- Tim tvOne - Galih Manunggal
Jejak Syiar Islam di Pulau Jawa, Melihat Keindahan Masjid Peninggalan Sunan Muria di Puncak Gunung
Kudus, tvOnenews.com - Salah satu bukti sejarah syiar Islam di Pulau Jawa yakni masjid peninggalan Raden Umar Said atau Sunan Muria yang berada di Desa Colo, di lereng Gunung Muria, Kudus, Jawa Tengah.
Pusat syiar Agama Islam yang dilakukan Sunan Muria yang sekaligus menjadi makam beliau berada lereng Gunung Muria Desa Colo, Kecamatan Dawe. Untuk mencapai lokasi dengan ketinggian sekitar 1000 MDPL itu, peziarah harus menyusuri jalan sempit yang menanjak sekitar 3 kilometer dari terminal Colo.
Selama ratusan tahun sejak ditinggalkan oleh sang wali, bangunan masjid sekaligus makam Sunan Muria di lokasi tersebut telah mengalami banyak perubahan. Namun beberapa benda dan bagian bangunan di dalam masjid yang dibangun sunan muria hingga kini masih utuh seperti sedia kala.
Salah satunya yakni tempat imam masjid atau pengimaman. Tidak seperti tempat imam masjid pada umumnya, bentuk pengimaman di masjid ini menjorok ke dalam. Susunan bangunan juga masih utuh seperti aslinya, termasuk cawan-cawan yang ditempel di dinding bangunan.
Bedug di Masjid Sunan Muria dihiasi ukiran naga dan ayam jantan serta aksara jawa kuno dibawahnya.(Galih Manunggal).
Benda lain peninggalan Sunan Muria adalah bedug yang terbuat dari kayu jati kuno. Terdapat pahatan berbentuk ukiran naga dan ayam jantan diatas bedug serta aksara Jawa kuno dibawahnya.
Bedug yang tersimpan di masjid tersebut juga masih asli dan masih digunakan untuk ditabuh sebelum adzan berkumandang.
Yang ketiga yakni gentong peninggalan Sunan Muria yang sering menjadi tempat tujuan pengunjung setelah berziarah di makam sang wali.
Gentong terletak sekitar 20 meter dibawah makam Sunan Muria ini masih terawat hingga sekarang. Gentong tersebut berisi air yang berasal dari mata air pegunungan Muria yang senantiasa mengalir sepanjang waktu.
Gentong peninggalan masa Syiar Islam Sunan Muria menjadi jujugan para Peziarah. (Galih Manunggal)
Pengurus Yayasan Makam Dan Masjid Sunan Muria, Mastur mengatakan, semasa hidup Sunan Muria dikenal sangat dekat dengan rakyat. Semua benda peninggalan Sunan Muria yang ada merupakan petunjuk kemuliaan ajaran beliau.
“Seperti tempat imam yang menjorok ke dalam merupakan simbol mengutamakan akhirat, selalu intropeksi diri serta sifat kedermawanan yang diteladankan pada umatnya,” terang Mastur.
Mastur menambahkan, Sunan Muria juga menyebarkan agama Islam dengan jalan damai. Yakni metode topo ngeli atau ikut arus budaya masyarakat asli sekitar dan kemudian diisi dengan nilai-nilai Islam.
“Beliau dalam berdakwah konon menerapkan metode topo ngeli, atau ikut arus budaya masyarakat sekitar pada awalnya dengan menyelipkan ajaran-ajaran Islam. Seperti kalau ada bayi lahir, diisi dengan berjanjen atau sholawatan, kalau ada orang mati diisi dengan tahlil, baca Alquran, kalau ada yang syukuran dibacakan manaqib. Pada akhirnya, masyarakat ikut masuk ke agama Islam,” lanjut Mastur.
Selain itu, metode dakwah lainnya yakni pager mangkok atau gemar bersedekah, kepada masyarakat sekitar.
“Beliau (Sunan Muria) berpesan, pagarilah rumahmu memakai mangkok. Artinya gemarlah bersedekah kepada masyarakat sekitar, imbuh Mastur.
Warga dari berbagai daerah berziarah di makam Sunan Muria di momen Ramadhan. (Galih Manunggal)
Peranan serta dan jasa Sunan Muria semasa hidupnya dalam menyebarkan agama Islam membuat makam beliau yang terletak di samping masjid selalu ramai dikunjungi peziarah dari berbagai penjuru nusantara hingga mancanegara.
“Ya ini kebetulan ada waktu untuk berziarah ke makam Sunan Muria bersama keluarga. Ya tadi berdoa saja sebisanya biar memantapkan hati menjalani Ramadhan,” ujar Tika Kartika, peziarah asal Jepara.
Hingga kini keberadaan masjid dan makam Sunan Muria ini juga berdampak pada peningkatan kesejahteraan warga sekitar. Para warga menjual cinderamata, kuliner dan makanan khas gunung Muria hingga menyediakan jasa ojek di sekitar area menuju masjid dan makam Sunan Muria. (gml/buz)