- (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)
Menengok Kisah Masjid Merah di Kota Cirebon, Masjid yang Dibangun 1480 Ini Masih Tampak Keasliannya
Pemandangannya amat indah karena langsung bisa melihat laut yang dekat pelabuhan, ditemani dengan hempasan angin sepoi-sepoi.
Namun setelah pemukiman bercampur dengan penduduk lokal, pemandangan yang akan menyambut kita adalah perumahan penduduk setempat bergaya mur ala ketimuran yang dikelilingi oleh toko-toko yang berjualan barang elektronik.
Tepat di gang sebelah kanan pengunjung juga bisa memanjakan lidah bersama Mi Koclok Panjunan dengan kuah putihnya yang kental nan gurih.
Arsitektur yang otentik
Sebagai masjid tertua kedua di Cirebon setelah Tajug Pejlagrahan, arsitektur dari Masjid Merah mempunyai ciri khas perpaduan agama Islam, Hindu dan Buddha. Sementara perpaduan budaya lain yang dapat ditemukan berasal dari Jawa, Arab, dan China.
Masjid yang dibangun dari bata merah dan tanah itu mempunyai ukuran bangunan yang tak begitu lebar.
Pengunjung yang datang akan disambut oleh dua gapura yang masing-masing punya ukiran yang berbeda dan atap layaknya kuncup yang menyerupai mahkota raja di Indonesia pada zaman dulu.
Begitu masuk ke dalam, terlihat masjid itu berdiri tegap karena topangan 17 pilar kayu jati besar yang menandakan rakaat dalam sholat lima waktu. Pengunjung juga bisa menemukan adanya ukiran dalam bahasa Arab di kayu-kayunya.
“Masuk ke masjid ini hawanya langsung lain, sejuk padahal di luar panas. Bangunannya juga enggak biasa, mungkin karena lebih terbuka dan mirip pendopo,” kata Rahman, pengunjung Masjid Merah asal Jakarta.