- Kolase tim tvOnenews
Rasulullah SAW Paling Banyak Puasa di Bulan Syaban, Ustaz Adi Hidayat dan Buya Yahya Ungkap Alasannya
Jakarta, tvOnenews.com - Bulan syaban adalah gerbang menuju bulan ramadhan.
Tidak hanya rajab yang harus diperhatikan, dalam sebuah ceramah, Ustaz Adi Hidayat dan Buya Yahya mengingatkan bahwa syaban adalah bulan yang diperhatikan oleh Nabi Muhammad SAW.
Amalan yang paling banyak dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW adalah puasa.
Sebagai informasi, berdasarkan kalender hijriah yang dikutip dari Kementerian Agama (Kemenag), bulan syaban 1445/2024 Masehi jatuh pada Minggu (11/2/2024).
Setelah syaban, maka umat Islam akan memasuki bulan ramadhan.
Lalu mengapa Nabi Muhammad SAW banyak berpuasa pada bulan syaban?
Berikut penjelasannya yang dirangkum oleh tvOnenews.com dari ceramah yang diunggah di kanal YouTube Adi Hidayat Official dan Al-Bahjah TV.
Ustaz Adi Hidayat
Rasulullah SAW Paling Banyak Puasa di Bulan Syaban, Ustaz Adi Hidayat dan Buya Yahya Ungkap Alasannya (Sumber: pexels)
Ustaz Adi Hidayat mengingatkan jika sudah mendekati bulan ramadhan, Nabi Muhammad SAW memberikan isyarat kepada umatNya agar sebelum ramadhan, lekas mencari bekal-bekal yang bisa menguatkan roh.
“Bekal-bekal yang bisa menguatkan roh, yang memberikan tenaga pada kita, kekuatan spiritual,” ujar Ustaz Adi Hidayat.
“Sehingga ketika sampai kepada ramadhan, kita bisa siap dan semangat beraktivitas,” sambung Ustaz Adi Hidayat.
Pada bulan syaban, Ustaz Adi Hidayat mengatakan ada amalan yang paling banyak dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.
Ustaz Adi Hidayat menjelaskan bahwa dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Usamah bin Zaid, nabi SAW itu saat masuk bulan Syaban punya kebiasaan meningkatkan amalan beliau.
“Beliau juga mencontohkan langsung kepada kita bagaimana belum meningkatkan amalannya” kata Ustaz Adi Hidayat.
“Dan amalan yang spesifik yang banyak dikerjakan oleh Nabi SAW itu ternyata puasa,” sambung Ustaz Adi Hidayat.
Melihat kebiasaan Nabi SAW itu, sahabat pun heran.
Hal ini karena saat rajab, Nabi Muhammad SAW sudah banyak menjalankan ibadah puasa.
Maka kata Ustaz Adi Hidayat, melihat hal itu maka sahabat pun bertanya.
“Sampai kemudian sahabat mengkonfirmasi kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tentang kebiasaan beliau itu,” jelas Ustaz Adi Hidayat.
“Nabi menjawab apa? kata nabi bulan Sya'ban itu yang kalian tanya kenapa banyak-banyak aku puasa, kenapa kau meningkatkan ibadah, bulan syaban itu sebetulnya Agung,” ujar Ustaz Adi Hidayat menjelaskan hadits tersebut.
Ustaz Adi Hidayat kemudian menjelaskan lebih lanjut bahwa meski bulan salah satu dari bulan haram namun syaban ternyata memiliki keistimewaan yang ternyata tidak dibayangkan.
“Tidak seperti yang kamu bayangkan, syaban juga punya keistimewaan yang sangat istimewa, seperti rajab punya keistimewaan, seperti ramadhan yang lebih istimewa lagi,” jelas Beliau.
Kata Ustaz Adi Hidayat, Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa yang istimewa dari syaban adalah dimana amal-amal kita langsung dilaporkan kepada Allah SWT.
“Apa yang istimewa di situ? pertama kata Nabi di bulan itu amal-amal kita pada saat itu secara langsung itu dilaporkan disampaikan diangkat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala,” tandas Ustaz Adi Hidayat.
Itulah istimewanya bulan syaban, semua amalan itu dilaporkan langsung.
Nabi Muhammad SAW ingin saat amal disodorkan, Nabi dalam keadaan berpuasa.
“Aku sangat menginginkan saat amalku itu diangkat disampaikan kepada Allah, aku sedang dalam keadaan berpuasa,”
“Nabi yang paling takwa, nabi yang paling dekat dengan Allah, dipuji, dijamin surga dan sebagainya saja masih mencoba meningkatkan kualitasnya,” jelas Ustaz Adi Hidayat.
Buya Yahya
Rasulullah SAW Paling Banyak Puasa di Bulan Syaban, Ustaz Adi Hidayat dan Buya Yahya Ungkap Alasannya (Sumber: istockphoto.com)
Buya Yahya menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW memberi gelar kepada syaban sebagai bulan yang dilupakan manusia pada saat itu.
“Bulan syaban itu adalah bulan yang Nabi SAW menggelarinya dengan bulan syahrun yahfalunasuanhu,” ujar Buya Yahya.
“Disebut sebagai bulan yang dilupakan oleh manusia waktu itu,” sambungnya.
Hal ini kata Buya Yahya karena orang biasanya sibuk menguatkan ibadah di bulan rajab dan ramadhan.
“Bulan Rajab dan bulan Ramadhan lalu lupa di bulan Syaban,” ujar Buya Yahya.
Padahal di bulan syaban, setiap Muslim disarankan semakin meningkatkan ibadahnya.
Hal itu sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Saat bulan syaban, Nabi selalu berpuasa lebih banyak dari bulan lainnya.
“Salah satu sahabat nabi bertanya ya Rasulullah, aku tidak melihat Engkau berpuasa sebanyak di bulan Syaban ini ada apa?” kata Buya Yahya.
“Nabi menjawab ini bulan adalah bulan yang dilupakan oleh manusia. Di bulan itu diangkat amal manusia,” sambung Buya Yahya.
Maka karena saat bulan syaban, amalan diangkat, maka Nabi Muhammad SAW ingin dalam kondisi berpuasa.
“Aku ingin diangkat amalku saat aku berpuasa,” ujar Buya Yahya menjelaskan apa yang dikatakan Rasulullah SAW dalam sebuah hadits.
“Artinya bulan syaban ini bulan yang diperhatikan Baginda Nabi shallallahu alaihi wasallam dan Baginda Nabi memperbanyak puasa di bulan Syaban,” sambungnya.
Bahkan Buya Yahya menjelaskan bahwa kata Sayyidul Aisyah Nabi Muhammad SAW berpuasa di bulan Syaban hampir semuanya.
“Bahkan berpuasa bulan Sya'ban semuanya. Artinya Nabi betul-betul peduli dengan bulan syaban,” jelas Buya Yahya.
Dengan berlatih di bulan syaban, maka diharapkan saat ramadhan sudah memiliki persiapan.
“Dan disebutkan bahwa Allah akan melihat dengan pandangan khusus kepada hambaNya di malam Nisfu Sya'ban,” kata Buya Yahya.
Pada malam itu, Allah SWT akan mengampuni dosa-dosa, kecuali dua manusia yang memiliki ini.
“Kecuali dua model manusia yang pertama yang menyekutukan Allah,” kata Buya Yahya.
“Ya mereka di luar wilayah Islam akan tetapi ada dari kaum muslimin tidak diampuni oleh Allah yang punya kebencian permusuhan dengan saudaranya,” sambungnya.
Itulah penjelasan mengenai keutamaan puasa di bulan syaban.
Semoga artikel ini bermanfaat.
Disarankan bertanya langsung kepada ulama, pendakwah atau ahli agama Islam, agar senantiasa mendapatkan pemahaman yang lebih dalam.
Wallahu’alam
(put)