- dok.sosial media X
Viral Video Anak Perempuan Menyakiti Ibu Kandung Hingga Berdarah, Bagaimana Pandangan Islam? Ustaz Adi Hidayat Ingatkan Sama Halnya Bermaksiat pada Allah SWT
Jakarta, tvOnenews.com-- Tengah beredar di sosial media (sosmed) video seorang anak perempuan yang menyakiti ibu kandungnya.
Video berdurasi kurang lebih 34 detik itu, memperlihatkan anak perempuan yang berpakaian warna biru, menjambak ibunya.
Sekilas memang terlihat, ada darah di baju sang ibu. Sembari ibunya memanggil tetangga yang lain.
"Capek kali aku tu nanggung hidup dia ya," ucap anak perempuan itu dalam video
Dalam video tersebut, sang anak tengah dilerai oleh tetangganya, karena terlihat sangat kasar kepada sang ibu.
"YA ALLAH ..Kok tega sekali kamu aniaya ibu sendiri," bunyi keterangan video tersebut dikutip dari sosmed X bacotintetangga, Mingg (7/7/2024)
Dugaan atas video anak perempuan aniaya ibunya sampai berdarah ini, dikatakan berlokasi di Langkat, Sumatera Utara.
Lantas, bagaimana pandangan Islam terkait anak berani hingga aniaya orang tua?, ini penjelasan Ustaz Adi Hidayat dikutip dari YouTube M Ziyad Al-Hanif.
Dalam ceramahnya, Ustaz Adi Hidayat menjelaskan kalau berbakti kepada orang tua,seperti ibu ialah kewajiban seorang anak.
Hal inipun sudah disampaikan dalam Hadits ataupun Al-Qur'an, Ustaz Adi juga mengingatkan kata berbakti bukan hanya selama hidup orang tua.
"Awas punya orang tua itu dalam Quran dan hadits, jangan dipahami maaf kalau meninggal berarti saya udah nggak ada tidak ada mantan orang tua. Sehingga sekalipun sudah meninggal tetap berbakti kepada orang tua, dengan mendoakan," kata Ustaz Adi Hidayat
"Makanya ketika seorang anak ingin berbakti pada orang tuanya kalimat Qurannya bukan ma'ruf tapi Ihsan, rasakan kamu berbakti pada orang tua itu seperti Allah mengawasimu," sambungnya
Kalau ada orang menyakiti orang tuanya itu bukan hanya durhaka kepada orang tua, tapi juga bermaksiat kepada Allah langsung saatnya disaksikan," jelas Ustaz Adi
Bahkan kata, 'Ahh' saja disampaikan Ustaz Adi Hidayat juga sudah disebutkan tidak boleh.
Menurutnya, tolong diresapi, jangan langsung marah kepada orang tua. Sebab kata tersebut bisa saja menyinggung perasaannya.
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ ٱلْكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
wa qaḍā rabbuka allā ta’budū illā iyyāhu wa bil-wālidaini iḥsānā, immā yabluganna ‘indakal-kibara aḥaduhumā au kilāhumā fa lā taqul lahumā uffiw wa lā tan-har-humā wa qul lahumā qaulang karīmā
Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia." (Q.S. Al-Isra ayat 23)
"Saat Anda misalnya maaf ingin berkata-kata yang tidak pantas bahkan mengatakan 'ahh' misalnya itu maaf ya maaf rasakan pada saat itu Allah melihat anda," ucapnya
"Kalau kamu kecewa dengan sikap orang tua, jangan dulu marah, coba bayangkan dengan repotnya mereka, bayangkan ibunda kamu saat mengandung sulitnya luar biasa sampai lahirnya dirawat-rawat diajak ke pesta menahan malu,dll," pesan Ustaz yang akrab disapa UAH ini
Berbakti kepada orang tua, sebagimana disampaikan Rasulullah SAW, untuk mengutamakan Berbuat Baik kepada orang tua:
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ بِحُسْنِ صَحَابَتِى قَالَ « أُمُّكَ » . قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ « أُمُّكَ » . قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ « أُمُّكَ » . قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ « ثُمَّ أَبُوكَ »
Artinya: "Seorang pria pernah mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, ‘Siapa dari kerabatku yang paling berhak aku berbuat baik?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Ibumu’. Dia berkata lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Ibumu.’ Dia berkata lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Ibumu’. Dia berkata lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Ayahmu’.” (HR. Bukhari dan Muslim). (Klw)
Waallahualam