- ANTARA
Mengintip Nilai Ibadah dari Penukaran Uang Pecahan Jelang Lebaran
Meskipun hanya menjadi perantara penukaran, karena suami Nani memiliki akses ke sejumlah bank, bukan berarti apa yang harus dia kerjakan itu sederhana dan mudah.
Nani harus meluangkan tenaga dan waktu untuk mendata orang-orang yang memerlukan, termasuk berapa jumlah uang yang diperlukan.
Ketika uang pecahan itu sudah di tangan, ia harus menghitung ulang secara manual. Kemudian, jika pemesan tidak segera mengambil, Nani rela mengantarkan uang itu ke rumah si pemesan. Hal itu karena Nani tidak ingin menanggung risiko, misalnya rumahnya disatroni pencuri.
Secara pribadi ada "nasabah" yang merasa berutang budi, Nani kadang mendapatkan oleh-oleh, yang hal itu tidak pernah ia harapkan. Beruntung bahwa selama menjalankan bantuan itu tidak pernah mengalami kerugian, seperti tidak sesuainya jumlah uang yang diterima dari bank, termasuk para pemesanannya tidak membayar sesuai jumlah yang dipesan.
Melihat ibadah sosial yang dilakukan Nani, barangkali layak juga disandingkan dengan cerita hikmah tentang sufi mengenai adanya seorang pelacur dimasukkan ke surga oleh Allah SWT hanya karena memberi minum seekor anjing yang kehausan.
Perbuatan si pelacur kepada hewan saja bernilai ibadah kelas tinggi, apalagi jika hal itu dilakukan untuk membantu orang lain dalam menjalankan kebaikan, yakni ingin bersedekah uang di momen Lebaran.