KH Ahmad Bahauddin Nursalim, lebih dikenal dengan panggilan Gus Baha.
Sumber :
  • ANTARA

Bank Syariah Disebut Tetap Haram Karena Adanya Keuntungan Besar pada Bank? Gus Baha Jelaskan Rinci Bedanya Bunga Bank Konvensional dengan Bank Syariah

Kamis, 18 April 2024 - 04:43 WIB

Jakarta, tvOnenews.com-Sistem perekonomian modern sangat tergantung pada bank sebagai pembiayaan. Mengajukan peminjaman kepada bank untuk membeli rumah, mobil atau pembiayaan lain dianggap lazim. Padahal, meminjam uang kepada bank terkadang bukan solusi yang baik, karena beberapa bank menerapkan sistem bunga dalam transaksi kreditnya. Menurut K.H. Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha dalam islam ekonomi terbaik itu yang tidak ada rentenya.

“Bahkan di McGill, pada islamic studies, orang biasa mengkaji Islam. Termasuk Inggris, biasa membahas 'Ekonomi terbaik itu yang tidak ada rentenirnya'”, ujar Gus Baha.

Artinya, ujar Gus Baha, bahkan non-Muslim sepakat ekonomi yang terbaik ialah yang sesuai syariat Islam. “Padahal mereka non-Muslim, ketika mereka mengkritik rentenir, mengkritik riba, mereka tetap mengatakan ‘Ekonomi terbaik itu yang sesuai syariat Islam'”, jelas Gus Baha.

Alhamdulillah hingga sekarang beberapa bank menyediakan konsep syariah. Menurut Gus Baha meskipun tidak sempurna atau tidak mungkin sempurna, setidaknya sudah ada ikhtiar untuk mengakui sistem syariah.

Perlu diketahui bunga bank itu tidak bisa berhenti. Beda dengan akad jual beli

Gus Baha menyebut pernah bertemu dengan direktur Bank Syariah. Ceritanya misalnya begini, saya mau ambil kredit rumah harganya Rp100 juta. Nah, bank kan menginginkan laba lewat transaksi jual beli tadi. Misalnya bank ingin laba Rp10 juta dari jual beli tersebut. Nah, konsepnya begini. Kamu kan tidak punya uang, kemudian datang ke bank Syariah.

Lalu pihak bank Syariah mengatakan "rumah ini aku jual ke kamu Rp110 juta. Kamu nanti membayarnya (melunasinya) dengan cara mengangsur (mencicil)".

Nantinya setelah melewati Rp110 juta maka tetap berhenti meskipun belum lunas. Artinya, meskipun melewati waktunya, tetap berhenti di angka Rp110 juta. Kalau bunga kan enggak, angkanya terus bertambah. 

Jadi kalau mengangsur tetap berhenti di angka Rp110 juta sesuai transaksi jual belinya. Dari sisi ekonomi, bank tetap untung karena dari awal sudah menetapkan keuntungan Rp10 juta. 

Memang banyak juga yang masih mengkritik sistem ini karena dianggap tetap ada sisa-sisa keharaman. Ya namanya pilihan pasti ada yang mengkritik. Tapi saya pernah konfirmasi, lumayan karena tidak bisa naik lagi. 

Selama ini kritiknya non muslim mengatakan, "kalau bunga bank mengambil laba, jual beli juga mengambil laba." Padahal pembedanya sebenarnya ada. Kalau laba berhenti, kalau bunga tidak berhenti. Kalau misalnya seseorang tidak dapat melunasi. Sudah Rp80 juta tapi dia tak bisa lunasi, maka harganya tetap Rp110 juta.

Nanti jual belinya bisa dibatalkan. Kalau ini terjual, uangnya yang Rp80 juta dikembalikan. Makanya beberapa kampus sekarang sudah mulai membuka fakultas ekonomi Islam termasuk jurusan ekonomi Syariah. Tapi selalu ada yang memprovokasi dan membuat narasi "Tidak ada bedanya."

Menurut Gus Baha kalau ingin ekonomi dunia tidak meledak maka harus ikuti syariat Islam yaitu jangan ada riba.

“Kemudian mereka mengakui kalau ingin ekonomi dunia tidak menggelembung harus menolak riba.

“Karena kalau riba itu kan menggelembung , jadi tidak hakikat. Itu yang membuat dunia gampang kolaps,” lanjut Gus Baha.(bwo)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
02:20
01:37
02:08
01:38
02:17
01:18
Viral