- Zulfahmi
Masjid Lama Gang Bengkok, Masjid Perpaduan Melayu, Persia dan Cina yang Dibangun Saudagar Tionghoa
Medan, tvOnenews.com - Masjid Lama Gang Bengkok menjadi salah satu masjid bersejarah di Kota Medan.
Masjid yang terletak di Jalan Masjid, Kelurahan Kesawan, Kecamatan Medan Barat ini, dibangun oleh saudagar kaya keturunan Tionghoa bernama Kapten Tjong A Fie.
Sekretaris BKM Masjid Lama Gang Bengkok, Haji Muchlis Tanjung menyebutkan, masjid ini pertama kali berdiri pada tahun 1874.
Masjid ini kemudian diserahkan Tjong A Fie kepada Kesultanan Deli pada masa pemerintahan Sultan Deli Ma'moen Al Rasyid.
"Masjid Lama Gang Bengkok, berdiri sejak tahun 1874 dan dibangun oleh warga Tionghoa atas nama Tjong A Fie. Dahulu kala sosok Tjong A Fie terkenal oleh masyarakat dengan kedermawanannya, keturunan Tionghoa itu juga membangun Masjid Bengkok ini dengan uang pribadi sendiri tanpa ada bantuan dari pihak mana pun. Sedangkan bangunan masjid ini berdiri di atas tanah wakaf dari Haji Muhammad Ali atau lebih dikenal dengan nama Datuk Kesawan," kata Muchlis, Sabtu (25/3/2023) kepada tvOnenews.com.
Dikatakan Muchlis, Bangunan Masjid Lama Gang Bengkok memilik arsitektur tiga budaya yang menunjukkan bahwa tingginya toleransi masyarakat Kota Medan dalam beragama.
Hal itu terlihat dari bagian atap masjid yang melebar dan melengkung seperti layaknya kelenteng.
"Marilah kita lihat secara jeli kondisi bangunan Masjid Bengkok ini atapnya melengkung kayak kelenteng. kemudian masjid bersejarah ini bercorak warna kuning, artinya menunjukkan ciri khas Melayu dengan dipadukan warna hijau yang artinya juga merupakan simbolis dari keislaman,” sebutnya.
Muchlis lalu menceritakan, sebelumnya Masjid Al Osmani yang terletak di Jalan Yos Sudarso, Kelurahan Pekanlabuhan, Kecamatan Medan Labuhan adalah masjid tertua di Kota Medan, yang dibangun pada tahun 1854 Masehi oleh Sultan Osman Perkasa Alam (Sultan Deli Ketujuh).
Kemudian 20 tahun setelahnya, dibangunlah Masjid Lama Gang Bengkok yang merupakan perpaduan antara warga Melayu dengan warga Tionghoa.
“Banyak juga masyarakat yang bertanya kenapa disebut Masjid Bengkok (Masjid Lama Gang Bengkok) ? Karena pada awal pembangunannya berada di sebuah gang sempit," sebutnya.
“Kemudian terdapat sebuah belokan atau tikungan pas di depan masjid kita ini, karena tidak ada nama resmi pada masjid dan masjid yang menjadi salah satu ikon Kota Medan kini ditetapkan dan diberi nama Masjid Lama Gang Bengkok,” ucap Muchlis.
Muchlis menerangkan, bahwa terlihat jelas bentuk bangunan Masjid Lama Gang Bengkok memiliki gaya arstitektur dari beberapa negara yakni Cina, Melayu, dan Persia. Terlihat jelas dari atap masjid yang tidak berbentuk seperti kubah, namun mirip kelenteng.
Sedangkan sentuhan gaya Melayu ditemukan pada bagian plafon masjid yang terdapat hiasan "Lebah Bergantung".
Hiasan tersebut dibuat dari kayu menghasilkan ukiran yang sangat unik dan mempesona sehingga menghasilkan semacam tirai dengan warna kuning.
Warna kuning sendiri merupakan warna khas dari Melayu. Kemudian pada bagian gapura masjid terdapat sentuhan dari gaya Islam Persia.
“Masjid Bengkok memiliki sentuhan kental dari budaya Tionghoa dan Melayu. Perpaduan dari sentuhan tersebut menghasilkan sebuah bangunan masjid yang unik. Dilihat dari arsitekturnya saja, ada seperti Cina, Melayu, dan Persia. Masjid ini tidak seperti sebuah bangunan masjid pada umumnya, melainkan seperti sebuah Kelenteng,” katanya.
Selama bulan Ramadhan disampaikan Muchlis, pengurus BKM Masjid Lama Gang Bengkok mengadakan sajian kuliner gratis yakni bubur khas Melayu yang dibagi kepada masyarakat yang berpuasa dan melaksanakan salat magrib di masjid.
“Allhamdulilah sampai saat ini, kami setiap tahun pada bulan puasa, kita pengurus BKM Masjid Lama Gang Bengkok selalu membuat makanan bubur Melayu yang nantinya kami bagikan secara gratis kepada masyarakat yang telah menjalankan ibadah puasa, dan kepada warga yang salat magrib kami bagikan bubur melayu itu," tutup Muchlis. (zul/nof)