- ANTARA
Shalat Tarawih 20 Atau 8? Simak Hukum Bilangannya Berikut Ini
Jakarta, tvOnenews.com - Bulan Ramadhan merupakan bulan yang identik dengan nuansa ibadahnya. Diantara ibadah yang khas dalam bulan Ramadhan adalah shalat tarawih.
Salah satu yang menghidupkan malam Ramadhan adalah shalat tarawih.
Tarawih adalah shalat sunnah yang dilakukan setelah Isya.
Meski dapat dilakukan sendiri, namun jika berjamaah, maka pahala shalat Tarawih akan jauh lebih banyak.
Oleh karena itu, tak heran jika masjid dan musala terasa hidup dan bergema karena banyaknya jamaah yang mengikuti shalat Tarawih.
Namun bagaimanakah sebenarnya hukum dan jumlah bilangan dari shalat tarawih?
Shalat Tarawih 20 Atau 8? Simak Hukum Bilangannya Berikut Ini (Sumber: ANTARA)
Imam Nawawi Banten menjelaskan dalam kitab Nihāyat al-Zayn, bahwa shalat tarawih masuk dalam kategori shalat sunnah yang memiliki waktu dan disunahkan untuk berjamaah.
ومن النفل المؤقت الذي تسن فيه الجماعة التراويح (نهاية الزين ص ١١٤ الحرمين)
Adapun waktu shalat Tarawih adalah setelah selesai melaksanakan salat Isya sampai terbitnya fajar.
Lalu, bagaimana jika shalat Tarawih dilakukan sebelum melaksanakan shalat Isya?
Sayyid Abdurrahman dalam kitab Ghayat Takhliṣ al-Murad menjelaskan, apabila seseorang melaksanakan shalat Tarawih sebelum melaksanakan shalat Isya` sedang dia mengerti hukumnya maka shalatnya tidak sah.
Jika dia tidak mengerti hukumnya maka shalatnya dianggap sah, namun sebagai shalat sunah mutlak (shalat yang tidak terikat dengan waktu dan sebab), bukan sebagai shalat tarawih.
مسألة : وقت التراويح بين أداء العشاء و طلوع الفجر، فلو صلاها قبل أداء العشاء فإن كان عالما لم تنعقد، أو جاهلا يحتمل وقوعها نفلا مطلقا (غاية تخليص المراد من فتاوى ابن زياد ص ٤٤٦).
Ini berarti, jika dia ingin mendapatkan pahala shalat tarawih, dia harus mengulangnya.
Selain mengetahui status hukum dan waktu shalat tarawih, perlu diketahui juga, untuk mendapatkan kesunahan shalat Tarawih seorang harus melaksanakannya genap 20 rakaat, karena bilangan rakaat tersebut telah menjadi kesepakatan mayoritas ulama ahli fikih.
Hal ini telah dijelaskan Imam An Nawawi dalam Kitab Al Majmu:
مَذْهَبُنَا أَنَّهَا عِشْرُونَ رَكْعَةً بِعَشْرِ تَسْلِيمَاتٍ غَيْرَ الْوِتْرِ وَذَلِكَ خَمْسُ تَرْوِيحَاتٍ وَالتَّرْوِيحَةُ أَرْبَعُ رَكَعَاتٍ بِتَسْلِيمَتَيْنِ هَذَا مَذْهَبُنَا وَبِهِ قَالَ أَبُو حَنِيفَةَ وَأَصْحَابُهُ وَأَحْمَدُ وَدَاوُد وَغَيْرُهُمْ وَنَقَلَهُ الْقَاضِي عِيَاضٌ عَنْ جُمْهُورِ الْعُلَمَاءِ. المجموع شرح المهذب جزء 4 ص 32 طبعة دار الفكر.
Makna yang tersirat dalam redaksi di atas adalah bahwa jika shalat tersebut dilakukan kurang dari 20 rakaat maka shalatnya menjadi salat sunah mutlak, bukan shalat Tarawih.
Karena shalatnya menjadi sunnah mutlak, pahalanya juga menjadi sunnah mutlak (bukan pahala Tarawih).
Hal tersebut sering terjadi ketika makmum datang terlambat atau terlalu banyak istirahat ketika Tarawih sedang berlangsung, lalu dia tidak menyempurnakan shalatnya ketika imam telah menyelesaikan shalat Tarawih.
Mestinya, ia menyempurnakan 20 rakaat dahulu, baru kemudian melaksanakan shalat Witir.
Jika dia belum menyempurnakan 20 rakaat dan dia langsung mengikuti imam shalat Witir, maka dia tidak boleh menyempurnakan tarawihnya, karena telah dipisah oleh shalat Witir yang merupakan salat malam terakhir.
Meskipun demikian, ada pula ulama yang memiliki pandangan berbeda dengan ulama mayoritas.
Sayyid Abdurrahman mengemukakan pendapat Ibnu Hajar al Haitami, salah satu ulama penting dalam Mazhab Syafi’iyah, yang mengatakan bahwa orang yang melaksanakan sebagian shalat Tarawih (tidak genap 20 rakaat) masih mendapatkan pahala shalat Tarawih (masih dikategorikan shalat Tarawih bukan salat sunah mutlak).
من أتى ببعض التراويح أثيب عليه ثواب التراويح كما فى التحفة (إثمد العينين فى إختلاف الشيخين ص ٣٩٤).
“Orang yang melaksanakan sebagian dari keseluruhan salat Tarawih, maka dia (tetap) mendapatkan pahala shalat Tarawih”. Tentu pahala orang yang melaksanakan tarawih kurang dari 20 rakaat berbeda dari pahala orang yang melaksanakannya genap 20 rakaat, karena ada kaidah fiqh yang mengatakan:
ما كان أكثر فعلا كان أكثر فضلا
“Semakin banyak yang dilakukan, semakin banyak pula keutamaannya”.
Dalil Shalat Tarawih
Ramadhan adalah bulan penuh rahmat.
Oleh karenanya seluruh Muslim berburu dalam memperoleh pahala, ampunan serta berkah.
Salah satunya adalah dengan rajin melakukan shalat tarawih.
Berikut dalil mengenai shalat Tarawih.
“Barangsiapa ibadah (tarawih) di bulan Ramadhan seraya beriman dan ikhlas, maka diampuni baginya dosa yang telah lampau” (Bukhari & Muslim).
“Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 37 dan Muslim no. 759).
“Barang siapa qiyamul lail bersama imam sampai ia selesai, maka ditulis untuknya (pahala) qiyam satu malam (penuh)” (HR Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Ibn Majah, Nasa’i, dan lain-lain).
Itulah penjelasan mengenai hukum bilangan dari shalat tarawih.
Semoga artikel ini bermanfaat.
Wallahu’alam
Penulis: Muhammad Solahul Hikam
Editor: Abdul Ghofur Maiomen - Rois Syuriah PBNU