- tim tvOne-viva.co.id
Kisah Nabi Harun
Kisah Nabi Harun selalu berkaitan dengan Nabi Musa. Hal tersebut karena saat Nabi Musa berdakwah, Nabi Harunlah yang menemani.
Berdasarkan beberapa sumber, nama Nabi Harun adalah Harun bin Imran bin Qahath bin Laway bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim khalilu Al Rahman.
Nabi Harun dilahirkan sebelum lahirnya Nabi Musa. Nabi Harun hidup hingga usia 123 tahun pada tahun 1531 – 1408 Sebelum Masehi (SM), dan wafat di Gunung Nebu (Bukit Nabu') yang berada di Yordania.
Nabi Harun adalah kakak dari Nabi Musa, keduanya diutus oleh Allah kepada kaum Bani Israil. Namun tidak ada keterangan jelas berapa perbedaan umur antara keduanya.
Kisah Nabi Harun dikenal akan kefasihannya lidahnya serta kuat pikirannya. Oleh karena itulah Allah SWT mengutusnya bersama Nabi Musa, agar dapat membantu saudaranya dalam menyampaikan dakwah kepada Firaun yang terkenal sangat angkuh dan sombong.
Diketahui, Fir’aun telah berkuasa di Mesir sejak lama dan memerintah dengan zalim dan kejam. Rakyat Firaun terdiri dari bangsa Mesir yang merupakan penduduk pribumi dan Bani Isra’il yang merupakan bangsa pendatang.
Perlakukan Firaun kepada Bani Isra’il berbeda dengan kaumnya. Bani Israil diperlakukan sewenang-wenang.
Selain terkenal zalim dan kejam, Firaun menyatakan dirinya sebagai Tuhan yang harus disembah dan dipuja.
Oleh karenanya, Allah SWT mengutus Nabi Musa untuk menemui Firaun dan mengajaknya ke ajaran yang benar.
”Nabi Harun adalah saudara kandung Nabi Musa yang telah diutuskan Allah SWT sebagai seorang rasul dan selaku menteri Musa dan membantunya dalam berdakwah,” dikutip dari buku Al Akidah al Islamiyah.
Kisah Nabi Harun dalam Alqur’an disebutkan sebanyak 20 kali. Kisah Nabi Harun diangkat menjadi Nabi diceritakan dalam surat Maryam ayat 53.
“Dan Kami telah menganugerahkan kepadanya sebagian rahmat Kami, yaitu saudaranya, Harun menjadi seorang nabi,” (QS Maryam: 53).
Dalam Alqur’an, Kisah Nabi Harun diangkat menjadi Nabi diceritakan usai Nabi Musa memohonkan kepada Allah SWT untuk menjadikan saudaranya Harun sebagai menterinya untuk membantu dalam berdakwah kepada Firaun dan Bani Israil. Seperti dalam surat Taha ayat 24-34.
“Dia (Musa) berkata, “ Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku, dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, (yaitu) Harun, saudaraku, teguhkanlah dengan dia kekuatanku, dan jadikanlah dia sekutu dalam urusanku, supaya kami banyak bertasbih kepada Engkau, dan banyak mengingat Engkau” (QS Taha: 25-34).
Selain dalam surat Taha, kisah Nabi Harun juga disebutkan dalam surat Al Qasash ayat 34.
“Dan saudaraku Harun dia lebih fasih lidahnya dari padaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan)ku; sesungguhnya aku khawatir mereka akan mendustakanku".(QS Al Qashash: 34)
Itulah doa Nabi Musa ketika diperintahkan oleh Allah untuk menyampaikan firman kepada Firaun.
Allah mengabulkan doa Nabi Musa, seperti diceritakan dalam surat Taha ayat 36.
“Allah berfirman, “Sesungguhnya telah diperkenankan permintaanmu, Hai Musa.” (QS Taha: 36).
Dikutip dari buku Al Maraghi, kemudian setelah para utusan shalawatu Allahi ‘alaihim, diutus pula Musa dan Harun kepada raja Mesir dan para pemuka kaumnya itu di sini disebutkan secara khusus, karena kaum mereka, bangsa Qibthi, sangat patuh kepada para pemimpin. Mereka ikut kafir bila para pemimpinnya itu dalam melaksanakan berbagai kemaslahatan dan urusan-urusan penting.
Kisah Nabi Harun dalam surat Taha ayat 42-50 diceritakan bahwa Allah memerintahkan Nabi Musa dan Nabi Harun agar bertutur lemah lembut saat memperingatkan Fir'aun.
“Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku, dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku; Pergilah kamu berdua kepada Firaun, sesungguhnya dia telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut". Berkatalah mereka berdua: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami khawatir bahwa ia segera menyiksa kami atau akan bertambah melampaui batas". Allah berfirman: "Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat". Maka datanglah kamu berdua kepadanya (Firaun) dan katakanlah: "Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil bersama kami dan janganlah kamu menyiksa mereka. Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan kami) dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk. Sesungguhnya telah diwahyukan kepada kami bahwa siksa itu (ditimpakan) atas orang-orang yang mendustakan dan berpaling. Berkata Firaun: "Maka siapakah Tuhanmu berdua, hai Musa ? Musa berkata: "Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk.” (Surat Thaha: 42-50).
Kemudian, dalam surat Yunus ayat 75-76 kisah Nabi Harun diceritakan, bahwa Allah SWT menyampaikan peran keduanya setelah berbicara tentang sekelompok dari para rasul.
“Kemudian sesudah rasul-rasul itu, Kami utus Musa dan Harun kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya, dengan (membawa) tanda-tanda (mukjizat-mukjizat) Kami, maka mereka menyombongkan diri dan mereka adalah orang-orang yang berdosa. Dan tatkala telah datang kepada mereka kebenaran dari sisi Kami, mereka berkata: "Sesungguhnya ini adalah sihir yang nyata".(QS.Yunus: 75-76).
Kisah Nabi Harun lainnya yang terkenal adalah saat Nabi Musa meninggalkan kaumnya untuk menerima Kitab Taurat dari Allah SWT, seperti yang tercantum dalam Surat Al-A'raaf ayat 142.
“Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan berkata Musa kepada saudaranya yaitu Harun: "Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan". (Al-A'raf: 142).
Nabi Musa meninggalkan kaumnya selama 40 hari, kemudian datanglah ujian kepada bani Israil. Mereka tergoda untuk kembali menyembah berhala, kali ini dinamakan Al ‘ajl yang berarti anak sapi dan dibuat oleh Al Samiri.
Ketika kembali dari bukit Thursina dan melihat kaumnya kembali menyembah berhala, Nabi Musa sangat marah.
“Dia (Musa) berkata: "Hai Harun, apa yang menghalangi kamu ketika kamu melihat mereka telah sesat, (sehingga) kamu tidak mengikuti aku? Maka apakah kamu telah (sengaja) mendurhakai perintahku?" (QS Tahaayat 92-93).
Nabi Musa kemudian memegang kepala saudaranya, Nabi Harun. Kemudian, Nabi Harun langsung berusaha untuk menenangkan saudaranya yang saat dikuasai oleh amarah. Seperti yang tercantum dalam surat Taha ayat 94.
“Harun menjawab' "Hai putera ibuku, janganlah kamu pegang janggutku dan jangan (pula) kepalaku; sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan berkata (kepadaku): "Kamu telah memecah antara Bani Israil dan kamu tidak memelihara amanatku" (Surat Taha ayat 94).
Kemudian keduanya menghampiri Al Samiri. Itulah kisah Nabi Harun yang patut kita diteladani.(put)