Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah dalam acara peringatan Nuzul Quran di Masjid At Taufiq, Lenteng Agung, Jakarta, Jumat (29/3/2024).
Sumber :
  • ANTARA

Ahmad Basarah: Tak Tepat Membedakan Nasionalisme dan Agama

Sabtu, 30 Maret 2024 - 14:21 WIB

Jakarta, tvOnenews.com Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah menilai saat ini tak lagi relevan untuk membeda-bedakan antara nasionalisme dan agama. Hal ini berpatokan pada dasar negara buatan Bung Karno.

Menurut Ahmad Basarah, jika melihat dasar negara yang dibuat Bung Karno pada hakikatnya nasionalisme dan agama tidak tepat untuk didikotomikan karena nasionalisme Indonesia berdasarkan pada religi.

Ia pun membahas mengenai Bung Karno sebagai pendiri bangsa yang banyak meninggalkan warisan tentang keislaman.

"Tak lagi tepat mendikotomikan nasionalisme dengan agama, agama dengan nasionalisme, karena pada hakikatnya nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme yang religius," kata Basarah dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (30/3/2024).

Bung Karno yang oleh sejumlah kalangan disebut sebagai tokoh nasionalis, pada pemikiran dan legasinya justru menunjukkan dimensi keagamaan begitu sangat kuat.

Basarah menjelaskan Bung Karno mempelajari Islam secara mendalam sejak remaja atau tepatnya ketika Sang Proklamator itu dititipkan di rumah tokoh pimpinan islam, Haji Umar Said Tjokroaminoto.

"Di sana lah Bung Karno digembleng ajaran dan pemikiran Islam," ungkap Basar.

Presiden pertama Indonesia itu juga mengakui Kiai Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah adalah guru utama yang dia ikuti.

Selain itu, pendiri bangsa tersebut juga pernah berguru dengan Kiai Ahmad Hasan di Bandung.

"Ketika Bung Karno dibuang belanda ke Ende, tepi pantai yang sepi, Bung Karno melanjutkan pemikiran islamnya dengan melakukan yurisprudensi dengan Kyai Ahmad Hasan di Bandung, yang surat-surat itu sekarang sudah dibukukan," tambahnya.

Kemudian, saat dibuang ke Bengkulu, ia juga bertemu banyak tokoh Islam di sana. Adapun untuk pertama kalinya Soekarno memutuskan masuk organisasi Muhammadiyah.

Diketahui, Bung Karno diangkat jadi ketua majelis pengajaran di Muhammadiyah Bengkulu tahun 1938-1942.Konsep keislaman yang dipelajari secara mendalam oleh Bung Karno sejak remaja itu kemudian dipakai dalam merumuskan dasar negara menjelang kemerdekaan Indonesia.

"Ketika beliau mengusulkan dasar Indonesia merdeka, Bung Karno mengusulkan dasar ketuhanan yang maha esa sebagai dasar yang fundamental bangsa Indonesia pada waktu itu," tutur dia.

Pemikiran Soekarno yang merupakan tokoh nasionalis sekaligus religius itu pun bisa menjadi jalan tengah.

Sebab, 66 tokoh yang tergabung dalam Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) itu terbelah menjadi dua kelompok.

Ada kelompok yang ingin Indonesia menjadi negara nasionalis sekuler dan ada kelompok yang ingin Indonesia jadi negara Islam.

"Sebagai pembicara terakhir, Bung Karno mengusulkan jalan tengah, bukan negara nasionalis sekuler, tapi bukan negara islam. Bung Karno mengusulkan negara ketuhanan yang maha esa, di mana semua umat beragama diakui dalam bingkai hukum negara Pancasila," katanya lagi. (ant/iwh)

 

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
02:50
02:06
03:04
03:16
05:48
13:01
Viral