Penyair Abdul Hadi WM meninggal dunia pada Jumat, pukul 03.36 WIB di RSPAD Gatot Subroto dalam usia 77 tahun..
Sumber :
  • Buku 25 Tahun Dewan Kesenian Jakarta

Abdul Hadi WM, dari Pemberontakan Seni hingga Pengadilan Puisi

Sabtu, 20 Januari 2024 - 00:47 WIB

Pergaulan kreatifnya ditempa di Taman ismail Marzuki. Ia pula konon yang menabalkan julukan Presiden Penyair untuk Sutardji Calzoum Bachri.    

Dalam tulisan Bertemu Saya dan Syeh Siti Jenar, semacam proses kreatifnya dalam menulis sajak yang dibukukan oleh Dewan Kesenian Jakarta menjadi Dua Puluh Sastrawan Bicara, dengan lirih Abdul Hadi menggugat kenapa masih menulis puisi? Untuk siapa puisi puisinya ditulis? Masih adakah yang ingin membacanya? Bagaimana posisi puisinya di antara derap deru pembangunan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pertarungan ideologi dan fanatisme agama agama? 

Seperti yang khas dari penyair eranya yang memberontak untuk diringkus dalam proyek proyek kemajuan dan pembangunan,  Abdul Hadi menyebut puisi puisinya adalah penolakan pada determinasi determinasi, perlawanan pada pandangan hitam putih atas kebenaran dan realitas. 

"Puisi  punya kebenarannya sendiri di luar kebenaran ilmu sosial dan sejarah lain, " ujar Abdul Hadi. Batu dalam sajak Sutardji bukan benda biasa, gerimis dalam sajak Chairil bukan gerimis hujan kecil dalam pengertian sebagai obyek insidental dan fiskal. 

Minatnya pada mistisisme terlihat pada tulisan yang ditulis pada 1982. Ia banyak mengutip dialog dialog dalam lakon Syeh Siti Jenar yang saat itu masih berusaha dirampungkan: "Saudara saudara, hari sudah petang, Aku akan pulang dan kembali ke dalam diriku. Berkata kata sebenarnya adalah menyampaikan apa yang tak bisa disampaikan dan aku malu pada kata-kataku sendiri".

Ia menulis beberapa buku kumpulan puisi, di antaranya "At Least We Meet Again, Arjuna in Meditation" (bersama Sutardji Calzoum Bachri dan Darmanto Yatman), "Laut Belum Pasang", "Meditasi", dan "Cermin". Sejumlah karya juga ia terjemahkan dari berbagai penulis sastra dunia, di antaranya karya-karya Jalaluddin Rumi. Puisi-puisi karyanya juga telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris, Prancis, Belanda, Jepang, Jerman, Cina, Thailand, Arab, Bengali, Urdu, Korea, hingga Spanyol.

Berita Terkait :
1
2
3 Selanjutnya
Topik Terkait
Saksikan Juga
03:02
03:01
02:57
02:35
05:18
01:38
Viral