- Istimewa
Pegawai KPK Pelaku Pungli Hanya Dihukum Minta Maaf, Bagaimana Sebenarnya Sanksi untuk Koruptor dalam Islam? Ini Urutan Hukumnya
tvOnenews.com-Penjatuhan sanksi Dewan Pengawas (Dewas) terhadap pelaku pungutan liar (pungli) di Rumah tahanan (rutan) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mendapatkan kritik masyarakat. Pasalnya mereka, pekaku pungli hanya dihukum meminta maaf secara terbuka dan disiarkan di televisi internal. Bisakah pungli merupakan bagian dari korupsi, hanya diberi sanksi minta maaf? Bagaimana efek dari penjatuhan hukuman "ringan" ini bagi pemberantasan korupsi di Indonesia? Sebenarnya bagaimana hukum korupsi dalam Islam? dan bagaimana penghukumannya?
Dalam Islam, keadilan dan etika memiliki peran penting dalam membentuk perilaku individu dan masyarakat. Salah satu tindakan yang paling merusak adalah korupsi. Menurut Ketua Divisi Fatwa dan Pengembangan Tuntunan Ruslan Fariadi, Islam menyediakan sejumlah sanksi yang bertujuan untuk memperbaiki perilaku, mengingatkan akan konsekuensi akhirat, dan mengembalikan hak-hak yang telah dirampas.
Menurut Ruslan, salah satu sanksi yang diterapkan dalam Islam terhadap koruptor adalah ta’zir, hukuman yang bertujuan memberikan efek jera kepada terpidana agar tidak mengulangi kejahatannya.
Ta’zir dapat berupa hukuman fisik, penjara, atau tindakan lain yang sesuai dengan kejahatan yang dilakukan. Tujuan utamanya adalah untuk mendidik pelaku agar memahami kesalahan mereka dan mencegah tindakan serupa di masa depan.
“Harus memberikan efek jera pada pelaku tindakan korupsi yang merugikan negara hingga miliaran rupiah. Kalau pencuri melon dihukum begitu tegas, harusnya pencuri miliaran dapat hukuman yang bisa buat mereka jera,” ucap Ruslan seperti disebut dalam situs Muhammadiyah.or.id.
Selain itu, Islam mengajarkan bahwa koruptor akan menghadapi konsekuensi di akhirat. Al-Quran dalam surah Ali Imran ayat 161 mengingatkan tentang penghukuman yang akan menimpa mereka: “Dan tidak ada yang berpikir bahwa orang-orang yang berlebih-lebihan itu akan bisa lolos dari siksaan Allah. Dan mereka akan mendapatkan azab yang pedih.”
Selain hukuman formal, koruptor juga akan menghadapi sanksi moral dan sosial. Masyarakat akan mengutuk tindakan mereka, dan nama mereka akan tercemar. Ini adalah bentuk hukuman yang kuat karena dapat mempengaruhi reputasi dan hubungan sosial koruptor.
Dalam Fikih Anti Korupsi disebutkan bahwa salah satu tindakan yang diharapkan dari koruptor adalah pengembalian harta hasil korupsi mereka. Islam mendorong mereka untuk memulihkan hak milik yang telah dirampas dari orang lain. Ini adalah langkah pertama menuju pemulihan dan pemulihan keadilan.
Terakhir, Islam juga memberikan kesempatan untuk taubat dan pemaafan. Jika seorang koruptor benar-benar menyesal atas tindakannya, dia dapat bertaubat kepada Allah dan meminta pengampunan. Islam mendorong orang untuk bertaubat dengan tulus dan berusaha memperbaiki diri setelah hukuman tazir dan hukuman formal dilakukan. “Dalam Islam setidaknya ada tiga prinsip dasar dalam tatanan sosial, yaitu amanah, keadilan, dan amar ma’ruf nahi munkar,” tutur dosen Universitas Ahmad Dahlan ini.(bwo)