- Unsplash
Kisah Nabi Zakaria
Al-Quran menceritakan banyak kisah orang-orang mulia, salah satunya adalah kisah Nabi Zakaria. Dari Al-Quran dan hadits pula orang-orang, beserta muslim pada umumnya, mengetahui bahwa Allah SWT mengirim nabi dan rasulnya ke berbagai suku dan dunia untuk menuntun mereka.
Dalam banyak kasus, masyarakat dimana nabi atau rasul itu diturunkan tidak menerima ajaran dan ajakan mulia dari Allah SWT melalui pesuruh-Nya tersebut. Sebab memang biasanya nabi dan rasul ini diturunkan kepada kaum yang memiliki masalah dalam berakidah.
Jumlah nabi sebenarnya banyak sekali. Namun bagi umat Muslim, jumlah nabi yang wajib diketahui dan diimani adalah 25 nabi dan rasul karena mereka inilah yang nabi dan rasul yang dituliskan secara khusus di dalam Al-Quran.
Dari 25 Nabi dan Rasul yang wajib diketahui dan diimani, kita akan membahas mengenai kisah Nabi Zakaria.
Dalam sejarah awal yang tertulis di kitab suci Al-Quran, kisah Nabi Zakaria AS termasuk yang patut menjadi teladan bagi siapapun yang mengimani Al-Quran. Kisah Nabi Zakaria ini tak hanya dikenal dalam Islam melainkan juga agama samawi yang lain yakni Nasrani.
Umat Islam dan Kristen memahami bahwa Nabi Zakaria AS merupakan ayahanda dari Nabi Yahya. Dalam Islam, kita bisa menemukan kisah hidup Nabi Zakaria di dalam Surah Maryam, dimana Allah menarasikan detail kehidupan Nabi Zakaria dan keluarganya melalui firman-firman-Nya.
Siapakah Nabi Zakaria?
Kisah Nabi Zakaria adalah kisah salah satu nabi dari Bani Israil yang lahir di Palestina pada tahun 91 Sebelum Masehi. Seperti yang sudah kita ketahui, Allah mengutus banyak nabi ke bangsa ini dan ia termasuk di antara mereka.
Selain Nabi Zakaria AS, nabi lain yang berasal dari kaum Bani Israil menurut Ibnu Katsir, diantaranya Nabi Yusuf AS, Nabi Musa AS, Nabi Harun, AS, Nabi Ilyas AS, Nabi Ilyasa AS, Nabi Daud AS, Nabi Sulaiman AS, Nabi Yahya AS, dan Nabi Isa AS. Nabi Zakaria diangkat menjadi nabi oleh Allah SWT di usia yang sudah mulai senja, yaitu 90 tahun.
Kisah Nabi Zakaria saat beliau masih kanak-kanak dan belia tak dijelaskan di dalam Al-Quran. Kisah Nabi Zakaria di Al-Quran baru diceritakan saat ia sudah dewasa.
Nabi Zakaria adalah salah satu keturunan Nabi Sulaiman AS. Istrinyapun juga memiliki darah nabi yang berasal dari keluarga Nabi Harun AS. Istri Nabi Zakaria AS adalah Ilyasya binti Faqud bin Qabil.
Untuk menghidupi dirinya dan keluarganya Nabi Zakaria disebut mencari nafkah sehari-hari dengan bekerja sebagai tukang kayu. Selain itu, dia adalah orang yang sangat saleh. Dia bertanggung jawab atas sebuah kuil, dan di sana ia berdoa kepada Allah dan menyembah-Nya sebagai seorang mukmin sejati.
Nabi Zakaria merupakan orang yang sangat rendah hati dan selalu bersyukur kepada Allah. Dia menjalani kehidupan yang sederhana dan sama sekali tidak boros dalam gaya hidupnya.
Kisah Nabi Zakaria kontras dengan sebagian besar kehidupan masyarakat Bani Israil pada masa itu. Sebagian besar orang enggan menjadi beribadah kepada Allah dengan taat.
Namun, Zakariya AS mengikuti jejak Nabi Musa AS yang selalu hidup dan beribadah sesuai apa yang Allah SWT perintahkan kepada manusia. Lazim sekali melihat Zakaria menghabiskan waktu berjam-jam untuk berdoa dan berkhotbah di tempat-tempat ibadah yang ada pada waktu itu.
Sayangnya, orang-orang di sekitarnya tidak memiliki keyakinan kuat seperti yang Zakaria AS miliki. Bukannya menaati Allah dan melakukan hal-hal yang Dia perintahkan kepada mereka, mereka justru mengikuti keinginan dan hawa nafsu mereka sendiri.
Oleh karena itu, mereka akan melakukan segala macam perbuatan jahat dan mengambil bagian dalam dosa. Akibatnya, mereka menyimpang dari jalan kebenaran yang ditempuh Zakaria AS.
Nabi Zakaria terus-terusan khawatir dengan kondisi yang ada. Ia khawatir tentang apa yang akan terjadi dan ia dengan cemas mencoba membuat orang-orang kembali ke jalan yang lurus dengan berkhotbah kepada mereka.
Keluarga Imran dan Maryam
Lagi-lagi tak banyak yang diketahui tentang hubungan biologis antara Nabi Zakaria dengan Imran. Namun, diceritakan istri Imran yang disebut sebagi ipar Zakaria melahirkan seorang anak perempuan yang kemudian dinamai Maryam. Imran, ayah Maryam ini lalu meninggal dunia saat Maryam masih muda. Akibat hal ini, muncullah polemik siapa yang sebaiknya merawat dan mengasuh Maryam kecil.
Allah berfirman dalam Al-Quran, bagaimana kisah pengasuhan Maryam dimulai. Masyarakat berkumpul untuk menentukan siapa sosok yang akan mengasuh seorang anak yang kelak menjadi ibunda Nabi Isa AS. Orang-orang lalu diminta menuliskan namanya dan memasukkannya ke dalam sebuah wadah. Seorang anak yang dianggap bisa dipercaya lalu diminta mengambil salah satu nama dalam wadah tersebut.
Kali pertama diambil, nama nabi Zakaria muncul. Namun orang-orang merasa tidak puas dengan ini dan meminta wadah tersebut dikocok dan diambil ulang. Hal ini terus terjadi hingga beberapa kali sampai akhirnya masyarakat menerima garis takdir yang telah ditentukan Allah tersebut.
Meskipun bukan anak kandung, Maryam diperlakukan dengan penuh kasih kelembutan dan keistimewaan. Bukti kasih sayang itu salah satunya adalah membuatkan tempat beribadah khusus bagi Maryam di Baitul Maqdis (Masjidil Aqsa, Palestina). Ruang khusus yang dibuatkan Nabi Zakaria AS ini bernama Mihrab.
Kisah Nabi Zakaria di Jalan Dakwah
Seperti yang telah ditulis sebelumnya, nabi dan rasul diturunkan untuk meluruskan perilaku masyarakat yang zalim dan tersesat. Nabi Zakaria dikisahkan memiliki tugas untuk meluruskan akhlak dan akidah Bani Israil yang sering mengubah agama yang diajarkan oleh Nabi Musa. Inti dari dakwah Nabi Zakaria adalah menyerukan kepada Bani Israil untuk segera bertobat dan kembali menyembah Allah SWT sesuai ajaran Nabi Musa.
Dalam prosesnya dakwah ini tak selalu berhasil. Oleh karena itu Nabi Zakaria lalu bermunajat kepada Allah SWT untuk dikaruniai seorang anak laki-laki yang dapat melanjutkan dakwah serta meluruskan perilaku Bani Israil.
Doa Nabi Zakaria Untuk Meminta Keturunan
Kisah Nabi Zakaria tentang ini sangatlah masyhur. Ia dan istrinya tak pernah berputus asa dalam berdoa dan memohon kepada Allah SWT untuk dianugerahi seorang anak yang dapat meneruskan perjuangannya dalam keimanan. Beliau berdoa dengan penuh kelembutan dan penghayatan. Salah satu isi doa yang dihaturkan Nabi Zakaria AS berbunyi:
“Dan sungguh, aku khawatir terhadap kerabatku sepeninggalku, padahal istriku seorang yang mandul, maka anugerahilah aku seorang anak dari sisi-Mu, yang akan mewarisi aku dan mewarisi dari keluarga Yakub; dan jadikanlah dia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai,” pinta Nabi Zakaria dalam munajatnya. Doa ini tercantum dalam Al-Quran Surat Maryam ayat 4-6.
Doa lainnya yang dipanjatkan yaitu:
Robbi hablii miladunka dzuriyyatan thoyyibatan innaka samii’uddu’aa
“Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa.” (Q.S. Ali-Imran ayat 38).
Allah lalu menjawab doa kekasih-Nya tersebut dengan mengabarkan bahwa istrinya yang mandul akan segera hamil. Tak hanya itu, Allah pun memberikan anugerah dengan mengatakan bahwa anaknya kelak akan menjadi nabi pula seperti ayahnya.
Pelajaran yang Bisa Dipetik dari Kisah Nabi Zakaria
Ada banyak sekali pesan moral dan kebijaksanaan yang dapat diambil dari kisah Nabi Zakaria dan semuanya mampu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.
Pelajaran pertama adalah mengetahui bahwa Allah adalah sebaik-baik perencana. Hal ini secara berulang-ulang dituliskan di Al-Quran dan disampaikan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW dalam hadits-haditsnya. Semua makhluk hanya bisa berencana namun pada akhirnya semua akan tunduk pada ketentuan Allah seperti yang telah digariskan.
Dalam kisah Nabi Zakaria, pelajaran ini muncul pertama kali pada munculnya nama Zakaria saat pengundian nama pengasuh Maryam. Tanpa keimanan dan ketaqwaan, sulit sekali melihat keluarnya nama Zakaria berkali-kali secara acak sebagai ketentuan Allah.
Selanjutnya kita juga melihat hal ini dimana Allah akhirnya memberikan Nabi Yahya AS kepada Zakaria AS melalui istrinya yang mandul dan renta. Sungguh Allah Maha Kuasa dan Berkehendak.
Pelajaran kedua yang dapat kita ambil adalah pentingnya melakukan sesuatu yang benar secara istiqomah. Walaupun tak selalu berhasil dan masih banyak Bani Israil yang menyalahi aturan Taurat, namun Nabi Zakaria dan Nabi Yahya terus berdakwah demi menjalankan perintah Allah. Beliau dan anaknya tak pernah merasa kecewa dan keberatan atas tugas dan realita yang terjadi. Berkat kegigihan dan keikhlasan itu, Allah pun mengabulkan permintaannya agar dianugerahi anak lelaki. (afr)