- Tim tvOne - Sonik Jatmiko
Kraca, Kudapan Ramadhan Khas Banyumas Zaman Dahulu yang Masih Diburu
Banyumas, tvOnenews.com - Mungkin ini salah satu kuliner khas Ramadhan tertua di Banyumas, Jawa Tengah. Hingga kini, kraca masih diburu warga saat bulan puasa seperti sekarang ini.
Kraca adalah keong sawah yang dimasak semacam rica-rica pedas. Sebagian besar warga di Kabupaten Banyumas, menyantapnya sebagai kudapan, meski ada yang menjadikannya sebagai lauk pendamping nasi.
Belum ada literatur penelusuran sejarah kudapan ini. Dari bahan dan pengolahan, terlihat kuliner ini sangat tradisional. Murni memanfaatkan bahan dari alam asli Kabupaten Banyumas. Pun dari penuturan warga, mereka sudah menikmati kraca sejak nenek moyang.
"Sudah semacam turun temurun. Nenek atau embah saya bercerita sudah mengolah kraca dan menikmatinya bersama neneknya. Jadi setidaknya tujuh garis keturunan sudah ada kuliner ini," ujar Wulan (30), salah seorang pembeli kraca.
Keluarga Kamlani (52) juga menjadi bukti kraca adalah olahan makanan khas yang sudah ada sejak dahulu kala. Dia adalah keluarga pengolah dan penjual kraca di bilangan Kauman Lama, Kebondalem, Purwokerto. Usahanya sudah ada sejak neneknya.
Meski dalam hari biasa tetap menjaja, di Ramadhan, pembelinya melonjak. Dalam sehari, dia memasak satu kuintal kraca. Bandingkan di hari biasa hanya sekitar 30 kg kraca per harinya.
"Iya tiga kali lipat lebih. Bahkan kalau mendekati lebaran, bisa empat hingga lima kali lipat," ujar Kamlani, Minggu (26/3/2023).
Kraca mentah didapat dari orang yang mencari di sawah. Sekarang, di wilayah Banyumas sudah sulit mencari kraca. Kebanyakan kraca didatangkan dari Pemalang dan sekitar Pantura.
Keluarganya menjual kraca sejak di harga kisaran ratusan rupiah. Kini harga satu kilogram kraca Rp 50 ribu.
"Ada juga kita jual per porsi di harga Rp 15 ribu," ujarnya lagi.
Pembelinya tak hanya warga Purwokerto, tetapi juga kabupaten tetangga, seperti Cilacap dan Purbalingga.
"Kalau mendekati lebaran, yang beli kebanyakan para pemudik. Mereka kangen dengan kraca yang tidak bakal dijumpai di perantauan," ujarnya.
Kudapan ini bisa melintas zaman dengan cukup alasan. Soal rasa, yang bisa diterima warga. Lalu, kini dikaji lagi dengan alasan sarat kandungan gizi. Kraca adalah kudapan abadi.(Sjo/Buz)