- Tim tvOne - Galih Manunggal
Menengok Pondok Pesantren Anak Berkebutuhan Khusus di Kudus, Satu-satunya di Indonesia
Kudus, tvOnenews.com - Pondok pesantren identik dengan tempat menimba ilmu agama bagi para santri. Di Kudus, Jawa Tengah, terdapat pondok pesantren yang para santrinya adalah anak berkebutuhan khusus (ABK). Mereka berasal dari berbagai kota besar di Tanah Air.
Pondok pesantren ABK satu-satunya di Indonesia ini didirikan karena keprihatinan pemilik pondok saat melihat anak-anak berkebutuhan khusus tidak cukup memiliki kesempatan untuk belajar dan menimba ilmu agama seperti anak-anak pada umumnya.
Adalah pondok pesantren Al-Achsaniyyah yang berlokasi di Desa Pedawang, Kecamatan Bae, Kudus, Jawa Tengah setiap hari ramai diisi aktifitas belajar mengajar seperti pondok pesantren pada umumnya.
Namun yang membedakan dengan pondok pesantren lainnya adalah para santri di pondok pesantren ini semuanya merupakan anak berkebutuhan khusus, atau autis.
Para santri di Pondok Pesantren Autis Al-Achsaniyah mengikuti berbagai kegiatan selama Ramadhan (Galih Manunggal).
Sejak pagi, aktivitas belajar dimulai dengan kelas masing masing. Santri remaja yang rata-rata sudah memiliki kemampuan baca tulis memulai aktivitas belajar dengan mengulang hafalan surat surat, yang kemudian dilanjutkan dengan latihan membaca Al-Quran secara bergantian.
Untuk santri yang masih kecil atau yang masih belum bisa melakukan banyak hal sendiri cenderung dibiasakan untuk melakukan aktivitas belajar di luar ruangan agar lebih rileks dan santai.
Santri yang rata-rata berumur dibawah 12 tahun tersebut biasanya diajak menghafalkan surat-surat pendek, Asmaul Husna, serta bernyanyi lagu-lagu Islami di taman.
Meski santrinya adalah anak-anak autis, sejak pagi usai membersihkan kamar para santri langsung mengambil air wudhu secara bergantian untuk melakukan shalat wajib dan sunnah berjamaah.
Selain diajarkan ilmu agama, santri disini juga diajarkan bagaimana untuk bisa mengembangkan diri dan berkarya. Agar nantinya mereka setelah keluar dari pondok memiliki kemampuan untuk mencari nafkah sendiri.
Menurut pengasuh sekaligus pendiri Pondok Pesantren Al-Achsaniyyah, Muhammad Faiq Afroni, santri yang dititipkan di pondok pesantren Al-Achsaniyyah rata-rata merupakan titipan dari para orang tua yang merasa tidak mampu mendidik para anak anak mereka yang berkebutuhan khusus.
Menurutnya total ada 119 santri di ponpes khusus autis. Tidak hanya berasal dari wilayah kudus saja, melainkan dari berbagai daerah, semisal NTT, NTB, bahkan sempat ada dari Malaysia.
"Kegiatan pada bulan Ramadhan belajar sebagaimana mestinya dan itu ada pendidikan umum dan agama. Kalau sore ada mengaji, menghafal surat-surat pendek, kalau malam bertadarus dan salat tarawih berjamaah," jelas Faiq saat ditemui wartawan baru-baru ini.
Salah satu santri, Muhammad Syafiq Dito Harjono asal Pemalang mengaku senang bisa mengikuti berbagai kegiatan saat bulan Ramadhan di ponpes khusus autis.
Dito mengikuti kegiatan mulai dari sekolah saat pagi hari. Lalu dia mengikuti kegiatan hafalan surat pendek saat sore hari bersama santri lainnya di masjid kompleks pondok pesantren.
"Senang temannya banyak, sudah bisa mengaji, hafalan surat Al Ikhlas," kata Syafiq saat ditemui di lokasi.
Syafiq mengaku mengikuti berbagai kegiatan selama Ramadhan. Mulai berpuasa, menghafal surat pendek, hingga tadarusan. "Sudah empat tahun di sini. Di sini belajar ngaji, baca Al-Qur'an," sambungnya.
Menurut salah satu guru pembimbing ponpes, Ima Meili Riskiyana, dalam mendidik anak-anak berkebutuhan khusus tentu tidak mudah, tidak jarang anak marah dan mengamuk tanpa sebab hingga memukul para pengajarnya. Beragamnya perbedaan karakter anak kadang menjadi hambatan bagi pengajar untuk bisa memahami kemauan sang anak.
Meski terkadang santri bertingkah menjengkelkan dan sulit diatur namun para pengajar sadar kondisi mental merekalah yang menyebabkan hal tersebut. Semua pengajar yang ada di pondok pesantren Al-Achsaniyah mendidik anak-anak berkebutuhan khusus tersebut dengan sabar dan tekun dengan dilandasi kasih sayang dan keikhlasan.
"Untuk suka dukanya banyak, untuk duka dulu kalau di sini tidak bisa menangani anak kita bisa kena pukul, terus kedua ketika anak-anak berantem kita susah melerai," jelasnya.
"Sukanya ketika kita mengajar anak itu paham, kita bangga banget, karena anak-anak kebutuhan khusus itu kalau diajari tidak langsung bisa, bisa satu bulan bahkan satu tahun untuk memahamkan anak-anak," imbuh Ima.
Selama Ramadhan, pihak pesantren juga memberikan kegiatan khusus bagi para santri seperti shalat tarawih bersama, buka dan sahur bersama hingga kelas tambahan untuk belajar membaca Al-Quran.
Selain itu, sembari menunggu waktu berbuka atau ngabuburit biasanya diisi dengan kegiatan membaca buku pengetahuan atau dongeng serta membuat permainan ketangkasan secara berkelompok.
Pondok pesantren Al-Achsaniyyah sendiri berdiri pada tahun 2007. Gagasan awal untuk mendirikan pondok pesantren tersebut adalah karena keprihatinan pemilik pondok saat melihat anak-anak yang menderita autis, tidak cukup memiliki kesempatan untuk belajar dan menimba ilmu agama seperti anak-anak pada umumnya.
Dalam setahun pondok pesantren ini rata-rata bisa memulangkan hingga lima santrinya yang telah sembuh dan bisa beraktivitas normal layaknya orang-orang pada umumnya. (gml/buz)