- tvOnenews.com/viva.co.id
Partai Ummat Sebut Abu Bakar Baasyir dan Amien Rais Bagian Aswaja Seperti NU, Apa Sebenarnya Pengertian dan Sejarah Ahlussunah wal Jamaah
Jakarta, tvOnenews.com – Sekjen PBNU Saifullah Yusuf atau yang kerap disapa Gus Ipul, baru-baru ini secara gamblang menyebutkan agar warga Nahdliyin tak memilih paslon yang didukung oleh Abu Bakar Baasyir dan Amien Rais. Gus Ipul beralasan Abu Bakar Baasyir dan Amien Rais memiliki pemahaman yang bersebrangan dengan cara berpikir Nahdlatul Ulama.
Pernyataan Gus Ipul ditanggapi Wakil Ketua Umum DPP Partai Ummat Buni Yani yang menyebutkan ideologi Amien Rais dan Abu Bakar Ba’asyir menganut paham Islam Ahlussunah wal Jamaah (Aswaja) yang juga dianut oleh warga NU.
Lantas, apa sebenarnya Aswaja itu? Simak penjelasan berikut ini. Secara bahasa, Ahlussunnah wal Jama’ah atau yang disingkat menjadi Aswaja, terdiri dari tiga kata yaitu, ‘Ahlu’ yang bermakna keluarga atau pengikut, atau penduduk. Kemudian, ‘al-sunnah’ artinya jalan atau langkah (merujuk kepada Rasulullah saw.), dan ‘al-jamaah’ yang berarti perkumpulan (merujuk pada perkumpulan para sahabat Nabi Muhammad saw.).
Maka, secara bahasa Aswaja adalah golongan yang setia mengikuti sunnah Nabi Muhammad saw. Dan para sahabatnya. Hal ini berarti menunjukkan bahwasannya, Aswaja merupakan ajaran yang sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad saw., yaitu ajaran Islam murni seperti yang diamalkan oleh Nabi Muhammad saw. dan para sahabatnya.
Dalam kitab Ziyadah at-Ta’liqat karya Hadratusy Syaikh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari, Ahlussunnah wal Jama’ah adalah:
أما أهل السنة فهم أهل التفسير و الحديث و الفقه فإنهم المهتدون المتمسكون بسنة النبي صلى الله عليه وسلم والخلفاء بعده الراشدين وهم الطاءفة الناجية قالوا وقد اجتمعت اليوم في مذاهب أربعة الحنفيون والشافعيون و المالكيون والحنبليون
“Adapun Ahlussunnah wal Jama’ah adalah kelompok ahli tafsir, ahli hadis, dan ahli fikih. Merekalah yang mengikuti dan berpegang teguh dengan sunnah Nabi dan sunnah khulafaurrasyidin setelahnya. Mereka adalah kelompok yang selamat. Ulama mengatakan : Sungguh kelompok tersaebut sekarang ini terhimpun dalam madzhab yang empat yaitu madzhab Hanafi, Syafi’i, Maliki, dan Hanbali.”
Mengutip dari salah satu karya tulis dari Universitas NU Purwokerto, dijelaskan bahwa dalam kajian akidah/ilmu kalam istilah Ahlussunnah wal Jama’ah dinisbatkan pada sebuah paham yang diusung oleh Abu Hasan al-Asy’ari dan Anu Mansur al-Matuaridi, yang menentang paham Khawarij dan Jabariyah (yang cenderung tekstual) dan paham serta paham Qadariyah dan Mu’tazilah (yang cenderung liberal).
Sedangkan dalam kajian fikih, istilah Ahlussunanah wal Jama’ah dinisbatkan pada paham Sunni yaitu merujuk pada fikih 4 (empat madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali) yang berbeda dengan paham fikih Syi’iy, Dzahiriy, Ja’fariy.
Maka dari sinilah NU kemudian menjadikan Ahlussunnah wal Jama’ah sebagai sebuah asas organisasi, yang mana pada sambutan pembukaan deklarasi berdirinya Jam’iyah Nahdlatul Ulama, K.H. Hasyim Asy’ari menegaskan, “Giri Ahli Sunnah wal Jamaah adalah mereka yang di bidang fikih mengikuti paham Imam Abu Hanifah, Imam Malik bin Annas, Imam Muhammad bin Idris (Imam Syafi’i) atau Imam Ahmad bin Hanbal. Dan di bidang tasawuf mengikuti ajaran Syekh Junaid Al-Baghdady dan Imam Ghozali. Dan dalam bidang tauhid, mengikuti Imam Abu al-Hasan Al-Asy’ari atau Abu Mansur Al-Maturidi.”
Sejarah Singkat Aswaja
Munculnya Ahlussunnah wal Jama’ah dilatarbelakangi ketika munculnya berbagai aliran Islam. Pada masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib, muncul dua aliran yang berlawanan, yaitu Syiah dan Khawarij. Golongan Syiah mengagungkan Sayidina Ali, sedang Khawarij membencinya. Hingga kemudian muncul golongan Murji’ah yang tidak melibatkan diri dalam perselisihan tersebut.
Dalam perkembangan selanjutnya, munculah aliran abariyah, Qodariyah, dan Muktazilah. Dari ketiga golongan ini, Muktazilah adalah golongan yang paling berpengaruh. Golongan ini mendapat dukungan dari Khalifah Al-Makmun dari dinasti Abbasiyah. Bahkan, aliran ini dijadikan sebagai paham negara dimana seluruh umat Islam dipakasa untuk mengikutinya.
Pada masa inilah, seorang ulama besar bernama Abu Hasan Al-Asy’ari, membuat sebuah gebrakan yang mampu mengembalikan umat Islam kepada ajaran sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah saw., sahabat, dan para tabiin. Kelompok inilah yang kemudian dikenal dengan Aswaja (Jeni/Bwo)