- Arab News
Menguak Kisah Munculnya Air Zamzam yang Digali oleh Salah Satu Malaikat
Jakarta, tvOnenews.com - Air Zamzam adalah air yang berasal dari sumur Zamzam, yang terletak di dalam Masjidil Haram di Makkah, Arab Saudi.
Air Zamzam memiliki makna serta keistimewaan dalam agama Islam. Salah satunya dipercaya bahwa air ini memiliki sifat penyembuhan, keberkahan, dan keberlimpahan.
Air Zamzam juga dikaitkan dengan berbagai mukjizat dan keajaiban yang terkait dengan kisah Nabi Ibrahim AS dan Siti Hajar.
Sumur Zamzam yang Disimpan di Museum (Arab News)
Sejarah Munculnya Air Zamzam
Sejarah munculnya air Zamzam bermula dari kisah Nabi Ismail AS yang kehausan setelah ia dan ibunya Siti Hajar ditinggalkan di Makkah.
Saat Siti Hajar melahirkan Nabi Ismail, Siti Sarah belum juga kunjung hamil sementara usianya semakin menua.
Meski Siti Sarah yang memberikan Siti Hajar kepada Nabi Ibrahim, namun sebagai seorang perempuan ia juga tak dapat menghilangkan rasa cemburu di hatinya.
Siti Sarah akhirnya mengatakan bahwa dirinya tidak mau tinggal bersama dengan Siti Hajar dan Nabi Ismail.
Kisah ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari. Dalam riwayatnya, Ibnu Abbas r.a. berkata:
“….. Dan sebagai lazimnya seorang istri sebagai Siti Sarah merasa telah dikalahkan oleh Siti Hajar sebagai seorang dayangnya yang diberikan kepada Nabi Ibrahim a.s. Dan sejak itulah Siti Sarah merasakan bahwa Nabi Ibrahim a.s. lebih banyak mendekati Hajar karena merasa sangat gembira dengan putranya yang tunggal dan pertama itu, hal ini yang menyebabkan permulaan ada keretakan dalam rumah tangga Nabi Ibrahim a.s. sehingga Siti Sarah merasa tidak tahan hati jika melihat Siti Hajar dan minta pada Nabi Ibrahim a.s. supaya menjauhkannya dari matanya dan menempatkannya di lain tempat.”
Ilustrasi Padang Gurun (freepik)
Imam Al Tsa’labi (ahli tafsir, 350-430 H) meriwayatkan, saat itu datanglah perintah Allah SWT kepada Nabi Ibrahim agar membawa istri Siti Hajar, dan Nabi Ismail ke tanah Makkah.
Kemudian, berangkatlah Nabi Ibrahim dengan membawa Siti Hajar dan Nabi Ismail yang masih bayi menuju Makkah dengan menggunakan seekor unta.
Setelah berminggu-minggu perjalanan, ketiganya pun akhirnya tiba di Makkah.
Di tempat dimana Masjidil Haram sekarang berada, berhentilah unta Nabi Ibrahim dan kemudian Siti Hajar dan Nabi Ismail ditinggalkan dengan hanya dibekali sedikit makanan dan minuman. Sementara, di sekitar mereka tidak ada tumbuh-tumbuhan dan air mengalir.
Siti Hajar sempat mencoba memohon kepada Nabi Ibrahim, namun karena Nabi Ibrahim patuh pada perintah Allah SWT, Nabi Ibrahim tetap meninggalkan istri dan anak yang telah dinantinya selama puluhan tahun itu.
Nabi Ibrahim berkata kepada Siti Hajar :
“Bertawakkallah kepada Allah yang telah menentukan kehendak-Nya, percayalah kepada kekuasaan-Nya dan rahmat-Nya. Dialah yang memerintah aku membawa kamu ke sini dan Dialah yang akan melindungimu dan menyertaimu di tempat yang sunyi ini. Sesungguh kalau bukan perintah dan wahyunya, tidak sesekali aku tergamak (bimbang) meninggalkan kamu di sini seorang diri bersama puteraku yang sangat ku cintai ini. Percayalah wahai Hajar bahwa Allah Yang Maha Kuasa tidak akan menelantarkan kamu berdua tanpa perlindungan-Nya. Rahmat dan barakah-Nya akan tetap turun di atas kamu untuk selamanya, insya-Allah.”
Ilustrasi Padang Gurun (freepik)
Setelah mendengar kata-kata itu, Siti Hajar melepaskan genggamannya dan Nabi Ibrahim akhirnya meninggalkan Makkah menuju kembali ke Palestina.
Selama perjalanannya, Nabi Ibrahim memohon kepada Allah untuk perlindungan, rahmat dan berkah serta kurniaan rezeki bagi Ismail dan Siti Hajar yang ia tinggalkan di tempat terasing itu. Kisah ini tercantum dalam Surat Ibrahim ayat 37.
رَّبَّنَآ إِنِّىٓ أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِى بِوَادٍ غَيْرِ ذِى زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ ٱلْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ فَٱجْعَلْ أَفْـِٔدَةً مِّنَ ٱلنَّاسِ تَهْوِىٓ إِلَيْهِمْ وَٱرْزُقْهُم مِّنَ ٱلثَّمَرَٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
Artinya:
“Ya Rabb kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Rabb kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rizki mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS. Ibrahim: 37)
Kemudian, setelah Nabi Ibrahim pergi, lama kelamaan air susu Siti Hajar mengering akibat dirinya kurang asupan makan dan minum.
Nabi Ismail yang masih bayi itu akhirnya mulai rewel karena merasa lapar dan haus. Sebagai seorang ibu, Siti Hajar mencoba mencari cara agar anaknya tidak lapar dan haus.
Ilustrasi Padang Gurun (freepik)
Siti Hajar mencoba mencari sumber makanan dan air dengan mendatangi sebuah bukit yang ada di dekatnya yang kini dikenal bernama Shafa.
Namun karena di sana ia tak menemukan air ataupun orang yang dapat dimintai bantuan. Lalu ia turun dari bukit Shafa dan menuju lembah hingga sampailah di bukit kedua yang disebut Marwah.
Karena tidak mendapatkan apapun, Siti Hajar yang memikirkan anaknya yang kelaparan, kembali lagi kembali ke Bukit Shafa lalu kembali lagi ke bukit Marwah.
Hal itu ia lakukan sebanyak 7 kali. Inilah sejarah dari salah satu rukun dalam melaksanakan ibadah umroh dan haji yang disebut Sa’i.
Kemudian, dalam sebuah riwayat Bukhari, bahwa selagi Hajar berada dalam keadaan tidak berdaya dan hampir berputus asa, Allah mengirimkan pertolongan-Nya melalui malaikat Jibril.
Riwayat tersebut tercantum dalam Hadist Sahih Bukhari: Volume 044, Kitab 055, Hadits 583, berikut isi hadits tersebut.
“Ini adalah kejadian yang mendasari tradisi jemaah haji berjalan antara Safa dan Marwah. Ketika Siti Hajar (r.a.) mencapai bukit Marwa (untuk terakhir kali), ia mendengar sebuah suara, kemudian ia diam dan mendengarkan dengan penuh perhatian. Ia mendengar suatu itu terus-menerus dan berkata, “Wahai (siapapun engkau)! Engkau telah membuatku mendengarkan suaramu; apakah kamu memiliki sesuatu yang dapat membantuku?” Dan ajaib! Ia melihat satu malaikat di lokasi Zam-Zam, sedang menggali tanah dengan tumitnya (atau sayapnya), hingga airnya memancar dari tempat itu. Ia lalu membentuk tangannya seperti mangkuk, dan mulai mengisi tempat air minumnya yang terbuat dari kulit dengan air menggunakan tangannya, dan air itu lalu mengalir keluar setelah dia menciduk sebagian di antaranya.”
Itulah air Zamzam yang hingga kini tidak pernah habis meski selalu digunakan oleh seluruh umat Muslim di dunia saat berhaji.
Keluarnya air tersebut membuat burung-burung berterbangan di atasnya. Hal itu kemudian menjadi perhatian dari sekelompok bangsa Arab dari suku Jurhum yang merantau dan sedang berkemah di sekitar Makkah.
Berdasarkan pengetahuan mereka, di bawah tempat burung terbang pasti ada sumber air. Kemudian, beberapa orang dari Suku Jurhum datang untuk melihat ke lokasi.
Setelah melihat kebenaran akan adanya air, maka Suku Jurhum memindahkan perkemahannya di sekitar Zamzam.
Siti Hajar menyambut baik rombongan suku Jurhum. Karena dengan adanya Suku Jurhum kesepian yang ia dirasakan sirna. Itulah awal mula munculnya kehidupan di Makkah.
Wallahua’lam
(put)