Tafsir Surah Al Fatihah Ayat 6: Bimbinglah Kami ke Jalan yang Lurus.
Sumber :
  • freepik

Tafsir Surah Al Fatihah Ayat 6: Bimbinglah Kami ke Jalan yang Lurus

Jumat, 8 Desember 2023 - 20:15 WIB

Jakarta, tvOnenews.com - Surah Al Fatihah wajib dibaca setiap shalat.

Al Fatihah memang istimewa dan jadi surah pembuka dalam Al-Qur’an.

Berikut lafadz, arti dan tafsir dari surah Al Fatihah ayat 6.

اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ

Ihdinaṣ-ṣirāṭal-mustaqīm(a).

Artinya: Bimbinglah kami ke jalan yang lurus

Tafsir Ringkas Kemenag

Kami memohon, tunjukilah kami jalan yang lurus, dan teguhkanlah kami di jalan itu, yaitu jalan hidup yang benar, yang dapat membuat kami bahagia di dunia dan di akhirat, serta dapat mengantarkan kami menuju keridhaan-Mu.

Tafsir Tahlili

Ihdi: pimpinlah, tunjukilah, berilah hidayah. Arti “hidayah” ialah menunjukkan suatu jalan atau cara menyampaikan orang kepada orang yang ditujunya, dengan baik.

Macam-macam Hidayah (Petunjuk)

Allah telah memberi manusia bermacam-macam hidayah, seperti yang juga dibahas dalam Tafsīr Al-Fātiḥah oleh Muhammad Abduh.

1. Hidayah Naluri (Garīzah)

Manusia begitu juga binatang-binatang, dilengkapi oleh Allah dengan bermacam-macam sifat, yang timbulnya bukan dari pelajaran, bukan pula dari pengalaman, melainkan telah dibawanya dari kandungan ibunya. 

Sifat-sifat ini namanya “naluri”, dalam bahasa Arab disebut garīzah. 

Umpamanya, naluri “ingin memelihara diri” (mempertahankan hidup).

Seorang bayi bila merasa lapar dia menangis. 

Sesudah terasa di bibirnya puting susu ibunya, dihisapnya sampai hilang laparnya. 

Perbuatan ini dikerjakannya tanpa seorang pun yang mengajarkan kepadanya, bukan pula timbul dari pengalamannya, hanya semata-mata ilham dan petunjuk dari Allah kepadanya, untuk mempertahankan hidupnya.

Contoh lain adalah lebah membuat sarangnya, laba-laba membuat jaringnya, semut membuat lubangnya dan menimbun makanan dalam lubang itu. 

Semua itu dikerjakan oleh binatang-binatang itu untuk mempertahankan hidupnya dan memelihara dirinya, dengan dorongan nalurinya semata-mata. 

Banyak lagi naluri yang lain, umpamanya rasa “ingin tahu”, “ingin mempunyai”, “ingin berlomba-lomba”, “ingin bermain”, “ingin meniru”, “takut”, dan lain-lain.

Sifat-sifat Naluri

Naluri (garīzah), sebagaimana disebutkan, terdapat pada manusia dan binatang. 

Perbedaannya ialah naluri manusia bisa menerima pendidikan dan perbaikan, tetapi naluri binatang tidak. Sebab itulah manusia bisa maju, sedangkan binatang tidak, ia tetap seperti sedia kala. 

Naluri-naluri itu adalah dasar bagi kebaikan, dan juga dasar bagi kejahatan. 

Umpamanya, naluri “ingin memelihara diri”, orang berusaha, berniaga, bertani, artinya mencari nafkah secara halal. Sebaliknya karena naluri “ingin memelihara diri” itu pula orang mencuri, menipu, merampok dan lain-lain. 

Karena naluri “ingin tahu” orang belajar, sehingga memiliki pengetahuan yang banyak dan pendidikan yang tinggi. 

Sebaliknya karena naluri “ingin tahu” itu pula orang suka mencari-cari ‘aib dan rahasia’ sesamanya, yang mengakibatkan permusuhan dan persengketaan. 

Berita Terkait :
1
2 3 4 5 Selanjutnya
Topik Terkait
Saksikan Juga
01:50
02:03
03:05
03:21
01:44
01:05
Viral