- Tim Tvone/Swandi
Kilas Masjid Agung Sibolga, Menaranya Berfungsi Sebagai Mercusuar
Sibolga, tvOnenews.com - Kota Sibolga adalah satu dari 33 daerah tingkat II di Sumatera Utara, berlokasi di pantai barat pulau Sumatera pada kawasan Teluk Tapian Nauli, seluas 10 km persegi.
Sibolga merupakan kota terkecil di Indonesia dan Sumatera Utara, mayoritas dihuni penduduk muslim yang selalu hidup rukun dengan penganut agama lain.
Berjuluk Negeri Berbilang Kaum perekat umat beragama, Sibolga cukup dikenal sebagai daerah damai, jauh dari konflik sosial meski harus berdampingan dengan suku dan agama berbeda.
Berkat kedamaian itu, Sibolga tak jarang disinggahi masyarakat luar kota hingga mancanegara, selain tersuguh panorama alam nan indah dan beragam lokasi wisata bahari.
Berbagai aktivitas keagamaan sering terlihat di rumah ibadah, terutama saat hari besar atau hari dianggap sakral. Keberagaman kian tergambar, saat masyarakat saling dukung satu sama lain.
Toleransi umat beragama ini seolah ‘mempercantik’ wajah Sibolga di mata para wisatawan untuk tertarik berkunjung, khususnya di bulan suci Ramadhan.
Salah satu lokasi yang cocok untuk dikunjungi, tidak lain adalah masjid tertua di Kota Sibolga, yakni Masjid Agung berusia 115 tahun, yang cukup menarik untuk diulas.
Sejarah Masjid Agung dan Bangunannya
Pertama kali, Masjid Agung Sibolga didirikan sekitar tahun 1908 silam, sejalan dengan lahirnya Pergerakan Nasional di tanah air.
Pendiri pertama Masjid Agung yakni Imam Haluddin dan kemudian dilanjutkan H Jamaluddin dibantu partisipasi masyarakat Sibolga.
Saat itu, bangunan masjid ini masih berdinding papan atau dominan kayu dengan arsitek lama posisi bertingkat dan ukurannya kecil.
Lalu tahun 1920, bangunan dinding masjid Agung diubah menjadi semi permanen atau dinding bagian bawah dan lantainya dibuatkan semen, sementara bagian atas masih papan.
Lokasi masjid ini terletak bersebelahan dengan Pasar 'Onan Lama' sebagai pusat aktifitas masyarakat kala itu. Seiring waktu, kehadiran masjid Agung semakin dirasakan penting.
Selain pusat ibadah, masjid agung sangat bermanfaat dalam penguatan keagamaan. Tahun 1976, bangunan dilakukan peremajaan oleh Pemko Sibolga, dibantu masyarakat dan pemerintah Pusat.
Sementara, proses peremajaan Masjid Agung pertama kali diusulkan masyarakat pada masa jabatan Wali Kota Sibolga, Pandapotan Nasution tahun 1975.
“Keberadaan masjid dekat dengan onan (Pasar Balakang) ini amat vital dalam penyebaran agama Islam dan perjuangan kemerdekaan, karena tempat berkumpul ideal para alim ulama dan pejuang pada waktu itu,” tutur Syafriwal Marbun, pemerhati sejarah dan budaya di Sibolga.
Sampai tahun 1950-an, Masjid Agung masih satu-satunya masjid terbesar di Kota Sibolga, yang kerap ramai didatangi para jamaah.
Masjid Agung juga memiliki halaman cukup luas, berlantai ubin, dan teras bangunan terbuka dengan udara sejuk karena embusan angin laut bebas.
Masjid Agung memiliki sumur tak pernah kering, sehingga tak jarang masyarakat dan pedagang kala itu, antre mendapatkan air bersih untuk air diminum, mandi serta kebutuhan lainnya.
“Perlahan-lahan luas tanahnya bertambah karena banyak merelakan atau mewakafkan lahannya, sehingga tahun 1960-an seperti luasnya saat ini,” kata Syafriwal.
“Kondisi bangunan Masjid Agung, papannya mulai keropos dan atapnya berlepasan apalagi saat angin kencang tiba, sehingga perlu dibenahi,” lanjutnya.
Pada 9 Januari 1976, masyarakat, alim ulama, muspida, pedagang, pengusaha bermusyawarah kembali di rumah dinas wali kota untuk membicarakan renovasi masjid Agung.
Tiga tahun kemudian, persisnya tanggal 31 Agustus 1979, renovasi bangunan masjid rampung, sekaligus diresmikan sejalan dengan pendirian Islamic Centre berlokasi di depan masjid.
Setelah dibangun pada 1908, serta direnovasi tahun 1979, kondisi bangunan Masjid Agung kembali dipercantik pada 2013.
Salah satu alasan dibangunnya kembali Masjid Agung, berkaitan dengan dampak bencana gempa Aceh 2004, dan Nias 2005, yang terasa ke Sibolga dan merusak sebagian bangunan masjid.
“Setelah diteliti, akhirnya pengurus menyimpulkan Masjid Agung harus dibangun kembali. Jangan cuma direhab, karena banyak retakan bangunan dimana-mana, dikhawatirkan bisa menimbulkan musibah bagi jamaah,” jelas Syafriwal.
“Kembali masyarakat bermusyawarah dengan wali kota, saat itu dijabat Sahat P Panggabean. Bertepatan pada Juni 2007, dari hasil musyawarah, dibentuklah panitia pembangunan masjid yang baru dipimpin pak Afifi Lubis juga menjabat Wakil Wali kota,” tambahnya.
Dana awal diambil dari APBD 2007. Pada tahun 2013, Masjid Agung selesai dibangun, dibantu secara gotong royong oleh seluruh elemen masyarakat Kota Sibolga.
“Masjid Agung kembali diresmikan oleh Menko Perekonomian RI Chairul Tanjung pada Sabtu, 11 Oktober 2014. Hadir juga Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujo Nugroho, dan Wali kota Sibolga Syarfi Hutauruk,” sebut Syafriwal.
Fasilitas Masjid Agung dan Keunikannya
Masjid Agung yang berlokasi di jantung kota, persis di kelurahan Pasar Belakang, Kecamatan Sibolga Kota, tersedia beberapa fasilitas selain memiliki halaman cukup luas dan bersih.
Seperti tersedianya menara setinggi 45 Meter mengalahkan bangunan lain di Sibolga, dilengkapi fasilitas lift, juga atap hidrolik agar jamaah lebih khusyu’ beribadah tanpa gangguan cuaca.
“Secara pribadi Menko Perekonomian RI, Chairul Tanjung telah mendonasikan uangnya berkisar Rp1 miliar, untuk pembangunan lift menara masjid dan atap hidrolik,” beber Syafriwal.
Sementara di puncak menara masjid, juga dipasang lampu suar, fungsinya termasuk menjadi rambu-rambu bagi nelayan, sewaktu kapal ingin bersandar di Kota Sibolga.
Lokasi Masjid Agung terbilang cukup unik dan strategis. Masjid ini dikelilingi oleh 4 sudut perempatan jalan kota.
Jika mau ke Masjid Agung, kita dapat melintas dari perempatan Jalan Ahmad Yani, Jalan Masjid, Jalan S Parman, dan Jalan Pangeran Diponegoro.
Lokasi masjid juga berdekatan dengan pusat keramaian seperti loket bus dan taksi penumpang, pertokoan, cafe, rumah makan atau restoran, dan objek wisata pantai.
Tidak hanya itu, Masjid Agung juga berdekatan dengan pusat pemerintahan, bangunan sekolah, dan rumah ibadah agama lain.
Masjid Agung yang berdiri diatas lahan wakaf seluas 250 meter persegi ini, memiliki desain arsitektur ala Timur Tengah dengan nuansa keemasan, begitu indah dan menyenangkan.
“Masjid Agung juga pernah meraih peringkat terbaik se-Indonesia, kategori masjid Agung percontohan bidang Riayah atau pemeliharaan dan kebersihan 2015 lalu,” ungkapnya.
Bangunan Masjid Agung begitu mewah terlihat kasat mata, telah menjadikan Sibolga wilayah transit atau persinggahan bagi para pedagang maupun pelancong.
Karena selain menjadi pusat ibadah, masjid ini juga kerap dimanfaatkan wisatawan muslim untuk beristirahat dan berswafoto. Moment keramaian itu dapat dilihat saat bulan Ramadhan.
Masjid Agung Jelang Ramadhan
Ramadhan adalah moment kerinduan dinantikan umat islam, karena merupakan bulan suci penuh keberkahan, berlomba-lomba dalam kebaikan dan menjalankan amalan.
Berbagai cara pun dilakukan umat Muslim dalam menyambut bulan pengampunan itu, mulai dari bersih-bersih masjid hingga berpuasa jelang Ramadhan tiba.
Seperti dilakukan oleh pengurus dan anggota BKM Masjid Agung Sibolga. Jelang Ramadhan 1444 Hijriyah atau tahun 2023, BKM melakukan bersih-bersih masjid.
Selain membersihkan masjid, BKM juga memperbaiki berbagai sarana dan prasarana dalam masjid, sehingga proses ibadah di Ramadhan nanti tidak mengalami kendala.
Pembersihan tidak di dalam masjid saja, BKM juga berangsur-angsur menata pelataran masjid, setiap tahun biasanya dijadikan lokasi parkir, dan aktivitas Ramadhan.
Semua itu dilakukan oleh BKM, untuk memberikan kenyamanan bagi jamaah lokal dan luar daerah untuk menunaikan ibadah selama bulan Ramadhan di Masjid Agung Sibolga.
Selain itu, BKM juga berpuasa sunnah pada bulan Rajab dan Sya’ban yang rutin dikerjakan sebelum memasuki bulan Ramadhan.
“Ada beberapa kegiatan kita laksanakan di masjid ini, yaitu berpuasa Senin Kamis, untuk melatih diri sebelum bulan ramadhan,” ucap Màudin Ziliwu, ketua BKM Masjid Agung Sibolga.
“Selain berpuasa sunnah, biasanya kita juga rutin melaksanakan sholat fardhu sampai memasuki bulan Ramadhan,” tutupnya. (SPN/LNO)