Juru Bicara Angkatan Bersenjata Kelompok Houthi Yaman, Jenderal Yahya Saree.
Sumber :
  • mehrnews.com

Berani Bombardir Kapal Israel dan Sekutunya di Laut Merah, Siapakah Houthi Yaman? Ternyata Itu Klan Utara yang Mayoritas Syiah Zaidiyah

Kamis, 4 Januari 2024 - 09:55 WIB

Jakarta, tvOnenews.com - Yaman mendukung Palestina dengan meluncurkan rudalnya pertama kali kepada Israel pada November 2023 lalu.

Kelompok bersenjata Houthi di Yaman yang kabarnya didukung Iran itu semakin hari kian meningkatkan keterlibatan mereka dalam konflik di Jalur Gaza.

Hal itu ditunjukkan dengan menyerang apa yang mereka sebut sebagai kapal-kapal yang sedang menuju Israel di Laut Merah bagian selatan.

Lantas siapa Houthi Yaman? Bagaimana mereka lahir dan menganut ajaran apakah?

Menurut Pengamat Timur Tengah, Smith Alhadar, kelahiran Houthi tak bisa dilepaskan dari Arab Spring yang melanda dunia Arab pada 2011.

“Nama Houthi yang sebenarnya adalah Ansarullah (penolong Allah),” ujar Smith kepada tim tvOnenews.com pada Kamis (4/1/2023) dalam keterangan tertulis.

Menurut Smith Alhadar, Houthi adalah nama klan di Yaman Utara yang mayoritas memeluk Syiah Zaidiyah.

“Zaidiyah jenis Syiah yang paling moderat dan lebih dekat ke mazhab Sunni ketimbang Syiah Itsna asyariah atau Jafariyah yang dipeluk mayoritas rakyat Iran, Irak, dan Lebanon,” jelas Smith Alhadar.

Bila Syiah Itsna Asyariah menolak khulafaur rasyidin (Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali), Syiah Zaidiyah menerima empat sahabat Nabi ini, meskipun Ali bin Abi Thalib lbh utama. 


Juru bicara Houthi Mohamed Abdulsalam (almayadeen.net)

“Dan kalau Syiah Itsna Asyariah berpegang pada mazhab fikih Ja'fariyah (menurut nama Imam Syiah yg ke-6, yakni Ja'far), Syiah Zaidiyah berpegang pada mazhab fikih Syafi’i sebagaimana dipeluk mayoritas Muslim di Indonesia, Mesir, dan lain-lainnya,” ujarnya.

Smith Alhadar kemudian menjelaskan bahwa pada sekitar abad ke-19 Yaman terbagi jadi dua negara yakni Yaman Utara dan Yaman Selatan.

“Di utara, yang mayoritas Syiah Zaidiyah, dijajah khilafah Utsmani Turki. Sedangkan Yaman Selatan, yang mayoritas sunni mazhab syafi’i dijajah oleh Inggris,” kata Smith Alhadar.

Kemudian pada tahun 1960-an, kedua Yaman merdeka. 

“Yaman Selatan mendirikan negara komunis, Yaman Utara mendirikan negara nasionalis sekuler setelah meruntuhkan sistem imamah,” tandas Smith Alhadar.

Kemudian pada 1990 terjadilah penyatuan negara kedua Yaman.

“Setelah perang saudara dimenangkan oleh Yaman Utara. Presidennya adalah Jenderal Ali Abdullah Saleh,” jelas Smith Alhadar.

Namun pada tahun 2014, setelah terjadi pergolakan politik sebagai akibat dari Arab Spring, klan (marga) Houthi melakukan kudeta terhadap pemerintahan yang sah dimana presidennya berasal dari Yaman Selatan. 

“Yaman kembali pecah dua: Yaman Selatan yang diakui PBB sebagai pemerintahan Yaman yang sah yang mencakup Yaman Utara juga. Sedangkan Yaman Utara dikuasai milisi Houthi,” ungkap Smith Al Hadar.

Pasukan Houthi Yaman (ANTARA)

Sejak 2015 itu, pecahlah perang Houthi yang pro-Iran melawan pemerintahan Yaman (yang berkedudukan di selatan dengan ibu kota Aden)

“Yang didukung koalisi Arab, terutama Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Karena perang ini tidak menguntungkan siapapun, bahkan menguras ekonomi Saudi dan UEA, mengganggu keamanan wilayah mereka,” ujarnya.

Smith mengatakan bahwa gencatan senjata mulai diberlakukan sejak 2022 dan proses perundingan perdamaian diluncurkan di berbagai negara, seperti Oman dan Irak. 

“Hingga hari ini proses perdamaian masih berkelanjutan,” katanya.

Hingga pada Maret 2023, atas inisiatif China, Saudi dan Iran berdamai. 

“Hal ini membuat Yaman kian kondusif. Dan Houthi mendapat kesempatan memulihkan dirinya,” jelas Smith Alhadar.

Hingga pada November 2023, demi membantu Hamas, kelompok militan Palestina di Jalur Gaza dari genosida Israel, Houthi menembakkan roket dan mengirim drone ke Israel. 

“Karena tidak efektif disebabkan serangan itu mudah dihancurkan sistem pertahanan anti-rudal dan drone Israel dan AS, Houthi mengubah strategi untuk menekan Israel agar segera menghentikan perang dengan cara menyerang tanker dan kapal sipil yg melintas di Laut Merah dari Asia atau Afrika menuju Israel,” jelasnya. 


Anggota Militer Houthi Yaman (ANTARA/Reuters)

Kendati AS bersama sekutunya membentuk koalisi yang berpatroli di Laut Merah untuk memitigasi serangan Houthi, sampai hari ini AS Cs blm mampu menghentikan aktivitas militer Houthi.

“Sehingga tak banyak lagi kapal-kapal komersial yang melewati Laut Merah guna menghindari dampak serangan Turki,” tutup Smith Alhadar.

Hal ini senada dengan informasi yang diberitakan oleh Kantor Berita Turki, Anadolu Agency, bahwa pada Minggu (1/1/2023), Inggris bersiap melancarkan serangkaian serangan udara terhadap milisi Syiah Yaman, Houthi, yang tengah berusaha menargetkan kapal-kapal yang melewati Laut Merah, kata sebuah laporan media.

Berdasarkan rencana itu, Inggris akan bergabung dengan Amerika Serikat dan mungkin negara-negara Eropa lainnya guna melancarkan serangan rudal terhadap target-target yang telah direncanakan sebelumnya, baik di laut maupun di daratan Yaman, tulis surat kabar Inggris, The Times.

Seorang sumber pemerintah Inggris mengatakan serangan terkoordinasi itu mungkin akan melibatkan pesawat-pesawat tempur Angkatan Udara Inggris (RAF) untuk pertama kalinya atau kapal perusak HMS Diamond.

The Times melaporkan Inggris dan AS akan mengeluarkan “pernyataan yang belum pernah terjadi sebelumnya” yang akan "memperingatkan Houthi agar  berhenti menyerang kapal-kapal dagang atau menghadapi kekuatan militer Barat."

Pada Minggu, Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron menelepon timpalannya dari Iran, Hossein Amir-Abdollahian, mengenai serangan Houthi di Laut Merah, yang menurut Cameron "mengancam kehidupan orang-orang tak berdosa dan perekonomian global."

Secara terpisah, Menteri Pertahanan Inggris Grant Shapps mengatakan pada Minggu bahwa serangan Houthi terhadap jalur kapal internasional di dan sekitar Laut Merah melonjak 500 persen.

"Ini sudah tak bisa diterima karena merugikan perdagangan dunia dengan cara menghalangi Kebebasan Navigasi di Laut secara ilegal. Serangan-serangan ini harus dihentikan,” tulisnya dalam X.

Dia mengatakan Houthi harus mengakhiri operasi ilegalnya terhadap kapal-kapal dagang dan segera menghentikan semua serangannya.

Kelompok bersenjata Houthi di Yaman yang didukung Iran itu kian meningkatkan keterlibatan mereka dalam konflik di Jalur Gaza dengan menyerang apa yang mereka sebut sebagai kapal-kapal yang sedang menuju Israel di Laut Merah bagian selatan.

Mereka mengatakan serangan tersebut bertujuan mendukung rakyat Palestina yang sedang menghadapi “agresi dan blokade ” Israel di Gaza.

Laut Merah adalah salah satu jalur laut yang paling sering digunakan di dunia untuk pengiriman minyak dan bahan bakar. (put/ant)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
19:39
05:10
07:21
01:23
01:51
01:50
Viral