- (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)
Menengok Kisah Masjid Merah di Kota Cirebon, Masjid yang Dibangun 1480 Ini Masih Tampak Keasliannya
Ada tiga bagian utama dari struktur Masjid Merah yang bila diperhatikan secara seksama akan ada empat pintu berukuran kecil dan lima pintu berukuran besar.
Jika ditilik lebih dalam Masjid Merah juga mempunyai pintu-pintu berukuran kecil dijadikan sebagai pengingat diri bahwa manusia adalah makhluk kecil yang sudah sepatutnya tetap tunduk pada Tuhan dan alam semesta.
Pada bagian tengah, dijadikan sebagai aula utama untuk shalat berjamaah. Persis di depan tempat imam shalat terdapat sebuah pintu kecil yang di dalamnya ada sebuah ruangan kecil tersembunyi dengan sebuah mimbar kecil di pojok tengah ruangan, yang mungkin cuma bisa menampung jamaah sampai tiga shaf saja.
Irfan mengatakan ruangan itu hanya boleh dibuka jika sudah memasuki Hari Raya Idul Adha dan Hari Raya Idul Fitri, setelahnya pintu akan ditutup kembali. Katanya, itu adalah amanat langsung dari Sunan Gunung Jati dan harus dipatuhi oleh setiap anak-cucunya.
Selain itu ada adat yang harus dijaga, yakni untuk wisatawan non-Muslim tidak diperkenankan masuk ke aula masjid melebihi batas kuning. Sejak dulu, peraturan Itu sudah berlaku.
Berjalan ke sebelah kanan ada tempat wudhu yang menjadi bangunan baru. Tepat persis di depannya, ada kompas kuno berbentuk seperti batang tembaga yang dahulu digunakan untuk mengetahui waktu berjalan melalui bayangan dari pantulan sinar matahari.
Misalnya garis yang lurus tepat ke arah besi diartikan telah memasuki jam 12 tepat. Namun pada masa ini, para pengurus masjid sudah menuliskan waktu shalat di sebuah papan kapur dalam bahasa Arab.
Adapun bagian kiri dimanfaatkan untuk para jamaah perempuan shalat, di depannya dibentangkan sebuah tirai berwarna hijau karena tepat di depan tempat shalat ada sebuah ruangan kecil yang dulu digunakan oleh ibu dan istri Sunan Gunung Jati rutin melantunkan zikir.
Di baris yang sama ada sebuah tempat berbentuk seperti kuburan yang diyakini sebagai patilasan, untuk menyimpan benda-benda keramat para wali, seperti keris, tombak atau alat-alat untuk membangun masjid. Dengan tujuan supaya tidak disalahgunakan oleh pihak yang memiliki niat buruk.
Hampir seluruh permukaan dinding dipercantik oleh piring-piring yang diberikan Putri Ong Tien dari China, sebagai bukti cintanya pada Sunan Gunung Jati. Banyak kisah berbeda yang terukir pada piring tersebut.