- Tim TvOne/Arif Budiman
Dibangun Tanpa Paku, Masjid Jami’ Air Tiris Kampar Masih Berdiri Kokoh di Usia Ratusan Tahun
Kampar, tvOnenews.com - Masjid Jami’ Air Tiris masih terlihat berdiri kokoh meski sudah berusia ratusan tahun. Masjid yang dikenal dengan keunikan bangunannya ini terletak di Dusun Satu, Pasar Usang, Desa Tanjung Berulak, Kecamatan Air Tiris, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.
Keunikan bangunannya terlihat di bagian atas yakni pada atap yang berjenjang tiga, sekilas terlihat seperti rumah adat dan kelenteng.
Keunikan lainnya, bangunan masjid ini, pada awalnya tidak menggunakan paku tapi hanya menggunakan pasak yang terbuat dari kayu.
Penjaga atau gharim masjid, Zufri Abdullah ketika dihubungi beberapa waktu lalu mengatakan, Masjid Jami’ ini, pembangunannya dimulai pada tahun 1897, setelah empat tahun pembangunan atau tepatnya pada tahun 1901 masjid ini mulai difungsikan.
Pembangunan Masjid Jami’ ini, merupakan ide dari tokoh agama bernama Angku Mudo Sangkal yang melihat masjid saat itu, hanya terdiri bangunan kecil sementara warga semakin padat.
Ditambah lagi warga ramai beraktivitas di sekitar masjid dikarenakan ada pusat perbelanjaan yang dikenal dengan Pasar Usang.
Setelah berembuk dengan warga termasuk tokoh adat, akhirnya disepakati membangun Masjid Jami’ yang bisa menampung banyak orang untuk berjamaah, termasuk pelaksanaan salat Jumat. Masjid ini terdiri dari 16 tiang besar, di mana satu desa dibebankan untuk meyediakan satu tiang.
Banyak cerita di luar nalar manusia tentang Masjid Jami’ ini, mulai dari pembangunan sampai keberadaan masjid dari masa ke masa.
Dituturkan Zufri, saat pemasangan salah satu tiang, hanya dipasang oleh Angku Mudo Sangkal sendiri, syaratnya ketika dia bekerja tidak boleh dilihat orang lain.
Selain itu, masjid yang berdiri tidak jauh dari Sungai Kampar ini, dinilai keramat karena tidak bisa dimasuki banjir.
Padahal Sungai Kampar sering meluap dan merendam perkampungan warga. Namun uniknya Masjid Jami’ ini tidak pernah terendam banjir.
Tidak hanya itu, masjid ini tidak pernah penuh dan bisa menampung berapapun banyaknya jemaah, meskipun dari luar terlihat melimpah, namun ketika masuk ke dalam masjid ternyata banyak yang kosong.
Di belakang masjid ada bak penampungan berisi air wudhu. Bagi masyarakat sekitar, bak penampungan tersebut biasa disebut kulah. Dalam bak penampungan itu, ada sebuah batu berbentuk kepala kerbau.
Masyarakat banyak mengkeramatkan, banyaknya warga yang datang dan memanfaatkan air tersebut, salah satunya untuk berobat.
“Banyak yang mengkeramatkan batu berbentuk kepala kerbau tersebut tapi disarankan kepada warga agar tidak mempercayai sesuatu benda yang tidak bisa memberi manfaat, nanti bisa jatuh ke syirik,” jelas Zufri.
Sejak dibangun pada tahun 1897, Masjid Jami’ baru tiga kali mengalami renovasi, yakni renovasi atap kemudian renovasi plafon dan lantai masjid.
Hingga kini, masjid yang sudah berusia 126 tahun itu masih terlihat megah berdiri dan dimanfaatkan warga untuk ibadah salat dan kegiatan agama lainnya. (abn/wna)