Iustrasi. Al-Qur'an dan Tasbih.
Sumber :
  • pexels

Tafsir Surah Al-Fatihah: Jalannya Kehidupan

Sabtu, 12 Agustus 2023 - 17:29 WIB

Jakarta, tvOnenews.com - Pada bahasan sebelumnya, telah diuraikan tafsir Surah Al-Fatihah terkait proses penciptaan alam dan manusia yang menunjukkan kebesaran Allah sebagai rabb.

Hal tersebut sebagaimana yang tercantum pada ayat kedua dari Surat al-Fatihah yakni al-hamdu lillāhi rabbil-’ālamīn (اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ). 

Adapun pada bagian ini, akan dijelaskan kemahakuasaan Allah dalam pengaturan jalannya kehidupan dan dinamika yang terdapat di alam semesta. 

Kehidupan Berjalan dengan Sunatullah

Berjalannya kehidupan alam semesta dengan harmoni, selaras, dan teratur merupakan sunatullah. 

Tidak mungkin kehidupan di alam ini tercipta karena hukum-hukum fisika semata. Bagi manusia yang sadar, yang dapat mempergunakan dan menjalankan pikirannya, pasti akan percaya dan meyakini seyakin-yakinnya bahwa Tuhanlah yang menciptakan, mengatur, menguasai, menjaga dan mengawasi kehidupan alam semesta yang luas ini.

Al-Qur’an menjelaskan bagaimana bumi dan langit beserta segala sesuatu yang ada di dalamnya dijaga dengan kuasa-Nya yang agung. Allah SWT berfirman,

إِنَّ اللَّهَ يُمْسِكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ أَنْ تَزُولَا ۚ وَلَئِنْ زَالَتَا إِنْ أَمْسَكَهُمَا مِنْ أَحَدٍ مِنْ بَعْدِهِ ۚ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا

“Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorangpun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (Q.S. Fāthir [35]: 41).


Ilustrasi Orang yang sedang Membaca Al-Qur'an (freepik)

Ayat ini memberikan penegasan terhadap adanya prinsip keteraturan alam semesta. Bahkan dalam ayat yang lain, al-Quran secara tegas menolak kepercayaan kaum materialisme, yang menyatakan bahwa alam semesta adalah sekumpulan materi tak beraturan. Allah swt berfirman,

وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ أَهْوَاءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ ۚ بَلْ أَتَيْنَاهُمْ بِذِكْرِهِمْ فَهُمْ عَنْ ذِكْرِهِمْ مُعْرِضُونَ

“Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan (Al Quran) mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu.” (Q.S. al-Mu`minūn [23]: 71).

Harmoni, keselarasan, dan keteraturan kehidupan didasarkan pada “Rahmān dan Rahīm” Allah sebagai Rabb sang pemelihara seluruh alam termasuk manusia. Dalam hal ini, Allah telah mengatur pemeliharaan (tarbiyyah) terhadap kehidupan dan manusia. 

Tarbiyyah ini adalah tarbiyyah khalqiyyah (pemeliharaan fisik). Kehidupan alam semesta sebagai makrokosmos telah terpelihara secara sangat teratur, begitu juga manusia sebagai mikrokosmos pun juga terpelihara sangat teratur. 


Ilustrasi Bumi (pexels)

Allah menumbuhkan dan menyempurnakan bentuk tubuh, serta memberikan daya jiwa dan akal. 

Untuk pemeliharaan fisik ini, jauh sebelum menciptakan manusia, Allah sudah mempersiapkan tempat dan medianya berupa bumi yang terhampar, udara yang segar, langit yang teduh, matahari yang terang, makanan dan minuman yang tersedia dan lain sebagainya.

Dengan demikian, setiap kali mengamati segala sesuatu di alam semesta, manusia mendapati rancangan yang luar biasa yang tujuannya adalah untuk memupuk kehidupan manusia. 

Implikasi rancangan ini juga jelas. Rancangan yang tersembunyi dalam setiap detail alam semesta merupakan bukti paling meyakinkan akan eksistensi dan keberadaan al-Khāliq (Sang Pencipta), yang mengendalikan setiap detail dan memiliki kekuatan serta kebijaksanaan yang tidak terbatas. 

Kesimpulan yang dicapai oleh ilmu pengetahuan modern ini merupakan sebuah fakta yang difirmankan oleh Allah di dalam al-Qur’an. Allah swt berfirman,

إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ ۗ أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ ۗ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.” (Q.S. al-A’rāf [7]: 54).


Ilustrasi Seorang Manusia sedang Berdoa (unsplash)

Kehidupan yang Dinamis

Sekalipun penciptaan kehidupan alam dirancang dalam keharmonian dan keteraturan, kehidupan juga berjalan dinamis. 

Manusia diberi nafs untuk menentukan pilihan-pilihan hidup, dan selalu berkembang dan berubah sesuai dengan perkembangan dan perubahan kebudayaan manusia. 

Dalam kondisi adanya pilihan-pilihan hidup ini, manusia diberi tuntunan supaya tetap harmoni dan teratur sebagaimana alam semesta telah diciptakan-Nya.

Allah swt berfirman,

 وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا (7) فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا (8) قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا (9) وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا (10)

“Dan jiwa serta penyempurnaannya (penciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (Q.S. al-Syams [91]: 7–10).

Wujud dari rahmat Allah, agar jiwa dan akal manusia dapat terpelihara dan dapat berfungsi menjaga tempat dan media yang telah tersedia, Allah mengajarkan tarbiyah lainnya, yaitu tarbiyah syar’iyyah ta’līmiyyah (pemeliharaan syariat dan pengajaran), dengan menurunkan wahyu kepada salah seorang di antara para nabi untuk menyempurnakan fitrah manusia dengan ilmu dan amal. 

Untuk itu, selain Tuhan tidak ada yang boleh membuat syariat ibadah apapun, misalkan dengan cara menghalalkan dan mengharamkan sesuatu sekehendaknya tanpa izin dari Allah swt. 

Pada tarbiyyah inilah Allah memberi hukuman bagi yang melanggar dan pahala bagi yang taat. 

Dengan cara seperti ini, kita sadar bahwa hukuman Allah kepada manusia bukanlah siksaan atau bentuk ketidaksayangan Allah, tetapi bentuk penyegaran dan pelatihan untuk mencapai kedewasaan.

Kalau semula kehidupan itu diciptakan oleh Allah dalam keadaan baik dan indah, maka manusia hanya diperbolehkan mengambil manfaat yang sebesar-besarnya, dengan tetap menjaga dan melestarikan sifat keindahan dan kebaikan alam tersebut. 

Kalau kehidupan diciptakan dalam keadaan harmoni, selaras dan teratur, maka manusia hanya boleh memanfaatkan semaksimal mungkin, dengan tetap memelihara keharmonian, keselarasan dan keteraturan ekosistem kehidupan tersebut. 


Ilustrasi Kebakaran di Lereng Gunung (ant)

Sifat merusak, rakus, dan semena-mena terhadap kehidupan sangat dicela dalam Islam.

Oleh sebab itu patutlah Allah mendapatkan pujian (al-hamdu lillāh). Dengan anugerah Allah kita dapat melakukan sesuatu dan atas kasih sayang-Nya, kita mendapatkan segala yang baik dan tepat, meski mungkin kita sering kurang menerimanya secara total, karena anggapan kita salah. Kalimat al-hamdu lillāh pada ayat kedua ini berbentuk berita (khabāriyyah), namun juga dipergunakan untuk perintah (insyāiyyah). 

Dimaksudkan dengan khabāriyyah ialah penetapan bahwa pujian yang baik dalam bentuk apa pun telah menjadi kenyataan yang tetap bagi-Nya, sebab Dia disifati dengan segala sifat yang terpuji. 

Dengan demikian sifat-sifat-Nya sangat agung, kebaikan-Nya meliputi seluruh makhluk-Nya, sebab Dia adalah sumber dari seluruh makhluk yang ada di alam raya, sehingga segala pujian hanya milik Allah. 

Dimaksudkan dengan insyāiyyah ialah bahwa hendaknya segala pujian diarahkan kepada Allah semata.

Disiapkan dan disarikan dari Tafsir at-Tanwir Muhammadiyah
Oleh: Asep Setiawan

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
03:02
03:01
02:57
02:35
05:18
01:38
Viral