- Religi One
Nyopirin Ustadz Azhari Nasution: Puasa Menjadikan Pribadi Tidak Serakah
Jakarta, tvOnenews.com - Ustadz Azhari Nasution menyebut puasa menjadikan manusia untuk tidak serakah.
Hal itu disampaikan Ustadz Azhari Nasution dalam program 'Nyopirin Ustadz' yang telah tayang dalam kanal YouTube tvOnenews, Sabtu (1/4/2023).
"Puasa itukan esensinya al-imsaku artinya menahan. Orang tidak mungkin bisa menahan kalau tidak mengendalikan. Step awalnya adalah mengendalikan baru dia bisa menahan," kata Ustadz Azhari Nasution.
Lebih lanjut Ustadz Azhari menyebut esensi puasa itu akan terasa apabila ada objek yang dicintai dan kita mampu maraihnya, tapi kita mampu menahan diri kita.
"Kenapa ada keserakahan? karena orang tidak bisa mengendalikan porsinya (keinginannya). Orang sering lupa antara kebutuhan dan keinginan. Dia kira itu kebutuhan, padahal itu keinginan. Nah esensi puasa adalah mengajarkan kita menahan segala sesuatu, bukan hanya lapar dan juga dahaga saja," tuturnya.
Menurut Ustadz Azhari masih banyak orang yang menjalani puasa fisik saja, yaitu puasa yang berfokus pada menahan lapar dan haus saja.
"Konsekuensinya, setelah dia buka puasa, dia bukan seperti orang lapar tapi kelaparan, semuanya diambil, tidak kontrol diri, itu serakah jadinya," katanya.
Menurutnya, Al-Ghazali pernah berkata 'kalau ada orang yang ketika berbuka puasa dia memakan apapun yang tidak boleh dia makan di siang hari, sebenarnya dia bukan puasa, tapi pindah jam makan saja'.
"Puasa malatih kita menahan lapar. Lapar itu jalan spiritual mendekatkan diri kepada Tuhan. Harusnya kalau melatih lapar, ketika berbuka, makanlah secukupnya, jangan serakah. Tapi realitanya kalau kita berbuka seperti kelaparan, semua kita makan," tuturnya.
Ustadz Azhari menyebut, berdasarkan hadist, puasa itu merupakan prisai, yang bisa melindungi kita dari hal-hal negatif.
"Jadi puasa itu portal, portal dari godaan syetan. Kata nabi, kalau ada orang yang memancing emosi kamu, ketika kamu berpuasa, katakan dalam diri kamu, 'saya melakoni puasa, saya enggak mau berantem' tambahnya.
Menurutnya banyak yang salah dalam menerjemahkan Inni shoimun. Makna inni Shoimun menurutnya bukan berarti 'aku sedang puasa', lebih dari itu, inni shoimun berarti 'aku melakoni puasa'.
"Sehingga orang yang berpuasa dengan orang yang melakoni puasa itu berbeda. Jadi ramadhan ini kita dituntut bukan hanya sedang (puasa) tapi harus melakoni puasa," terangnya.
Orang yang disebut melakoni puasa itu ada dua hal. Pertama puasa bukan cuma menahan lapar dan haus tapi mempuasakan seluruh organ yang melekat dalam diri.
"Matanya dipuasakan, telinganya dipuasakan, tangannya dipuasakan, sehingga dia puasa tapi tidak gibahin orang, karena mulutnya juga puasa, engga ngejulidin orang," ujarnya.
Kedua seseorang dianggap melakoni puasa kalau puasanya tidak dibatasi ruang dan waktu.
"Setelah ramadhan dia tetap berpuasa. Bukan puasa menahan lapar dan haus, tapi mempuasakan yang tadi, organ-organ dari hal-hal yang tidak baik. Bukan karena bulan Ramadhannya tapi dia memang ingin mempuasankan diri dari hal-hal yang tidak disukai Tuhan," katanya.
Contoh kongkret puasa melatih manusia untuk tidak serakah dengan hal yang halal apalagi yang haram adalah kebiasaan saat berbuka puasa.
Berdasarkan data, Indonesia adalah negara muslim terbesar di dunia, akan tetapi di saat yang bersamaan, Indonesia juga adalah negara penyumbang sampah makanan (food waste) terbesar kedua di dunia.
"Dan angka food waste itu meningkat dua kali lipat di saat momen ramadhan. Ini kontra produktif dengan pesan puasa. Puasa menyuruh kita untuk secukupnya, kok kita malah buang-buang makanan," tuturnya.
Lebih lanjut Ustadz Azhari menyebut, jika kita perlu membenahi cara berpuasa dengan makan secukupnya dan tidak membuang-buang makanan.
'Allahumma ikfini bihalalika anharomika'
"Ini adalah doa agar kita tidak serakah, artinya Tuhan cukupilah saya dengan yang halal halal biar enggak melihat yang haram-haram," (muu).