- Irham Syahril
Keunikan Masjid Muhammad Cheng Hoo Gowa: Perpaduan Nuansa Arab, Tionghoa, dan Bugis Makassar
Gowa, tvOnenews.com - Masjid Muhammad Cheng Hoo sudah menjadi salah satu wisata religi yang populer di beberapa daerah di Indonesia, tak terkecuali di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel), masjid itu menjadi salah satu ikon wisata karena memiliki desain yang unik.
Masjid ini memiliki ciri khas arsitektur tersendiri yang menggabungkan nuansa Timur Tengah, China dan budaya setempat. Di Sulsel sendiri, masjid ini menyuguhkan perpaduan arsitektur dengan budaya Bugis Makassar yang khas. Masjid ini terletak di Jalan Tun Abdul Razak, Romang Polong, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
Menelisik kebelakang, Masjid Muhammad Cheng Hoo Gowa didirikan pada 11 November 2011 yang pembangunannya diinisiasi oleh organisasi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Sulsel, PITI Gowa, dan PITI Makassar.
"Alasan mendirikan masjid ini sebagai wadah berkumpul dan melakukan berbagai kegiatan ibadah bagi warga PITI serta menjadi simbol keberadaan warga muslim Tionghoa," ungkap Sekretaris Takmir Masjid Muhammad Cheng Hoo Gowa, Abdul Halim kepada tvOnenews.com, Minggu (31/3/2024).
Menurut Halim, arsitekturnya terinspirasi dari memadukan tiga unsur yakni arab (simbol Islam) unsur Sulsel (simbol kedaerahan) dan unsur Tionghoa (simbol etnis).
"Hal ini dapat dilihat dari warna catnya yang khas Tionghoa, atapnya yang bersusun dan dimodifikasi ada unsur Sulselnya. Dan ciri khas yang paling utama dari Masjid Muhammad Cheng Hoo Gowa adalah atapnya yang berbentuk pagoda. Kubah pagoda inilah yang menonjolkan budaya etnis Tionghoa dari Masjid ini," katanya.
Diketahui nama masjid ini diambil dari sosok pedagang China yang membawa misi penyebaran Islam di Indonesia dalam perjalanan perdagangannya di tanah air.
"Sosok laksamana Cheng Hoo telah menjadi simbol sejarah penyebaran Islam dikalangan Umat Muslim Tionghoa di Indonesia," jelas Halim.
Adapun kegiatan yang bisa dilakukan di masjid Cheng Hoo Gowa ini diantaranya, salat lima waktu, ibadah Amalia ramadan seperti ceramah tarwih, salat tarwih dan witir, ceramah subuh dan diskusi agama, buka puasa bersama dan itikaf di sepuluh hari terakhir ramadan serta pelaksanaan salat idul Fitri/adha di halaman masjid.
Diluar bulan ramadan, kata Halim dilaksanakan pula pengajian pekanan yaitu kajian fiqih ibadah di setiap hari Selasa, Kajian tadabbur quran di setiap hari Rabu, Kajian sirah nabawiyah di setiap hari jumat dan Tahsinul qira'ah di setiap hari Sabtu, yang kesemuanya dilaksanakan setelah sholat maghrib hingga jelang waktu isya.
(isl/asm)