- tvOnenews/putri
Begini Awal Dakwah Nabi Muhammad SAW, Besarnya Peran Istri Tercinta, Siti Khadijah RA
Jakarta, tvOnenews.com - Nabi Muhammad SAW berdakwah selama 22 tahun 2 bulan 22 hari atau jika dibulatkan menjadi 23 tahun.
Nabi Muhammad SAW melakukan dakwahnya di Mekkah dan Madinah.
Perjalanan dakwah Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan ajaran agama Islam tidaklah mudah.
Sebagaimana kita tahu, Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah SWT untuk membawa rahmat kepada seluruh makhluk.
Ilustrasi. Kaligrafi Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW di Masjid (unsplash.com)
Kedatangan Rasulullah, dijelaskan dalam Surah At-Taubah Ayat 128.
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيم
Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.
Nabi Muhammad menerima wahyu pertama di Gua Hira saat bulan Ramadhan.
Setelah menerima wahyu, mulailah Nabi Muhammad SAW berdakwah.
Berikut awal mula dakwah Nabi Muhammad SAW, yang dilansir tvOnenews pada Jumat (18/8/2023) dari Buku Sejarah Lengkap Penyebaran Islam dengan penulis Prof. Dr. Thomas W. Arnold.
Ilustrasi Wanita Muslim (unsplash)
Siti Khadijah RA Adalah Wanita yang Dinantikan di Surga
Orang pertama yang mengikuti agama Nabi Muhammad SAW tak lain adalah istri tercinta beliau yaitu Siti Khadijah RA.
Siti Khadijah RA adalah seorang perempuan yang selama 13 tahun berbisnis dengan Nabi hingga akhirnya mengikatnya dalam hubungan pernikahan.
Siti Khadijah RA telah mengangkat Nabi Muhammad SAW dan memungkinkan beliau untuk memegang jabatan sosial yang sebenarnya telah terlihat tanda-tandanya sejak kelahiran beliau.
Namun, semua itu tak ada apa-apanya dibandingkan kesetiaan dan kasih tak berujung yang telah Siti Khadijah RA curahkan terhadap kegelisahan jiwa Nabi.
Siti Khadijah RA pula yang membantu Nabi dengan simpati dan sangat berperan serta memberikan dorongan dikala masa-masa sedih Beliau.
Selama 25 tahun, Siti Khadijah RA selalu senantiasa siap memberikan hiburan, simpati, dan dorongan tatkala Nabi mengalami banyak penderitaan karena penyiksaan musuh-musuhnya atau karena mengalami tekanan batin atau saat dilanda keraguan dan was-was.
Dalam sebuah hadits dikatakan:
Lalu, Khadijah Ra, beriman dan Ia membuktikan kebenaran yang datang bersama Nabi Muhammad SAW, dari Tuhan. Khadijah RA, membantu sepenuhnya Nabi Muhammad SAW, dalam tanggung jawabnya. Demikianlah Tuhan berkenan mengangkat beban nabi-Nya. Ketika mendengar kepedihan yang menyayat karena ditolak oleh masyarakat maka beliau merasa nyaman kembali ke pangkuan Khadijah RA. Dan Tuhan membuat beliau merasa nyaman kembali di sisi sang istri tercinta. Khadijah Ra. Kembali membangun semangat dan membuat beliau menjadi tangguh dalam menghadapi cercaan orang-orang yang menolak ajaran beliau.
Ilustrasi. Kaligrafi Nabi Muhammad SAW (kolase tvOnenews)
Siapa yang Kemudian Beriman Setelah Siti Khadijah?
Setelah Siti Khadijah RA, di antara yang pertama-tama beriman adalah putra angkat Nabi Muhammad SAW sendiri yakni Zaid RA, Ali bin Abi Thalib RA, serta sahabat karib beliau, Abu Bakar RA.
Abu Bakar RA merupakan kawan yang sering Nabi sebut-sebut,
“Aku tidak pernah mengajak siapapun untuk beriman tanpa orang itu mengalami keraguan, bingung serta bimbang, kecuali Abu Bakar. Begitu aku serukan ajaran Islam kepadanya, ia langsung menerima, tanpa ada keraguan sama sekali.”
Abu bakar RA merupakan saudagar kaya dan dihormati oleh para penduduk sekitarnya karena kepribadian, kecerdasan, serta kemampuannya.
Setelah Abu Bakar RA masuk islam, ia memperluas perannya dengan membeli para budak Muslim yang dianiaya oleh majikan-majikan mereka lantara dianggap mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW.
Karena pengaruh Abu Bakar RA, tidak kurang dari lima orang menyatakan keimanannya dan ini menambah jumlah kelompok Mukminin.
Adapun yang beriman kemudian antara lain Sa’ad bin Abi Waqqas RA, yang kemudian hari menjadi penakluk Persia, Zubair bin Awwam RA, seorang kerabat Nabi sekaligus kerabat Khadijah RA, Thalhah RA yang di kemudian hari menjadi ksatria terkenal.
Selain itu ada juga seorang saudagar kaya bernama Abdurrahman bin Auf Ra.
Ilustrasi Muslim di Tengah Gurun (freepik)
Kisah Ustman bin Affan saat Pertama Memeluk Islam
Saat mulai memeluk agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, Utsman bin Affan RA pada mulanya menjadi korban penganiayaan.
Pamannya menangkap serta mengikatnya.
Sang paman menghardiknya dengan berkata
“Apakah kamu masih memilih agama baru dan meninggalkan agama ayahmu? Aku bersumpah tak akan membiarkanmu sampai kamu menyerah dan meninggalkan keyakinan barumu?”.
Kemudian kepada pamannya Utsman bin Affan Ra menjawab,
“Demi Tuhan, aku tidak akan meninggalkan ajaran ini!”
Setelah melihat kegigihan keponakannya dalam mempertahankan keyakinannya, kemudian sang paman akhirnya melepaskannya.
Dakwah Nabi Muhammad SAW Setelah Tiga Tahun Kenabian
Selain keluarga sendiri, Nabi Muhammad SAW berhasil menghimpun dukungan para pengikutnya selama tiga tahun masa berdakwah.
Terutama dari kalangan budak dan orang-orang miskin.
Didorong kesuksesan upaya yang ditunjukkan terhadap keluarga sendiri, beliau mengambil langkah maju, yaitu mulai mengajarkan Islam di depan publik.
Beliau mengumpulkan sanak kerabat dan mengundang mereka untuk memeluk keyakinan baru.
“Tidak ada orang Arab yang telah menawarkan petualangan yang lebih berharga kepada bangsanya daripada ajaran yang aku sampaikan kepada kalian ini,” sabda Nabi Muhammad SAW di depan sanak kerabat.
“Aku tawarkan kegembiraan di dunia dan akhirat kepada kalian. Siapakah orang di antara kalian yang membantu Aku melaksanakan tugas ini?”
Semua sanak kerabat beliau terdiam. Hanya Ali bin Abi Thalib RA dengan gejolak remaja yang menggebu-gebu menyatakan diri.
“Wahai Nabi Allah, Aku akan membantumu,”
Setelah itu, kebersamaan yang terjalin dalam kekerabatan mereka pecah menjadi tawa ejekan yang ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW.
Namun Nabi Muhammad tidak jera dengan kegagalan dakwah pada waktu itu.
Beliau kembali mengajak mereka di lain kesempatan.
Namun pesan serta peringatan Nabi Muhammad malah mereka terima dengan sikap mengejek serta perasaan jijik.
Ilustrasi. Kaligrafi Nabi Muhammad SAW ((tim tvOnenews/putri)
Peran Paman Nabi, Abu Thalib
Bahkan suatu ketika orang-orang Quraisy meminta paman Nabi Muhammad, Abu Thalib yang menjadi keluarga besar Bani Hasyim dan sangat Nabi patuhi untuk menghentikan langkah Nabi yang dianggap menentang dan menyerang keyakinan leluhur mereka.
Apabila Nabi tak berhenti berdakwah, mereka mengancam akan melancarkan lebih banyak lagi siksaan dan kekerasan kepada Nabi.
Abu Thalib kemudian menyampaikan pesan tersebut kepada keponakannya agar tidak lagi membawa bencana kepada diri sendiri maupun keluarga besarnya.
Namun kemudian Nabi menjawab:
“Sekalipun matahari diturunkan di atas tangan kananku dan bulan dikirimkan di atas tangan kiriku sebagai pilihan agar Aku meninggalkan dakwahku atau binasa dalam langkah menjalan misi Tuhan, Aku tidak akan pernah mencampakkan ajaran ini sampai Tuhan menyuruhku berhenti,” jawab Nabi.
Mendengar jawaban keponakannya, Abu Thalib tertegun dan kemudian berkata:
“Pergilah dan sampaikan apapun yang ingin kau ajarkan, Demi Tuhan, aku tidak akan pernah menyerahkan dirimu kepada musuh-musuhmu,”
Meski tak memeluk Islam, namun sang paman, Abu Thalib terus membela dan melindungi Nabi Muhammad SAW.
Wallahua’lam