- tim tvOnenews
Bakar Kemenyan, Dupa, Bukhur, Gaharu untuk Wewangian Saat Berdoa Memangnya Boleh dalam Islam? Ustaz Abdul Somad Jawab Begini, Ternyata...
tvonenews.com - Kemenyan atau menyan, dupa, bukhur, dan gaharu merupakan salah satu produk budaya Indonesia yang melekat erat dengan acara dan upacara keagamaan hingga saat ini.
Kemenyan, dupa, bukhur, dan gaharu umum dibakar sebagai wewangian atau pengharum yang dihasilkan dari getah pohon.
Membakar wewangian juga merupakan salah satu sunnah Nabi SAW yang banyak dilupakan, hal ini biasa dilakukan di Masjidil Haram ataupun di masjid Nabawi.
Namun tak bisa dipungkiri di Indonesia sendiri, membakar menyan, dupa, bukhur, dan gaharu kerap digunakan untuk ritual-ritual animisme dan perdukunan.
Simak penjelasan Ustaz Abdul Somad atau UAS terkait hukum membakar kemenyan, dupa, bukhur, dan gaharu untuk wewangian saat berdoa menurut Islam berikut ini.
Dilansir Rabu (09/08/23) dari tayangan YouTube channel Ikan Hiu dengan judul "Membakar Kemenyan, Dupa, Bukhur, Gaharu Untuk Wewangian Dan Berdoa, Tanya Jawab Ustad Abdul Somad," yang diunggah pada 18 Oktober 2020.
"Bagaimana hukumnya baca doa tahlil dengan perantara membakar kemenyan?," tanya salah satu jamaah pada Ustaz Abdul Somad.
Ustaz Abdul Somad menyampaikan bahwa di Mesir, bahwa pagi-pagi ada satu petugas yang bakar menyan di seluruh toko-toko.
"Di toko-toko, petugas keliling, bakar menyan. Saya waktu pertama sampai di Mesir. Wah, nampaknya orang Mesir panggil setan juga," terang Ustaz Abdul Somad.
"Setelah lama-lama di Mekkah, saya lihat kemenyan itu berbungkal-bungkal. Rupanya menyan itu bukan mau manggil setan, tapi untuk pengharum. Pengharum ruangan," sambungnya UAS.
UAS juga menceritakan pengalamannya ketika datang Habib Umar bin Hafidz asal Yaman ke Indonesia.
Ketika datang Habib Umar bin Hafidz asal Yaman, dibakar juga di Istiqlal, cuman bukan menyan, tapi serbuk kayu. Bahasa kitanya gaharu. Kenapa orang dikampung kita pakai menyan? Kenapa tidak pakai gaharu? Saya tahu setelah saya cearamah di Kalimantan Utara," ungkap Ustaz Abdul Somad.
UAS menjelaskan bahwa salah satu faktor masyarakat Indonesia lebih memilih membakar kemenyan dibanding gaharu, karena harganya yang sangat mahal.
"Saya tanya Pak Gubernur, Pak disini banyak gaharu? Banyak. Berapa sekilo? Empat puluh juta yang paling murah. Pantesan pake menyan. Gaharu mahal," ujar Ustaz Abdul Somad.
Ustaz Abdul Somad kemudian menjelaskan bahwa di majelis habib, majelis maulid, sebelum membaca doa, digunakan gaharu untuk mengharumkan ruangan.
"Karena dengan ruangan yang harum, maka diharapkan akan banyak malaikat datang dan ikut berdoa kepada Allah," terang Ustaz Abdul Somad.
"Tapi kalau di ruangan bau busuk, makan bawang merah, makan bawang putih, malaikat tidak mau masuk. Karena malaikat tak tahan mencium bau busuk. Tapi kalau gosok gigi dulu boleh," ujar Ustaz Abdul Somad.
Ustaz Abdul Somad menerangkan bahwa jika ada yang membakar menyan, gaharu, dengan tujuan untuk mengharumkan ruangan itu tidak apa-apa.
Tapi kemudian jika asap ini dianggapnya sebagai sesuatu yang membawa ke alam berbeda, itulah yang tidak boleh dalam Islam dan menyimpang dari keyakinan.
"Jadi kalau ada orang yang bakar menyan tanya dulu, ini bakar untuk apa? Untuk pengharum ruangan, dengan harumnya ini," ujar Ustaz Abdul Somad. Menurutnya pengharum yang digunakan kebanyakan orang saat ini dengan automatic spray adalah bahan kimia.
Hal inilah yang kemudian bisa menyebabkan penyakit kanker akibat terlalu banyak menghirup asap dari pengharum berbahan kimia.
(udn)