- Teguh Joko Sutrisno/tvOne
Masjid Besar Kauman Semarang, Tempat Ulama dan Umaro Umumkan Hari Pertama Bulan Ramadhan
Semarang, tvOnenews.com - Masjid Besar atau yang akrab disebut Masjid Kauman adalah masjid tertua di Kota Semarang, Jawa Tengah.
Dalam sejarahnya, masjid ini berkaitan erat dengan berdirinya Kota Semarang.
Konon dalam pembangunan arsitekturnya mencerminkan jatidiri masyarakat pesisir yang lugas tetapi bersahaja.
Di masjid ini pula, para ulama dan umaro dulu berdiskusi untuk menentukan masuknya bulan Ramadhan.
Mereka mengumpulkan para ahli dan bersepakat menentukan awal Ramadhan dan mengumumkannya di halaman Masjid Kauman.
Seperti halnya pada masjid-masjid tua di Pulau Jawa, Masjid Besar Kauman Semarang berada di pusat kota atau alun-alun.
Berdekatan langsung dengan pusat pemerintahan masa itu di Kanjengan. Di seberangnya juga ada Pasar Johar.
Menurut Takmir Masjid Agung Kauman Semarang, H. Muhaimin, memang seperti itulah ciri khas tata ruang jaman dulu yang dalam sejarahnya merupakan ide dari Sunan Kalijaga.
Ia menambahkan, Masjid Agung Kauman Semarang punya andil besar dalam sejarah pergerakan perjuangan Indonesia.
Karena menjadi satu-satunya masjid di Indonesia yang mengumumkan kemerdekaan bangsa Indonesia secara terbuka hanya beberapa saat setelah diproklamirkan Soekarno.
"Memang di Semarang waktu itu tidak berani mengumumkan proklamasi kemerdekaan. Tapi karena dorongan semangat perjuangan, maka semua bergerak dan mengumumkan proklamasi kemerdekaan yang sebelumnya dilakukan di Jakarta, lalu diteruskan lewat masjid ini," ungkapnya.
Berdasarkan inskripsi berbahasa dan berhuruf Jawa yang terpatri di tembok bagian dalam gerbang masuk Masjid Kauman, tertulis angka 1170 Hijriah atau bertepatan dengan tahun 1749 Masehi.
Angka ini diyakini sebagai tahun dibangunnya Masjid Kauman Semarang.
Tapi ada juga versi lain dari catatan-catatan sejarah dan cerita-cerita tutur yang dapat dijadikan dasar rujukan.
Bahwa masjid ini didirikan pertama kali pada pertengahan abad XVI Masehi atau pada masa Kesultanan Demak.
"Pengaruh Wali Songo pada masa perkembangan Islam di tanah Jawa yang begitu kuat, memengaruhi ciri arsitektur Masjid Agung Kauman Semarang. Ini bisa dilihat dari atap masjid yang berbentuk tajuk tumpang atau tingkat tiga. Arsitektur ini juga mirip dengan Masjid Agung Demak yang dibangun pada masa Kasultanan Demak. Atap tingkat tiga punya filosofi Iman, Islam dan Ikhsan," jelas Muhaimin.
Pengaruh Jawa juga sangat kuat mempengaruhi gaya arsitektur Masjid Kauman Semarang. Bentuk atapnya menyiratkan bangunan gaya Majapahit.
Bagian tajug paling bawah menaungi ruangan ibadah. Tajug kedua lebih kecil, sedangkan tajug tertinggi berbentuk limasan.
Atap Masjid ditopang 36 soko atau pilar yang kokoh.
Bentuk atap limasan yang diberi hiasan mustaka, sementara pintunya berbentuk rangkaian daun waru, melambangkan arsitektur Persia atau Arab.
Di teras masjid terdapat dua bedug dan kentongan. Secara tradisional, bunyi bedug kentongan ini dipakai untuk penanda masuknya waktu sholat.
Di ruangan masjid, terdapat mihrab yang terlihat runcing dengan langit-langit dari beton.
Ada juga mimbar imam yang terbuat dari kayu jati dilengkapi ornamen ukir yang indah.
Konon pada jaman dahulu mimbar ini dibuat sepasang, salah satunya untuk tempat sholat bupati Semarang.
Pada bagian utama masjid, yaitu ruang salat, hanya diperbolehkan bagi muslim laki-laki.
Di pojok terdapat pula jam bandul kuno yang masih digunakan. Atap asli berupa seng masih dipertahankan hingga kini.
Sebuah menara yang cukup tinggi juga sudah menjadi pelengkap bagi Masjid Agung Semarang ini.
Tampakan depannya sudah jauh lebih modern tanpa kehilangan keaslian bangunan aslinya.
Setiap hari, Masjid Agung Kauman Semarang sangat ramai.
Apalagi saat bulan Ramadhan, banyak pendatang dari luar daerah yang sengaja datang kesini untuk mengikuti semaan Alqur'an.
Juga ceramah agama yang disampaikan oleh para kyai sepuh yang menjadi panutan dalam menjalankan ibadah.(tjs/muu)