- kolase tvOnenews/ANTARA/Tangkapan Layar YouTube Aa Gym
Muslim Wajib Kaya, Simak Penjelasan Aa Gym Berikut Ini
Jakarta, tvOnenews.com - Aa Gym menjelaskan bahwa dalam Al-Qur'an setiap Muslim diperintahkan untuk menjadi kaya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kaya adalah seseorang yang memiliki banyak harta.
Setiap orang biasanya ingin kaya, meski ada sebagian yang mungkin tidak menginginkannya.Namun ternyata Al-Qur’an menyuruh kita kaya.
Benarkah itu? Simak penjelasannya yang dilansir tvOnenews dari buku Aa Gym yang berjudul Saya Tidak Ingin Kaya Tapi Harus Kaya.
Sungguh kaya bukanlah suatu keburukan bagi orang-orang yang mengamalkan untuk kebaikan hidup di dunia dan akhirat.
Begitu banyak dalil dalam Al-Qur’an yang mensyariatkan kaum Muslim untuk mencari kekayaan.
Bahkan, Ibnu Taimiyah dalam kitab Majmuu’ul Fataawa (21/44) menyebutkan bahwa “mencari kekayaan itu bisa jadi hukumnya adalah wajib, yaitu berlaku pada perkara-perkara yang harus dilakukan untuk menunaikan kewajiban-kewajiban.”
Dalil-dalil dalam Al-Qur’an dapatlah dibagi berdasarkan perkara berikut ini.
Ilustrasi Orang yang Berdagang (pexels)
Halalnya Perdagangan dan Jual Beli
Dalam ayat-ayat di bawah ini dijelaskan mengenai halalnya perdagangan dan jual beli.
Allah Swt berfirman:
“... padahal Allah telah menghalalkan jual beli.” (QS Al-Baqarah:275)
Allah Swt berfirman:
“(Tulislah muamalahmu itu), kecuali jika muamalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu maka tak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. ” (QS Al-Baqarah:282)
Allah Swt berfirman:
“... kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sama suka di antara kamu.”(QS An-Nisaa’:29)
Ayat-ayat tersebut mengungkapkan halalnya praktik jual beli (bisnis) yang dijalankan seorang Muslim. Praktik bisnis merupakan satu jalan menjemput kekayaan sehingga mencari kekayaan juga disyariatkan.
Ilustrasi Orang yang Berdagang (pexels)
Pentingnya Niaga dan Bisnis
Selain halalnya perdagangan dan jual beli, dalam Al-Qur’an juga dijelaskan betapa pentingnya niaga dan bisnis.
Allah Swt berfirman:
“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS al-Mulk:15)
Ayat ini memperlihatkan perintah Allah untuk berkeliling di seluruh negeri dan menikmati anugerah rezeki yang disediakan oleh-Nya.
Tanpa adanya ikhtiar seperti berniaga, perintah ini mustahil dijalankan.
Begitu juga jika tidak berkemampuan dalam hal ilmu, kesehatan, dan kekayaan, bepergian akan sulit dilakukan.
Berikut dalil yang mengatakan bahwa orang-orang yang berjalan di muka bumi artinya sedang mencari karunia Allah SWT.
Allah Swt berfirman:
“... dan orang - orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah.” (QS Al-Muzzammil: 20)
Dari ayat tersebut, Allah SWT memuji orang-orang yang berjalan di seluruh penjuru bumi untuk mencari rezeki dan karunia-Nya.
Hal ini menunjukkan legalitas mencari kekayaan sebagai syariat sebab Allah tidak mensyariatkan kecuali perkara- perkara yang halal.
Ilustrasi Kaligrafi Allah (kolase tvOnenews)
Anugerah Allah SWT yang Tak Terhingga
Dalam ayat di bawah ini, dijelaskan bahwa Allah menundukkan segala yang ada di bumi untuk dimanfaatkan.
Allah Swt berfirman:
“Dan Dia-lah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan darinya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.” (QS an-Nahl: 14)
Pada ayat ini ditunjukkan bagaimana Allah SWT telah menganugerahkan kemudahan dan kekayaan bagi manusia dengan ditundukkannya lautan.
Lalu, bahtera pun dapat berlayar untuk menangkap ikan, mengeksplorasi bahan perhiasan, seperti emas, perak, dan mutiara, serta menjadi alat transportasi untuk kepentingan angkutan manusia maupun barang dagangan.
Dalam ayat lain juga dijelaskan bahwa bumi dihamparkan agar manusia mengambil manfaat daripadanya.
Allah Swt berfirman:
“Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan - keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezeki kepadanya.” (QS al-Hijr: 19-20)
Ayat ini menjelaskan diperbolehkannya manusia untuk memanfaatkan hasil bumi, baik pertanian, pertambangan, bahkan hewan dan tumbuhan untuk kebutuhan manusia.
Manusia bisa memanfaatkannya untuk kemakmuran hidup arau jalan memperoleh kekayaan.
Ilustrasi Sedekah (ant)
Perintah Berinfak, Zakat dan Sedekah
Namun yang harus diingat, selain mencari harta, setiap Muslim diwajibkan untuk berinfak, zakat dan sedekah.
Hal ini karena di setiap harta yang diberikan ada titipan bagi hamba-hamba yang membutuhkan.
Berikut dalil-dalil tentang kewajiban mengeluarkan sebagian dari rezeki kita.
Allah Swt berfirman:
“Hai orang-orang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk - buruk, lalu kamu nafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya, melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS al-Baqarah: 274)
Allah Swt berfirman:
“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.” (QS al-Hadid: 7)
Allah Swt berfirman:
“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya.Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (QS ath-Thalaq [65]: 7)
Ayat-ayat tersebut telah memperlihatkan keutamaan berinfak dan Allah SWT memuliakan orang-orang yang melakukannya.
Tentu kemampuan berinfak lebih leluasa dilakukan oleh hamba-Nya yang kaya.
Karena itu, mencari kekayaan untuk didistribusikan menjadi suatu keharusan untuk mendapatkan pahala di sisi Allah SWT.
Ilustrasi Uang (antara)
Kekayaan Adalah Karunia dan Kebaikan
Menjadi kaya adalah sebuah karunia dan kebaikan, jika dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Allah Swt berfirman:
“Apabila telah ditunaikan sembahyang maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan banyak - banyaklah mengingat Allah supaya kamu beruntung.” (QS al-Jumu’ah: 10)
Allah Swt berfirman:
“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari Arafah, berdzikirlah kepada Allah Masy’arilharam. Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan -Nya kepadamu; dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang yang sesat.” (QS al-Baqarah: 198)
Allah Swt berfirman:
“Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harga yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara makruf, (ini adalah) kewajiban atas orang - orang yang bertakwa.”(QS al-Baqarah: 180)
Ayat-ayat tersebut juga semakin memperkuat disahkannya mencari kekayaan yang merupakan karunia serta kebaikan dari Allah SWT.
Perkara-perkara kekayaan ini juga terdapat dalam kisah para nabi dan rasul yang difirmankan Allah SWT di dalam Al-Qur’an.
Misalnya, karunia kekayaan kepada Nabi Sulaiman AS yang tercantum dalam Surah Shaad ayat 35).
قَالَ رَبِّ اغۡفِرۡ لِىۡ وَهَبۡ لِىۡ مُلۡكًا لَّا يَنۡۢبَغِىۡ لِاَحَدٍ مِّنۡۢ بَعۡدِىۡۚ اِنَّكَ اَنۡتَ الۡوَهَّابُ
Qoola Rabbigh fir lii wa hab lii mulkal laa yambaghii li ahadim mim ba'de inaka Antal Wahhab
Artinya: “Dia berkata, "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh siapapun setelahku. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Pemberi."
Kisah kekayaan lainnya yang ada di dalam Al-Qur’an adalah kekayaan kepada Nabi Yusuf AS yang tercantum dalam Surah Yusuf ayat 10 dan kekayaan Ratu Saba’ dalam Surah an-Naml ayat 30.
Yakinlah kita atas rezeki Allah SWT. Karena dalam Surah Al Isra ayat 30 Allah Swt berfirman:
“Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.”
Wallahua’lam
(mg9/put)