- freepik
Sejarah Penamaan Jumat, Rajanya Para Hari
Jakarta, tvOnenews.com - Hari Jumat memiliki julukan sayyidul ayyam yang artinya rajanya para hari.
Hal ini karena pada hari jumat banyak keutamaan.
Bahkan hari Jumat juga menjadi satu-satunya hari yang namanya diabadikan dalam Al-Qur’an.
Lantas bagaimanakah asal usul penamaan hari jumat?
Dilansir dari laman Majelis Ulama Indonesia (MUI), pada zaman Jahiliyah, hari Jumat disebut dengan yaum al-arubah.
Ka’ab bin Lu’ay menjadi orang pertama yang menyebutnya dengan hari Jumuah.
Ka’ab bin Lu’ay adalah salah seorang keturunan Bani Quraisy dan merupakan salah satu kakek dari Rasulullah SAW.
Adapun awal mulanya adalah karena disebabkan ketika penduduk Madinah berkumpul, kemudian seseorang dari kaum Anshar bertanya terkait umat Yahudi dan Nasrani yang memiliki hari-hari tertentu untuk berkumpul.
Umat Yahudi memiliki waktu berkumpul di hari Sabtu.
Sementara umat Nasrani memiliki waktu berkumpul di hari Minggu.
Oleh karena itu, mengutip pendapat dari As Shabuni menjelaskan bahwa dalam Tafsir Ayat Ahkam Ash Shabuni bahwa umat Islam menjadikan hari Arubah sebagai hari yang dimanfaatkan untuk berkumpul dan beribadah kepada Allah.
Saat inilah umat Islam mensyukuri segenap nikmatNya, serta memperbanyak Allah SWT.
Pertemuan itu berlangsung di rumah As’ad Ibn Zurah.
Sejak saat itulah Arubah dinamakan Jumat, yang secara harfiah memiliki makna ‘hari berkumpul’.
Hal ini sebagaimana firman Allah dalam surah Al Jumuah ayat 9:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا نُوْدِيَ لِلصَّلٰوةِ مِنْ يَّوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا اِلٰى ذِكْرِ اللّٰهِ وَذَرُوا الْبَيْعَۗ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman, apabila (seruan) untuk melaksanakan shalat pada hari Jumat telah dikumandangkan, segeralah mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”
Itulah penjelasan mengenai awal mula penamaan hari jumat.
Wallahu'alam
(put)