- Pixabay
Pejabat PBNU Ini Kaget, Adzan dan Sholawat di Tiongkok Berbeda dengan di Indonesia, Katanya…
tvOnenews.com - Membaca Sholawat Nabi memiliki maksud untuk mendoakan juga memohon berkah kepada Allah SWT. Sholawat Nabi juga dapat diamalkan untuk menghilangkan kesulitan dalam hidup.
Sholawat Nabi dapat diamalkan setiap hari, bukan hanya ketika melaksanakan shalat saja. Umat Muslim dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk menghayati bacaannya, tidak selalu dibaca dengan cara yang kaku namun berbagai cara dapat dilakukan, salah satunya diiringi dengan lagu.
Hal ini dijelaskan oleh Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Waketum PBNU), KH Zulfa Mustofa yang menceritakan mengenai dirinya saat berkunjung ke Tiongkok.
Saat itu, ia terkejut dengan Sholawat serta Adzan yang dibawakan oleh umat muslim di Negeri Tirai Bambu itu.
Seperti apa penjelasan dari Waketum PBNU tersebut, simak informasinya berikut ini.
Melalui video pada kanal YouTube NU Online, KH Zulfa Mustofa mengajarkan bahwa Sholawat tidak hanya dibacakan secara kaku.
Waketum PBNU, KH Zulfa Mustofa. (NU.or.id)
Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Waketum PBNU) ini menjelaskan bahwa terdapat amalan-amalan yang biasa diterapkan oleh jemaah NU, salah satunya mengenai Sholawat nabi yang dilagukan.
“Sholawat itu perintahnya kalau nanti orang ngaji Ushul Fiqih sifatnya umum, tidak ada perintah khusus bahwa harus kalimatnya Allahumma Sholli Ala Muhammad. ‘Itu ada Hadistnya, Kyai’ itu Hadits dalam konteks shalat,” ungkap Waketum PBNU, KH Zulfa Mustofa dalam tayangan video pada kanal NU Online.
“Kalimatnya jelas, sholawat Ibrahimiyah (dalam Shalat). Selain shalat, Sholawat bebas sebab ‘Al Ibratu bil Jauhar la bil Madzhar’, yang dilihat adalah isinya bukan casingnya dan kulitnya,” sambungnya.
Oleh karena itu, Kyai Zulfa mengatakan NU memperbolehkan jemaahnya untuk melafadzkan Sholawat dengan irama lagu, misal dengan lagu jawa, sunda, melayu dan sebagainya.
Namun, ketika ia bepergian ke Tiongkok, Kyai Zulfa terkejut dengan Sholawat dan Adzan versi ‘Jet Li’. seperti apa yang dimaksud dengan versi Jet Li.
“Saya heran di China itu, Masya Allah ternyata apa yang dipegang oleh kaidah NU (Al Ibratu bil Jauhar la bil Madzhar) disana saya temukan,” ujarnya
KH Zulfa Mustofa menceritakan saat ia bepergian ke Tiongkok dan bertemu sahabatnya, Prof. Abu Bakar yang merupakan penduduk asli Tiongkok.
Ketika ia hendak menunaikan Shalat Jumat di Masjid Ching Hai yang dipenuhi oleh umat muslim yang berada di salah satu kota, Shalat Jumat semua umat dipusatkan di satu Masjid.
Kemudian ia pun terkejut, tanpa ia kira Adzan pada masjid tersebut berirama lagu Tiongkok.
“Nah begitu Adzan, saya kaget Adzan di China lagunya lagu Mandarin. Saya membatin, ini pasti orang China kalau diajak Asroqol pasti lagunya lagu Jet Li,” pungkasnya
Untuk itu, KH Zulfa Mustofa mengatakan penting bagi kita selalu belajar, terus berkumpul agar dapat mempelajari banyak budaya dan ilmu dari berbagai umat Muslim. (kmr)