- pixabay
Kapan Lailatul Qadar? Ini 17 Pendapat Ulama Mengenai Prediksi Jatuhnya Malam Seribu Bulan Itu
Jakarta, tvOnenews.com - Lailatul Qadar adalah malam yang istimewa.
Malam Lailatul Qadar disebutkan lebih baik dari seribu bulan.
Setiap Muslim pastilah berharap mendapatkan malam Lailatul Qadar.
Namun tidak ada yang tahu kapan pasti malam Lailatul Qadar itu ada.
Lalu kapankah malam Lailatul Qadar Itu?
Ini 17 prediksi jatuhnya malam Lailatul Qadar, menurut para Ulama.
Pendapat Pertama
Malam Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-27 Ramadhan.
Ini merupakan pendapat Ali RA, Aisyah RA istri Nabi, Muāwiyah bin Abī Sufyān, Abdullah bin Umar bin Al-Khaṭṭab dan beberapa kelompok dari kalangan Tabi’in.
Pendapat ini bersandar pada hadis yang diriwayatkan Imam Muslim berikut ini.
حدثنا محمد بن المثنى: حدثنا محمد بن جعفر: حدثنا شعبة قال: سمعت عبدة بن أبي لبابة يحدث عن زر بن حبيش عن أبي بن كعب رضي الله عنه قال: قال أبي في ليلة القدر: والله إني لأعلمها: قال شعبة: وأكبر علمي هي الليلة التي أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم بقيامها, هي ليلة سبع وعشرين (صحيح مسلم-كتاب الصيام-ص: ٤٨٨)
“Ubay berkata mengenai jatuhnya malam Lailatul Qadar, demi Allah aku tidak mengetahuinya. Syu’bah berkata: “Sepenuh pengetahuanku bahwa Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-27 yang mana Rasulullah memerintahkan kita untuk menghidupkan malam tersebut.”
Pendapat Kedua
Malam Lailatul Qadar jatuh pada setiap malam satu tahun penuh dan berpindah-pindah.
H tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud dan condong kepada pendapat Imam Abu Hanifah.
Alasannya adalah karena ia tetap dan tidak diangkat, maka pendapat yang menentukan Lailatul Qadar adalah pendapat yang sangat lemah.
Pendapat Ketiga
Malam Lailatul Qadar jatuh pada satu bulan penuh bulan Ramadhan.
Pendapat ketiga ini didasarkan pada firman Allah pada surat Al Baqarah ayat 184.
Di dalam surat itu, Allah SWT hanya menyebutkan waktu yang umum di seluruh bulan Ramadhan.
Hal ini tak lain bertujuan supaya manusia berusaha keras untuk mendapatkannya.
Pendapat Keempat
Malam Lailatul Qadar jatuh pada sepuluh akhir bulan Ramadhan.
Pendapat ini berdasarkan pada hadis-hadis dalam kitab sahih.
Pendapat tersebut antara lain dikemukakan oleh Malik, Imam Syafi’i, Al-Auza’i, Ishaq, Abi Tsaur dan Ahmad bin Hambal.
Pendapat inilah yang menjadi awal perbedaan penentuan Lailatul Qadar pada sepuluh akhir.
Pendapat Kelima
Pendapat kelima, malam Lailatul Qadar jatuh pada malam pertama bulan Ramadhan.
Ini merupakan pendapat Abdul Aziz bin Ibrahim bin Ahmad At-Tamimi.
Pendapat Keenam
Malam Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-17 Ramadhan yang pada subuh malam tersebut terjadi perang Badar.
Ini merupakan pendapat yang dikemukakan Hasan, Ishaq, Abdullah bin Zubair.
Pendapat ini berlandaskan dengan surah al-Anfal ayat 41.
Menurut Ibnu Arabi hari tersebut adalah malam ke-17 yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud.
Pendapat Ketujuh
Pendapat ketujuh mengatakan bahwa malam Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-19.
Hal ini menurut Al-Hafidz di dalam kitab Al-Fath.
Pendapat Kedelapan
Malam Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-21.
Imam Syafi’i dikatakan condong pada malam tersebut.
Pendapat ini didasarkan pada hadis
"الماء والطين" yang diriwayatkan oleh Abu Saīd Al-Khudrī yang dikeluarkan dari Imam Malik dalam kitab Al-Muwaṭa` dan selainnya.
Pendapat Kesembilan
Pendapat kesembilan menyatakan bahwa malam Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-23.
Hal ini seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar yang dikeluarkan oleh Abdul Razaq di dalam kitab Al-Musannaf.
Pendapat Kesepuluh
Malam Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-25.
Hal ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan oleh Abi Said Al-Khudri,
Bahwasannya Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam bersabda
“Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh terakhir, sembilan terakhir, lima terakhir (malam ke 25), sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim.
Pendapat Kesebelas
Pendapat kesebelas menyatakan bahwa malam Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-29, seperti yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam musnadnya.
Rasulullah bersabda,
“Lailatul Qadar itu jatuh pada malam ke-29 atau malam ke-27, maka sesungguhnya para malaikat pada malam tersebut seperti bilangan kerikil.”
Pendapat Kedua Belas
Malam Lailatul Qadar dikatakan jatuh pada tanggal ganjil pada sepuluh akhir bulan Ramadhan.
Hal ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dari Ibnu Abbas.
Pendapat Ketiga Belas
Pendapat berikutnya menyatakan bahwa Malam Lailatul Qadar jatuh pada malam "الأشفاع".
Imam Al-Hasan berkata,
“Pada malam ke-24 matahari terangkat ke atas selama dua puluh tahun, kemudian aku melihatnya terbit berwarna putih tanpa disertai sinar yang mencorong yaitu sinar yang banyak.”
Pendapat Keempat Belas
Pendapat keempat belas menyatakan bahwa malam Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-26.
Pendapat ini didasarkan sebagian hadis.
Pendapat Kelima Belas
Malam Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-15.
Hal itu sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Al-Arabi di sebagian kitabnya.
Pendapat Keenam Belas
Malam Lailatul Qadar dikatakan jatuh pada malam ke-15 di bulan Sya’ban.
Hal ini sebagaimana yang diceritakan oleh "سند بن عنان" orang yang mengemukakan pendapat ini berdalih dengan firman Allah surah Ad-Dukhan ayat 4.
Berikut bunyi ayat itu.
“Pada (malam itu) dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah”.
Pendapat Ketujuh Belas
Pendapat yang terakhir mengatakan ketika malam Lailatul Qadar jatuh pada hari di tahun ini, maka ia pun akan jatuh lagi di bulan yang selanjutnya.
Pendapat ini dinisbatkan kepada Abdullah bin Mas’ūd.
Itulah 17 pendapat mengenai prediksi jatuhnya malam Lailatul Qadar.
Dalam kitab yang berjudul Jana Al-Jannatain Fi Syarafi Al-Lailatain, Syaikh Abi Abdillah Muhammad bin Ahmad ibn Marzuq at-Tilmasani yang wafat tahun 781 H, memaparkan bahwa banyaknya perbedaan pendapat mengenai penentuan jatuhnya malam Lailatul Qadar karena banyaknya hadis mengenai itu.
Wallahu’alam
(Tulisan ini yang dilansir dari tulisan santri Nahdlatul Ulama (NU) Muhammad Maulana Faqih)