- ANTARA
Kisah Jemaah Haji: Mimpi dan Harapan Menuju Baitullah dalam Setiap Adonan Kue
Ketika kue-kue sudah siap di dalam loyang, mereka dengan telaten menempatkannya dalam wajan untuk digoreng maupun dikukus. Mereka menunggu dengan penuh waspada, memantau setiap detik agar kue matang sempurna. Aroma harum kue pun mulai menyebar dan memenuhi ruangan.
Setelah kue matang, Suhriah dan Nur dengan hati-hati mengeluarkannya dari wajan maupun kukusan. Mereka meletakkannya di atas rak pendingin, menunggu hingga kue benar-benar dingin, sebelum mulai memindahkannya ke dalam wadah atau kotak yang indah. Setiap kue diperlakukan dengan penuh keahlian dan perhatian.
Setelah semua kue siap, Suhriah membawa kue buatannya untuk dititipkan di warung-warung dekat tempat tinggalnya di Kampung Arab Manado.
Berbeda dengan Nur yang membawa kue dalam keranjang untuk dijual langsung kepada pelanggan di lokasi dekat tempat tinggalnya di Kelurahan Perkamil, Manado.
Keranjangnya dipenuhi dengan berbagai macam kue yang indah dan menggugah selera, ia menyusuri sepanjang jalan, menjual kue-kue tersebut dengan senyum ramah dan hangat kepada para pelanggan.
Usaha kue itu mereka lakukan untuk melanjutkan hidup setelah keduanya ditinggal pergi suami tercinta yang hanya terpaut beberapa tahun.
Suami Suhriah meninggal tahun 1993, sedangkan suami Nur meninggal pada 1997.
Keduanya berjuang sebagai penjual kue untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya yang masih kecil, baik pangan, sandang, sampai menyelesaikan pendidikan hingga sekolah tingkat atas.
Setiap hari, mereka menghasilkan kue lezat yang menjadi sumber penghidupan sehari-hari dan untuk biaya pendidikan anak-anak mereka.
Selain berjuang memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, keduanya tidak pernah memupuskan mimpi untuk bisa menunaikan Rukun Islam kelima, yakni naik haji ke Baitullah.