- Kolase tangkapan layar YouTube Ilkhas Suharji & Freepik
Tidak Pernah Sedekah tapi Selalu Jajan karena Punya Uang Banyak, Gus Baha Jelaskan kalau itu Sebenarnya Masuk Konsep...
tvOnenews.com - Sedekah menjadi amalan yang memiliki manfaat sangat luar biasa.
Sedekah juga bisa menjadi salah satu amalan untuk menambahkan dari kekurangan yang dimiliki seseorang agar tercukupi.
Dalil Al-Quran melalui Surah Al-Hadid ayat 18 terkait janji Allah SWT akan melipat gandakan pahala dan rezeki bagi hamba-Nya yang sedekah, Allah SWT berfirman:
اِنَّ الْمُصَّدِّقِيْنَ وَالْمُصَّدِّقٰتِ وَاَقْرَضُوا اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا يُّضٰعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ اَجْرٌ كَرِيْمٌ
Innal-mussaddiqiina wal-mussaddiqaati wa aqradullaaha qardan hasanay yudaa‘afu lahum wa lahum ajrun kariim.
Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang sedekah, baik laki-laki maupun perempuan, dan meminjamkan (kepada) Allah pinjaman yang baik, akan dilipatgandakan (balasannya) kepada mereka dan baginya (diberikan) ganjaran yang sangat mulia (surga)." (QS. Al-Hadid, 57:18)
Namun, masih banyak orang memiliki uang berlimpah untuk jajan mereka tetapi tidak pernah melakukan amalan sedekah.
Ilustrasi sedekah kepada orang membutuhkan lebih saat punya uang banyak rela tidak jajan. (Pexels)
Lantas, bagaimana hukum bagi orang yang sering jajan memiliki uang banyak tidak pernah sedekah? Gus Baha menerangkan kasus ini sebagai berikut.
Seperti apa Gus Baha membagikan penjelasan perihal orang yang tidak pernah sedekah namun sering jajan karena uang berlimpah? Mari simak penjelasannya di sini!
tvOnenews.com melansir dari tayangan kanal YouTube Uqinu Attaqi, Gus Baha membagikan tentang amalan sedekah dan jajan.
KH. Bahauddin Nur Salim alias Gus Baha menjelaskan bahwasanya orang yang sering jajan tapi sama sekali tidak pernah sedekah terdapat sebuah sisi positifnya.
Menurut Gus Baha, konsep sedekah tidak selalu memberikan uang kepada orang yang membutuhkan saja, misalnya pengemis atau fakir miskin.
Ia menyatakan sedekah memang diidentikkan dengan pemberian suatu barang atau benda bahkan berupa uang untuk orang sedang membutuhkan.
Meski demikian, ia menyampaikan bahwasanya dari jajan di warung atau kepada pedagang sudah masuk dalam kategori konsep sedekah.
Ia menuturkan bahwa, dari jajan kepada pedagang atau di warung saat punya uang banyak sudah memberikan manfaat untuk orang lain.
Manfaat tersebut meliputi keuntungan walaupun jumlahnya sedikit tetapi masuk kategori sedekah yang dilakukan dengan baik.
Cendikiawan Islam itu menganggap jajan salah satu bentuk sedekah yang sopan dibandingkan memberikan uang tanpa tujuan pemicu pedagang tersinggung.
"Penjualnya senang itu, dagangannya juga laris dan dia (penjual) tidak tersinggung. Daripada sedekah Rp2 ribu malah penerima sedekah akan potensi tersinggung," ungkap Gus Baha.
Gus Baha menilai bentuk upaya pengabdian harta paling dahsyat melalui cara sedekah.
Menurutnya, sedekah bagian dari segala sesuatu sudah ditanam maka akan ada hasilnya yang bisa dipetik.
Ia memberikan contoh seorang pengusaha sedekah puluhan juta ke masjid maka ketika seseorang bangkrut sudah punya bekal amalan di akhirat.
"Contohnya dia mempunyai uang Rp1 Miliar, karena dia spekulan atau bisa dibilang pedagang rawan bangkrut, maka disedekahkan ke masjid Rp50 juta, itulah yang abadi," jelasnya.
"Maka kalau suatu saat dia bangkrut masih punya uang Rp50 juta di akhirat," sambungnya.
Pria berusia 53 tahun itu menjelaskan dari contoh tersebut bahwasanya Nabi Muhammad SAW mengartikan sedekah bagian tabungan uang.
Sebaliknya, banyak orang beranggapan sedekah hanya mengurangi uang karena memberikannya kepada orang lain tanpa imbalan.
"Jadi, Nabi mengajari sedekah itu apa? Ya sedekah itu pengabadian uang. Kalau kita kan nggak. Sedekah itu nguras uang," tuturnya.
Ia mengatakan pola pikir seseorang memandang sedekah hanya mengurangi uang bagian rencana tersukses dilakukan oleh setan.
"Itu pikiran setan, bukan pikiran orang Islam. Itu cara berikir setan, bukan cara berpikir umat Islam," terangnya.
Ia menerangkan tentang hal ini karena terinspirasi dari kisah istri Rasulullah SAW, Siti Aisyah selalu membagikan jatah makanan Nabi untuk orang membutuhkan.
Kala itu Rasulullah SAW bertanya kepada Aisyah terhadap jatah makanannya untuk dimakan beliau.
Sang istri tercinta membalas pertanyaan tersebut bahwa jatah makanan Rasul telah diberikan kepada orang yang datang ke rumah mereka untuk meminta makanan.
Kendati demikian, Rasul menerangkan kepada Aisyah orang yang meminta makanan tersebut sebenarnya masih orang berada atau punya uang.
Rasulullah SAW pun menjelaskan terkait harta berupa makanan yang dimakan orang tersebut akan berubah jadi kotoran ketika buang air besar di toilet.
Tak hanya itu, bagi yang memakan harta orang lain dari proses sedekah maka pakaian mewahnya akan rusak.
Sebaliknya, harta yang menjadi sedekah kepada orang berpura-pura membutuhkan maka menjadi amalan kebaikan dan keberkahan paling kekal untuk di akhirat.
Wallahu A'lam Bishawab.
(hap)