Dok. Tampak Atas Masjidil Haram, Mekkah, Arab Saudi.
Sumber :
  • ANTARA

Sejarah Kota Mekkah, Berawal dari Ditinggalkannya Nabi Ismail di Tengah Gurun

Minggu, 4 Juni 2023 - 05:00 WIB

Jakarta, tvOnenews.com - Kota Mekkah adalah tempat dimana kiblat seluruh umat Islam di dunia berada. Jika dilihat dari letak geografis, Kota Mekkah terletak 72 kilometer dari pusat perekonomian Arab Saudi, Jeddah dan 400 kilometer dari Madinah. 

Mekkah dahulu hanya kota kecil yang ditinggali oleh anak cucu Nabi Adam AS. Kemudian pada zaman Nabi Nuh AS, Mekkah dilanda dengan banjir besar.

Kemudian, ketika zaman Nabi Ibrahim AS, Mekkah mulai dibangun kembali.

Adapun perkembangan kota Mekkah tak lain bermula dengan diperintahkannya  Nabi Ibrahim AS untuk meninggalkan Siti Hajar dan Nabi Ismail di tengah padang gurun.

Dikisahkan bahwa Nabi Ibrahim memiliki dua istri yakni Siti Sarah dan Siti Hajar.


Ilustrasi Gurun (pexels)

Meski sudah tua, namun Nabi Ibrahim belum juga dikaruniai anak. Hingga akhirya Siti Hajar melahirkan Nabi Ismail.

Namun hingga saat itu, Siti Sarah belum juga kunjung hamil sementara usianya semakin menua. 

Meski dirinya yang memberikan Siti Hajar kepada Nabi Ibrahim, namun sebagai seorang perempuan ia juga tak dapat menghilangkan rasa cemburu di hatinya. 

Siti Sarah akhirnya mengatakan tidak akan mau tinggal bersama dengan Siti Hajar dan Nabi Ismail.

Kisah ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari. Dalam riwayatnya, Ibnu Abbas r.a. berkata:

“….. Dan sebagai lazimnya seorang istri sebagai Siti Sarah merasa telah dikalahkan oleh Siti Hajar sebagai seorang dayangnya yang diberikan kepada Nabi Ibrahim a.s. Dan sejak itulah Siti Sarah merasakan bahwa Nabi Ibrahim a.s. lebih banyak mendekati Hajar karena merasa sangat gembira dengan putranya yang tunggal dan pertama itu, hal ini yang menyebabkan permulaan ada keretakan dalam rumah tangga Nabi Ibrahim a.s. sehingga Siti Sarah merasa tidak tahan hati jika melihat Siti Hajar dan minta pada Nabi Ibrahim a.s. supaya menjauhkannya dari matanya dan menempatkannya di lain tempat.”

Kemudian oleh Imam Al Tsa’labi (ahli tafsir, 350-430 H) diriwayatkan bahwa saat itu datanglah perintah Allah SWT kepada Nabi Ibrahim agar membawa istri Siti Hajar, dan Nabi Ismail ke tanah Makkah.

Oleh karenanya, berangkatlah Nabi Ibrahim dengan membawa Siti Hajar dan Nabi Ismail yang masih bayi menuju Makkah dengan menggunakan seekor unta.

Kemudian, setelah berminggu-minggu perjalanan, akhirnya ketiganya tiba di Makkah. 

Di tempat dimana Masjidil Haram sekarang berada, berhentilah unta Nabi Ibrahim dan kemudian Siti Hajar dan Nabi Ismail ditinggalkannya dengan hanya dibekali sedikit makanan dan minuman. Sementara, di sekitar mereka tidak ada tumbuh-tumbuhan dan air yang mengalir.  


Ilustrasi Gurun (freepik)

Siti Hajar pun mencoba memohon kepada Nabi Ibrahim, namun karena Nabi Ibrahim tetap patuh pada perintah Allah SWT.

Nabi Ibrahim tetap meninggalkan istri dan anak yang telah dinantinya selama puluhan tahun itu.

Kemudian Nabi Ibrahim berkata kepada Siti Hajar:

“Bertawakkallah kepada Allah yang telah menentukan kehendak-Nya, percayalah kepada kekuasaan-Nya dan rahmat-Nya. Dialah yang memerintah aku membawa kamu ke sini dan Dialah yang akan melindungimu dan menyertaimu di tempat yang sunyi ini. Sesungguh kalau bukan perintah dan wahyunya, tidak sesekali aku tergamak (bimbang) meninggalkan kamu di sini seorang diri bersama puteraku yang sangat ku cintai ini. Percayalah wahai Hajar bahwa Allah Yang Maha Kuasa tidak akan menelantarkan kamu berdua tanpa perlindungan-Nya. Rahmat dan barakah-Nya akan tetap turun di atas kamu untuk selamanya, insya-Allah.”

Setelah mendengar kata-kata itu, Siti Hajar melepaskan genggamannya dan kemudian Nabi Ibrahim akhirnya meninggalkan Makkah menuju kembali ke Palestina.

Selama perjalanannya, Nabi Ibrahim memohon kepada Allah SWT untuk memberikan perlindungan, rahmat dan berkah serta kurniaan rezeki bagi Ismail dan Siti Hajar yang ia tinggalkan di tempat terasing itu. 

Kisah ini tercantum dalam Surat Ibrahim ayat 37.

“Ya Rabb kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Rabb kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rizki mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS. Ibrahim: 37)

Kemudian setelah Nabi Ibrahim pergi, lama kelamaan air susu Siti Hajar mengering akibat dirinya kurang asupan makan dan minum. 


Ilustrasi Gurun (freepik)

Nabi Ismail yang masih bayi itu pun mulai rewel karena merasa lapar dan haus. Sebagai seorang ibu, Siti Hajar pun mulai berusaha mencari makanan dan air untuk ia dan Nabi Ismail.

Ia mendatangi bukit Shafa, gunung yang paling dekat dengannya. Namun karena di sana ia tak menemukan air ataupun orang yang dapat dimintai bantuan, ia kemudian turun dari bukit Shafa dan menuju  lembah hingga sampailah di bukit kedua yang disebut Marwah.

Karena tidak mendapatkan apapun, Siti Hajar kemudian kembali ke Bukit Shafa lalu kembali lagi ke bukit Marwah. 

Hal itu ia lakukan sebanyak 7 kali. Inilah sejarah dari salah satu rukun dalam melaksanakan ibadah umrah dan haji yang disebut Sa’i. 

Kemudian, diriwayatkan, bahwa selagi Hajar berada dalam keadaan tidak berdaya dan hampir berputus asa, Allah mengirimkan pertolongan-Nya melalui malaikat Jibril.

”Siapakah sebenarnya engkau ini?” Tanya Malaikat Jibril kepada Siti Hajar.

”Aku adalah hamba sahaya Ibrahim”. Jawab Hajar.

”Kepada siapa engkau dititipkan di sini?” tanya Jibril.

”Hanya kepada Allah,” jawab Hajar. 

Kemudian Jibril berkata:

“Jika demikian, maka engkau telah dititipkan kepada Dzat Yang Maha Pemurah Lagi Maha Pengasih, yang akan melindungimu, mencukupi keperluan hidupmu dan tidak akan mensia-siakan kepercayaan ayah puteramu kepada-Nya.”

Setelah itu, Malaikat Jibril mengajak Siti Hajar ke suatu tempat dan kemudian Malaikat Jibril menginjakkan telapak kakinya kuat-kuat di atas tanah.

Dari atas tanah yang diinjak oleh Malaikat Jibril itulah keluar air. 

Itulah air Zamzam yang hingga kini tidak pernah habis meski selalu digunakan oleh seluruh umat Muslim di dunia saat berhaji.

Keluarnya air tersebut telah membuat burung-burung berterbangan. Hal itu menjadi perhatian dari sekelompok bangsa Arab yang disebut suku Jurhum.

Saat itu suku Jurhum sedang merantau dan berkemah di sekitar tempat Siti Hajar dan Nabi Ismail.

Saat mereka mengetahui ada burung di udara, maka mereka yakin di bawah tempat burung itu terbang ada sebuah sumber air. 

Melihat hal itu, beberapa orang dari Suku Jurhum kemudian datang untuk melihat ke lokasi tersebut.

Setelah mereka melihat kebenaran akan adanya air, maka Suku Jurhum memindahkan perkemahannya di sekitar keluarnya air zamzam. 

Kedatangan mereka pun disambut baik oleh Siti Hajar. Hal ini karena dengan adanya Suku Jurhum maka kesepian yang dirasakan oleh Siti Hajar sirna. 

Itulah awal mulanya munculnya kehidupan di Kota Makkah.

Wallahua’lam

(put)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
01:30
02:01:30
02:25
03:26
02:11
03:09
Viral