulis Muhammad Gharib Gaudah dalam bukunya.
Ar-Razi sangat berpengalaman dalam bidang kimia sehingga dia memiliki kemampuan khusus dalam bidang kedokteran yang tidak dimiliki oleh para ilmuwan lainnya.
Beberapa penemuan besar Ar-Razi yang penting untuk diketahui adalah, menemukan pengaruh faktor kejiwaan dalam mengobati berbagai penyakit pada anggota tubuh.
Ia merupakan pelopor dalam bidang klinik kedokteran dan orang yang pertama kali melakukan eksprimen pengobatan kepada hewan sebelum dipraktikkan kepada manusia.
"Metode inilah yang hingga sekarang menjadi pedoman terpenting bagi kedokteran modern. Bahkan dia juga melakukan eksprimen kepada dirinya sendiri." ungkap Muhammad Gharib Gaudah.
Dia adalah dokter yang pertama kali membedakan antara mulas di usus kecil dengan gangguan usus besar. Ar-Razi juga unggul dalam bidang kedokteran dan operasi mata.
Dia menulis buku dalam kedokteran mata yang berhubungan dengan anatomi mata dan penyakit-penyakit yang menyerangnya, serta operasi yang harus dilakukan padanya dengan menggunakan peralatan khusus.
Ar-Razi menemukan pengaruh cahaya pada lingkaran warna hitam di mata, lalu dia menulis buku tentang analisa melebarnya cahaya di malam hari dan menyempitnya di siang hari.
Karya Ar-Razi dibidang kedokteran yang terkenal adalah Kitab Al-Hawi merupakan buku ensiklopedia kedokteran yang meliputi semua ilmu pengetahuan kedokteran Arab, Yunani, India yang dikumpulkan oleh Ar-Razi pada zamannya.
Dalam ensiklopedia itu, dia banyak menambah pengetahuan baru sesuai dengan dengan pengalaman dan Penemuannya. Dia menulis buku ini dengan cara yang sangat istimewa sehingga menjadi buku rujukan terpenting bagi dunia kedokteran sampai pada abad kedelapan belas.
Ar-Razi juga menulis Kitab Al-ladari wa Al-Hishbah, buku ini terdiri dari penjelasan yang paling lama berhubungan dengan penyakit cacar dan bagaimana mendiagnosanya sejak dini dan membedakannya dengan penyakit cacar air. Buku ini pernah dicetak mulai tahun 1498 M hingga tahun 1856 M lebih dari empat puluh kali cetakan dalam bahasa lnggris.
2.Ibnu Sina
Ibnu Sina dilahirkan di desa Avasna, di dekat provinsi Bukhara-sekarang Uzbekistan, Persia pada tahun 370 Hijriah atau 980 Masehi, dari seorang ayah yang asli Balkan. Ia wafat di Hamdzan (Iran), Persia pada tahun 428 Hijriah atau 1037 M dalam usianya yang ke-58 tahun akibat terserang penyakit usus besar.
Abu Ali Al-Husin bin Abdullah bin Sina - (Wikipedia)
Ibnu Sina bernama lengkap Abu Ali Al-Husin bin Abdullah bin Sina. Orang-orang Eropa mengubah namanya menjadi Avicenna. Dengan nama Eropa inilah dia dikenal dalam bahasa Latin dan semua bahasa Eropa.
Sebagian orang menyebutnya sebagai "Amirul Athibb"' yang berarti pemimpin para dokter. Ketika berusia dua puluh dua tahun, dia telah menjadi dokter terkemuka pada masanya. Inilah yang membuat Syamsu-Ad Daulah Al-Buhaini, penguasa Hamdan dan Karmansyah, untuk mengangkatnya menjadi perdana menteri di kerajaannya.
Ibnu Sina adalah orang yang pertama kali menemukan cara pengobatan bagi orang sakit dengan cara menyuntikkan obat ke bawah kulit.
Dalam mengobati orang yang tercekik kerongkongannya, Ibnu Sina membuat penemuan dari pipa udara yang terbuat dari emas dan perak, kemudian dimasukkan ke dalam mulut dan diteruskan ke kerongkongan untuk mengobati orang yang tercekik dan sulit bernafas. Cara seperti ini masih tetap dipakai hingga sekarang untuk mengobati pasien dengan penyakit yang sama.
Ibnu Sina mengetahui hakekat ilmiah penting bahwa tulang tempurung kepala apabila pecah tidak dapat melekat kembali seperti tulang Iainnya pada badan, melainkan ia akan tetap terpisah dan hanya terikat dengan selaput yang kuat.
"Ketahuilah bahwa tulang kepala berbeda dengan tulang lain apabila pecah. Ia tidak dapat menyatu kembali dengan kuat, karena hanya diikat oleh selaput sebagaimana selaput lainnya yang mengikat semua tulang, akan tetapi ini tidak kuat." kata Ibnu Sina, sebagaimana yang ditulis Muhammad Gharib Gaudah dalam bukunya.
Dia adalah orang yang pertama kali mendiagnosa secara akurat antara peradangan pada paru-paru dan pembengkakan pada hati. Dia secara mendalam meneliti tentang bisul atau borok pada perut, dan dialah orang yang pertama kali berhasil mengobati kram pada perut yang disebabkan oleh faktor psikologis.
Ensiklopedia Islam menyatakan bahwa buku " Al-Qanun" karangan Ibnu Sina merupakan buku pertama yang menjelaskan tentang anatomi susunan urat yang menggerakkan mata dan kelenjar air mata. Ibnu Sina telah mempelopori pengobatan pada gangguan saluran air mata dengan memasukkan alat yang telah diberi antiseptik.
Ibnu Sina juga adalah orang yang pertama kali menggunakan obat bius dalam melakukan pembedahan (operasi), dengan memanfaatkan obat-obatan herbal.
Ibnu Sina dikenal kuat memikul tanggung jawab ilmiah dan tidak tidur malam hanya karena membaca dan menulis. Selain itu, Ibnu Sina tidak mengambil upah dalam mengobati orang yang sakit. Bahkan dia banyak bersedekah kepada para fakir miskin sampai akhir hayatnya.
3.Az-Zahrawi
Abu Al-Qasim Khalaf bin Abbas Az-Zahrawi Al-Anshari, biasa dipanggil dengan nama Az-Zahrawi karena dilahirkan di kota Az-Zahra, sebuah kota di pinggiran Qordova pada tahun 325 Hijriah atau 937 Masehi.
Abu Al-Qasim Khalaf bin Abbas Az-Zahrawi Al-Anshari - Wikipedia
Dalam bahasa Latin dan bahasa Eropa pada umumnya, nama Az-Zahrawi telah dirubah menjadi Alzahravius. Sedangkan julukannya, Abu Al-Qasim, telah dirubah ke dalam dua versi, yaitu Albucasis dan Abulcasis. Kedua nama inilah yang hingga sekarang dikenal di Eropa.
Az-Zahrawi dikenal sebagai ahli bedah terbesar di dunia hingga masa kebangkitan Eropa dan merupakan pelopor pertama dalam berbagai cabang ilmu bedah dan seninya, serta banyak menemukan berbagai peralatan bedah. Karena itu pula Az-Zahrawi dalam sejarah kedokteran mendapat gelar bapak operasi.
Ia juga adalah orang yang pertama kali mengikat urat nadi dan pembuluh darah dengan benang sutra untuk mengatasi keluarnya darah ketika sedang dilakukan operasi, sebagaimana dia mengobati luka dengan dipanaskan.
Dia juga menemukan cara menjahit luka bedah dengan dua jarum dan satu benang dan adalah orang yang pertama kali menggunakan benang buatan dari usus binatang (catgut) dalam menjahit usus manusia.
Az-Zahrawi memberikan nasehat kepada para ahli bedah agar mempelajari ilmu bedah dan banyak berlatih sebelum melakukan praktik, agar mereka benar-benar mengetahui ilmu anatomi, bentuk, susunan dan hubungannya antara satu dengan lainnya.
Di samping itu, mereka juga harus mengetahui keadaan tulang, urat dan otot serta tempatnya-tempatnya dan hubungan antara satu dengan lainnya.
4.Ibnu An-Nafis
Ibnu An-Nafis adalah salah seorang dokter terkemuka Arab yang mempunyai banyak penemuan. Nama lengkapnya adalah Alauddin Abu Hasan Ali bin Abu Al-Hazm bin An-Nafis Al-Qurasyi Ad-Dimasyqi. Ia dilahirkan di Syria pada tahun 607 Hijriah atau 1210 Masehi dan wafat pada tahun 678 Hijriah atau 1288 Masehi.
Alauddin Abu Hasan Ali bin Abu Al-Hazm bin An-Nafis - Wikipedia
Penemuan terpenting Ibnu An-Nafis adalah keberhasilannya menemukan sirkulasi darah kecil (Pulmonary Circulation), yang berfungsi sebagai tempat mengalirnya darah dari hati ke dua paru-paru untuk membuang karbondioksida dan menggantikannya dengan oksigen.
Sedangkan hemoglobin berfungsi membawa darah ke aliran darah dan menambah sel-sel tubuh sesuai dengan kebutuhannya. Darah kemudian kembali mengalir ke hati untuk menyalurkannya ke seluruh organ tubuh melalui peredaran darah umum bagi tubuh.
Ibnu An-Nafis telah menulis penemuannya tersebut dalam sebuah buku yang berjudul " Syarhu Tasyrih lbnu Sina." Akan tetapi penemuannya belum dikenal sebelum seorang dokter berkewarganegaraan Mesir, Muhyiddn At Tathawi, yang diutus ke Jerman menemukan manuskrip buku tersebut di salah satu perpustakaan Jerman.
Ibnu An-Nafis adalah orang yang pertama kali menemukan jalannya darah pada pembuluh rambut (capillaries), yaitu sebuah tempat Penampungan darah yang sangat tinggi dan dindingnya sangat lembut.
Ibnu An-Nafis telah menulis karya-karyanya dalam berbagai disiplin ilmu. Di antaranya tentang sejarah, ilmu hadits, ushul fikih, nahwu, filsafat dan logika.
Karya tulisnya dibidang kedokteran berjumlah empat belas judul buku. Namun yang paling populer adalah Syarh Tasyrih Al-Qanun. Sebuah buku yang berisi kumpulan dari buku pertama dan ketiga dari buku "Al-Qanun" karya Ibnu Sina yang membahas tentang anatomi.
Dalam buku Syarh Tasyrih Al-Qanun ini, Ibnu An-Nafis menguraikan apa yang ditulis oleh Ibnu Sina di dalam buku " Al-Qanun" serta menyebutkan beberapa kesalahan Ibnu Sina. Buku ini telah menguatkan penemuan Ibnu An-Nafis tentang sirkulasi darah kecil. (buz)