- ANTARA
Haedar Nashir Minta Jamaah Calon Haji Khusuk Beribadah dan Raih Kemabruran: Harus Dilandasi Keikhlasan!
Yogyakarta, tvOnenews.com- Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir berpesan beribadah haji dilakukan dengan syariat dan sunnah nabi secara khusyuk.
Manakala ada perbedaan dalam praktik ibadah yang sifatnya khilafiyah, dia meminta agar pada jamaah jangan saling menyalahkan sehingga diperlukan toleransi atas perbedaan cara (tanawu').
"Namun jangan pula saling menonjolkan perbedaan, belajarlah beribadah sesuai sunnah nabi agar semakin mendekatkan kesamaan. Selebihnya, ambil makna dan fungsi terbaik dari ibadah haji agar tujuannya tercapai, yakni menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya guna meraih kemabruran yang diridhai Allah. Beribadah haji dengan khusyuk dan penuh pengharapan kepada Allah, menjauhi hal-hal yang tidak diperlukan dalam berhaji agar tercapai tujuannya," ucap Haedar.
Haedar juga meminta kepada seluruh pimpinan maupun petugas penyelenggaraan haji Indonesia Tahun 2024 agar meningkatkan pelayanan dan fasilitas sehingga lebih baik dari tahun sebelumnya.
"Seluruh pimpinan dan petugas yang terlibat dalam penyelenggaraan haji Indonesia saya percaya semakin tinggi pengkhidmatannya dalam melayani dan menyukseskan pelaksanaan ibadah haji dalam seluruh prosesnya," kata Haedar dalam keterangannya di Yogyakarta, Minggu.
Dia berharap para pejabat negara yang bertugas maupun atas nama negara yang menunaikan ibadah haji dapat memberikan "uswah hasanah" atau teladan yang baik di hadapan para jamaah haji.
Dengan demikian, lanjut Haedar, selain dapat mengayomi, mereka juga menjadi teladan terbaik yang mengutamakan kepentingan seluruh jamaah haji ketimbang diri dan keluarga sendiri.
"Ibadah haji niscaya menjadi kontestasi nilai dan akhlak keteladanan yang luhur dan utama dari para elite di hadapan jamaah umat yang merepresentasikan rakyat Indonesia," tutur Haedar.
Kepada para jamaah calon haji dari Indonesia yang telah mulai diterbangkan ke Tanah Suci pada Minggu (12/5), Haedar mendoakan agar mereka lancar dalam perjalanan baik ketika berangkat, selama prosesi haji, hingga saat pulang kembali ke Indonesia.
Haedar berpesan para jamaah mampu meluruskan niat beribadah haji karena Allah semata.
"Ibadah haji berat prosesnya yang memerlukan 'istita'ah' (kemampuan) secara fisik, termasuk kesehatan, selain kesiapan ruhani. Seluruh proses insyaAllah dapat dijalani dengan hati yang 'tuma'ninah' bilamana dilandasi keikhlasan," kata dia.
Dia juga mengingatkan bahwa haji bukanlah gelar dan atribut, akan tetapi ibadah rukun Islam kelima, yang menuntut kepasrahan kepada Allah SWT.
"Dalam menunaikannya untuk meraih ridha dan karunia Allah SWT, disertai segala kegiatan yang seksama sesuai yang disyariatkan Islam dan pelaksanaannya sejalan ketentuan yang berlaku," kata dia.
Haedar menuturkan beribadah haji merupakan berjamaah secara luas yang melibatkan jutaan Muslim-Muslimah dari berbagai negara yang beragam latar belakangnya. Sementara, lokasi ibadah haji terbatas meskipun sudah diperluas di berbagai titik dengan segala fasilitas yang lengkap oleh Pemerintah Arab Saudi maupun pemerintah Indonesia bagi jamaah haji Indonesia.
"Keterbatasan dan kemampatan berhaji dalam seluruh prosesnya, termasuk di Aramina, menuntut jiwa kebersamaan. Para jamaah tidak bisa egois. Karenanya perlu niat untuk berbagi, peduli, dan saling membantu serta memberi kelonggaran antar jamaah. Dalam berhaji itulah 'ukhuwah Islamiyah' yang mesti dipraktikkan," ujar Haedar.
Dia mengimbau para jamaah mengikuti seluruh prosesi ibadah haji sesuai syariat Islam, mengikuti segala ketentuan yang berlaku, baik yang diterapkan Pemerintah Saudi maupun pemerintah Indonesia.
Menurut Haedar, meraih haji mabrur berarti semakin tertanam kebaikan-kebaikan yang utama selama prosesi sampai pulang ke tempat masing-masing.
Mabrur, kata Haedar, adalah segala kebaikan yang digariskan syariat Islam dan yang menjadi kebaikan umum yang dibenarkan syariat.
Karena itu, menurut dia, berhaji yang mabrur bukan sekadar selama prosesi ibadahanya, tetapi tidak kalah penting sesudahnya dalam kehidupan sehari-hari.
"Bila selama haji dilarang mengucapkan ujaran yang 'rafas' (jorok), 'fusuq' (inkonsisten, khianat), dan 'jadal' (bertengkar) maka dalam kehidupan sehari-hari setelah berhaji perangai buruk itu jangan dilakukan, termasuk dalam bermedia sosial dan interaksi sosial lainnya," ujar dia.
Haedar meyakini semakin banyak kaum Muslim berhaji maka korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, perusakan sumberdaya alam, dan segala perbuatan buruk tidak terjadi di negeri ini.(ant/bwo)